Kamis, 22 November 2018

HARGA SEBUAH CINTA



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

          💎M a T e R i💎

Assalamu'alaikum Sholehah Bidadari Surga...
Apa kabarnya malam ini?

Puja dan Puji hanya untuk Allah Azza Wajalla yang telah memberi kita rizki berupa waktu yang luang dan dan kemauan untuk bersama sama menyimak kajian dimajlis ini.
Sholawat dan salam untuk Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Ukhtyna yang dicintai Allah ...
Berapa harga sebuah cinta?

Sejuta?,
Semilyar?,
Setrilyun? 
Atau tidak ada bilangan yang bisa menggambarkan saking tidak ternilainya?

Coba Kita renungkan sebuah tulisan Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi berikut ini:

❤Cinta itu Mahal

Jangan beri cinta pada sembarang hal
Memberi cinta atau meletakkan cinta kepada sebarang adalah sia-sia dan akan menyesal
Karena cinta itu mahal biarlah pulangannya sepadan dengan mahalnya

Kita beri cinta pada perempuan terutama yang bukan isteri kita,
Berbagai-bagai perkara dan benda dia minta kita berikan kepadanya,
Bukan dia yang memberi sesuatu kepada kita, bukankah kita dibodohinya?
Adakalanya setelah dia kikis harta dan kekayaan kita, dia pun tarik diri dari kita apakah untungnya?
Begitu juga kita berikan cinta kepada isteri kita, berbagai-bagai perkara yang dia minta kita kena beri juga,
Dia tidak fikir lagi apakah kita ada atau tidak ada,
Sudahlah cinta kita beri kepadanya, kita diminta pula apa sahaja!
Sepatutnya dialah yang memberi kita apa sahaja,
Karena kita telah bayar dengan kecintaan kepadanya, cinta itu bukankah mahal?
Kita cinta harta, kita cari untuk kita milikinya,
Siang malam kita tidak rehat dibuatnya karena cintakan harta,
Setelah dapat apa yang kita mau,
Banyaklah harta yang ada pada kita, hingga kita jadi orang kaya,

Aduh! Sedihnya kita pula kena jaga harta
Kalau tidak jaga orang curi pula atau dia binasa
Sepatutnya kecintaan telah kita beri kepadanya, dialah jaga kita,
Mengapa pula kita jaga dia
Kita pula telah diperbodoh oleh harta
Kita diperhambanya hingga menyusahkan kita
Kita letak dia di tempat yang mulia dan terpelihara
Hartalah yang mulia bukan kita yang mulia, kita tidak dipedulikannya
Sekali lagi harta boleh memperbodoh kita

Mengapa manusia tidak pandai meletakkan cinta
kepada Zat Dialah yang akan menjaga kita
Dia akan urus kita, bertanggungjawab kepada kita, memelihara kita
Siang malam Dia akan jaga kita
Di waktu susah disenangkan-Nya kita!
Ketika sakit disembuh-Nya kita!
Di kala kita miskin dikayakan-Nya kita!
Di waktu kita lapar dikenyangkan-Nya kita!
Di waktu kita takut, dihiburkan-Nya kita!
Bahkan Dia memberi segala-galanya kepada kita selama mana  kita masih hidup di dunia
Yang saya maksudkan ialah Tuhan kita yang menghidup dan mematikan kita

Bukankah baik kita cintakan Dia, kita beri kasih sayang kepada-Nya
Alangkah patutnya bahkan indahnya kita mencintai satu Zat yang belum kita kenal Dia jauh sekali mencintai-Nya
Dia telah beri kita hidup, rezeki, kesihatan, hiburan dan lain-lainnya
Kita belum beri kasih sayang kepada-Nya Dia telah pemurah dengan kita, terutama udara
Tanpa kita bayar apa-apa kepada-Nya

Kalaulah kita kenal Dia dan cinta pula dengan-Nya Dia akan beri kita
sesuatu yang bersifat rohani dan maknawi pula
Yang bersifat maknawi dan rohani itu lebih mahal daripada kehidupan yang lahir di dunia
Untungnya kekal abadi, kita terima di Akhirat sana di dalam Surga
Apakah dia?
Yaitu rahmat-Nya

Dia akan anugerah yang lebih besar lagi yang kita akan terima dari-Nya
Hidayah-Nya taufiq-Nya, iman dan taqwa, cinta-Nya, redha-Nya, *keampunan-Nya akhirnya adalah Syurga-Nya
Mengapa kita tidak jatuh hati dengan Zat yang kita tidak cinta pun
pemurah-Nya sudah diberi-Nya kepada kita?
Kalau kita cintai Dia lebih besar lagi kita terima redha dan keampunan-Nya
Kita tidak payah jaga Dia, Dialah yang jaga kita
Kita tidak payah tadbir Dia, Dialah yang mentadbir kita
Kita tidak payah menjaga keselamatan-Nya, Dialah yang menjaga keselamatan kita
Bahkan di waktu kita tidur pun Dia jaga kita begitu setia
Mengapa kita beri cinta murahan, yang menyusahkan kita
Kitalah yang memberinya bukan dia memberi kita
Macam-macam kita memberinya itu pun dia tidak setia

Alangkah bodohnya kita bahkan malang sekalilah kita karena ditipunya kita
Di mana akal kita hingga tidak mampu berfikir secara rasional
Marilah kita merubah sikap untuk menyelamatkan diri kita
Kita cintailah Tuhan, yang Dia memberi kita segala-galanya hidup dan mati kita
Cintakan Tuhan selamat kita ke Surga

Itu diatas tulisan renungan dari Abuya, semoga kita mampu merenungi kemana arah cinta meski berlabuh.

🌸🌷🌸
Sahabat Muslimah yang semoga Dirahmati Allah

Buya Hamka mengatakan kalau cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan.

Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan.

Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat.

Subhanallah, Mahasuci Allah yang telah memberikan cinta-Nya pada manusia dengan memberikan anugrah berupa rasa cinta.

Cinta itu kata yang istimewa, sanggup menaklukkan semua hati yang dilandanya. Dia yang mencintai dapat mengorbankan dirinya, bahkan sampai mati. Dia yang sadar bahwa dicintai, hidupnya akan penuh warna.

Dan, hanya ada satu cara untuk mengalami keindahan cinta, yaitu membiarkannya mengalir ke dalam hati yang telah terbuka, memenuhi tiap rongga yang akan sekarat dan mati tanpanya. Maka hati yang tadinya mati akan hidup kembali. Ruang-ruang yang suram itu dalam sekejap akan menjadi berwarna-warni.

Cinta itu, begitu dahsyat dan tak tertandingi!
Berkaca dari cara seorang sahabat Rasulullah SAW membayar harga sebuah cinta yang tumbuh dihatinya, salah satunya adalah Mus’ab bin Umair “

Mush’ab. Lahir lahir di Makkah dari ayahnya Umair bin Hisyam bin Abdi Manaf, keluarga bangsawan utama dan konglomerat Quraisy. Ibunya Khanas binti Malik bin al-Madhrib, wanita kaya-raya di Kota Makkah. Tak ada kafilah yang datang ke Makkah yang tidak membawa dagangan ke rumahnya. Tidak ada pula kafilah yang pergi ke Syam (sekarang Suriah) yang tidak membawa dagangan padanya. Mus’ab adalah salah satu dari sekian banyak sahabat Rasulullah yang masuk Islam pertama kali atau lebih kita kenal dengan generasi Awal (Assabigunal Awwalun)

Ibnu Sa’ad dalam Kita Thabaqat mengataka, ibu Mush’ab adalah wanita paling kaya dan paling mewah di zaman itu. Pakaiannya paling indah dan mewangiannya melebihi penduduk Makkah di zaman itu. Rasulullah pernah bersabda, “Aku tidak melihat Makkah sahabat paling baik, pakaian paling indah dan kehidupan paling mewah, lebih daripada Mush’ab bin Umair.”

Namun sesudah memeluk Islam, ia berubah sama sekali. Ia kini seorang pemuda zuhud dan jauh dari hiruk-pikuk dunia.

Suatu hari Utsmani bin Thalhah melihat Mush’ab bin Umair sedang beribadah kepada Allah Ta’ala, maka ia pun melaporkan apa yang ia lihat kepada ibunda Mush’ab. Saat itulah periode sulit dalam kehidupan pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan ini dimulai.

Mengetahui putra kesayangannya meninggalkan agama nenek moyang, ibu Mush’ab kecewa bukan kepalang. Ibunya mengancam bahwa ia tidak akan makan dan minum serta terus beridiri tanpa naungan, baik di siang yang terik atau di malam yang dingin, sampai Mush’ab meninggalkan agamanya. Saudara Mush’ab, Abu Aziz bin Umair, tidak tega mendengar apa yang akan dilakukan sang ibu. Lalu ia berujar, “Wahai ibu, biarkanlah ia. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang terbiasa dengan kenikmatan. Kalau ia dibiarkan dalam keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya”. Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan dikurung di tempat mereka.

Hari demi hari, siksaan yang dialami Mush’ab kian bertambah. Tidak hanya diisolasi dari pergaulannya, Mush’ab juga mendapat siksaan secara fisik. Ibunya yang dulu sangat menyayanginya, kini tega melakukan penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah karena luka-luka siksa yang menderanya. Tubuhnya yang dulu berisi, mulai terlihat mengurus.

Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu. Tidak ada lagi fasilitas kelas satu yang ia nikmati. Pakaian, makanan, dan minumannya semuanya berubah. Ali bin Abi Thalib berkata, “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam) dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” (HR. Tirmidzi No. 2476).

Zubair bin al-Awwam mengatakan, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dengan para sahabatnya di Masjid Quba, lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda, “Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya…” (HR. Hakim No. 6640).

Saad bin Abi Waqqash radhiayallahu ‘anhu berkata, “Dahulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair adalah pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa yang kami alami (intimidasi), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah-pecah mengelupas dan ia merasa tertatih-taih karena hal itu sampai-sampai tidak mampu berjalan. Kami ulurkan busur-busur kami, lalu kami papah dia