Rabu, 30 Desember 2020

MENGENAL DELIRIUM SALAH SATU GEJALA COVID TERBARU


OLeH : dr. Lilis Kurniah R.,M.A.R.S.

💎M a T e R i💎

🌸MENGENAL DELIRIUM, GEJALA BARU COVID-19

Penyakit Covid-19 yang timbul akibat virus corona (SARS-CoV-2) rupanya tidak hanya menyerang kesehatan fisik pasien, tetapi juga psikis. 

Belum lama ini ditemukan pasien Covid-19 yang memiliki gejala baru yakni delirium.

🔹Pengertian Delirium

Delirium adalah kondisi penurunan kesadaran yang bersifat akut dan fluktuatif. Pengidap mengalami kebingungan parah dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan sekitar.

Nah apa saja gejala seseorang yang mengalami delirium? 

~ Sulit fokus dan mudah teralihkan. 

~ Suka melamun dan lamban bereaksi. 

~ Daya ingat menurun. 

~ Kesulitan berbicara. 

~ Berhalusinasi. 

~ Mudah tersinggung dan mood berubah mendadak. 

~ Sering gelisah. 

~ Kebiasaan tidur berubah. 

3 Faktor Pemicu Pasien COVID-19 Mengalami Delirium, Apa Saja? 

Menurut akademisi sekaligus praktisi klinis Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, delirium seringkali menjadi gejala pertama yang bisa menyebabkan seseorang harus pergi ke rumah sakit. 

"Delirium bisa menjadi gejala pertama yang membawa pasien datang ke rumah sakit. Pasien COVID-19 yang mengalami gangguan pada sistem saraf pusat bisa datang dengan sakit kepala hebat disertai delirium dan pasien COVID-19 bisa datang dengan gangguan jiwa (psikotik)," kata Prof. Ari. 

Prof. Ari menjelaskan, delirium pada pasien COVID-19 sebenarnya menunjukkan bahwa pasien tengah mengalami kondisi yang berat akibat virus Corona. Bahkan ada tiga hal yang menyebabkan pasien COVID-19 mengalami delirium, yaitu: 

★ Pertama, pasien dengan COVID-19 bisa mengalami hipoksia (kekurangan oksigen) darah, sehingga pengiriman oksigen ke organ di dalam tubuh menjadi terganggu. 

Otak kita sangat sensitif akan kekurangan oksigen menyebabkan pasien mengalami gangguan kesadaran berupa delirium. 

★ Kedua, penyebab pasien COVID-19 mengalami delirium berhubungan dengan sindrom badai sitokin yang bisa terjadi sebagai komplikasi dari infeksi COVID-19. 

Tubuh akan memproduksi sel- sel radang yang bisa menyebabkan berbagai lanjutan komplikasi, seperti terjadinya peningkatan kekentalan darah dan peradangan di berbagai organ termasuk organ otak. 

★ Ketiga, kemungkinan virus akan melewati sawar darah otak atau jembatan antara sirkulasi darah dan otak, sehingga menyebabkan kerusakan otak. 

"Hal ini memang harus menjadi perhatian kita semua bahwa infeksi COVID-19 ini menyebabkan berbagai komplikasi termasuk komplikasi ke otak. Apabila pasien bisa kembali sehat, efek samping jangka panjang sebagai gejala sisa akibat infeksi ini juga dapat terjadi yang kita sebut sebagai long Covid," jelas Prof. Ari.

Wallahu a'lam

🌷🌷🌷🔹🔹🔹🌷🌷🌷

    💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Pretty ~ Palembang

Bu dokter, apakah ini bisa sembuh total bu dokter?

🌷Jawab:

Bila penyebabnya karena hypoxia atau pengaruh cytokinnya virus atau racun dari virus, maka ketika sembuh dari covid nya delirium nya juga sembuh.

Tapi bila sebabnya karena hal ketiga yaitu radang otak karena virus, maka bisa ada gejala sisa tergantung kelainan yang timbul.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ IiN ~ Boyolali

Dok, jika orang yang sudah pernah terkena covid-19, apakah akan juga bisa terkena delirium ini?

Bagaimana dengan kekebalannya?

🌷Jawab:

Kalau sudah pernah kena dan sekarang sudah sembuh maka tidak kena lagi delirium.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Fadlilah ~ Solo

Subhanallah. Ternyata Delirium ini beneran gejala covid 19 yang nyata ya Dok. Cukup speechless. 

1. Dok apakah sudah banyak yang mengalami kasus delirium di Indonesia? Apakah negara lain juga mengalami? 

2. Saat pasien covid-19 mengalami gejala delirium, apakah disertai juga dengan gejala sesak nafas dan batuk pilek?  Atau happy hipoxia saja Dok? 

3. Bagaimana kalau kita mengalami delirium dan fasilitas RS Covid-19 sudah full, apakah ada yang bisa di lakukan di rumah saat isoman sambil menunggu info RS? Mengingat sekarang RS Covid-19 sudah full dimana-mana. 

4. Apakah jika seseorang terkena gejala delirium ini bisa di deteksi hanya dengan tes swab? 

Terima kasih banyak dokter, mohon maaf banyak sekali pertanyaannya.

🌷Jawab:

1. Gejala covid berbeda-beda pada tiap orang. Delirium ini belum diteliti berapa persen orang covid mengalami gejala ini, jadi belum diketahui banyaknya.

2. Ada yang disertai batuk pilek demam atau gejala lainnya, ada juga yang tahu-tahu tubuh kita kekurangan oksigen dan timbul delirium. Ini yang disebut happy hypoxia, pasien tidak terasa, tahu-tahu tubuhnya kurang oksigen.

3. Kalau sudah delirium biasanya pasien sudah butuh oksigen suplai dari alat. 

Kalau masih ringan beli oksigen tabung yang kecil kecil untuk menambah kecukupan oksigen dalam tubuh. Tapi sebaiknya harus dirawat.

4. Delirium ini gejala yang timbul setelah terinfeksi covid beberapa hari, tidak langsung. Jadi bisa saja swab positif tapi pasien tidak ada delirium. Jadi tidak semua ada gejala delirium ini.

Yang penting obati covidnya maka delirium nya juga akan hilang kalau fungsi nafasnya sudah baik.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ iiK ~ PKU

Dok, sebenarnya virus ini hanya berada pada tempat tertentu (sistem pernafasan) atau bisa dalam darah juga?

🌷Jawab: 

Virus bila sudah masuk ke dalam tubuh manusia bisa masuk juga ke peredaran darah.

💎Jadi bisa menyerang organ lain ya dok.

🌷Bisa.

Teman saya meninggal karena gagal ginjalnya.

💎Begitu ya dok... 

Pantas teman saya suaminya awal OTG (orang tanpa gejala), sembuh, tapi kemudian akhirnya kena lagi dan gejala berat sampai ada tanda delirium. Alhamdulillah pulih tetapi fungsi jantung saat ini 35%.

Apakah ada serangan ke-3 dok?

🌷Bisa saja bun.

Kalau kekebalannya sudah habis. 

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Atin ~ Pekalongan 

Assalamualaikum dok, 

Benarkah penularan covid sekarang juga melalui udara yang saat awal muncul penularan melalui dorplet?

Benarkah orang yang sudah sembuh dari covid memiliki kekebalan tubuh lebih baik sehingga tidak bakal tertular lagi?

🌷Jawab: 

Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Banyak pakar yang meyakini penularan covid juga bisa melalui udara.

Benar, yang pernah covid punya kekebalan.

Tapi diduga hanya bertahan 6 bulan.

Setelah itu bisa tertular lagi.

Orang yang sudah pernah covid dengan gejala ringan-sedang, antibodinya hanya melindungi sampai 6 bulan saja atau kurang. Kalau gejala berat, bisa sampai 1 tahun. 

💎Jika terlanjur bersentuhan dengan orang yang positif covid apakah harus swab atau bisa langsung isolasi mandiri saja dok. Karena tidak ada gejala.

🌷Untuk memastikan harus swab bun 

Kalau isoman (isolasi mandiri) saja kita tidak tahu virusnya masuk tidak ke badan kita.

💎Karena keterbatasan biaya, bisakah rapid antigen saja?

🌷Boleh bun

💎Maturnuwun  dok penjelasannya. 

🌷Sami-sami. 

🌷🌷🌷🔹🔹🔹🌷🌷🌷

 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Selalu ingat pesan ibu 

√ Pakai masker

√ Cuci tangan 

√ Jaga jarak 

Jaga IMUN dan IMAN, insyaallah semoga kita terhindar dari virus corona.

Tetap sehat dan semangat. 

Mohon maaf bila ada salah kata dan sapa. 

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar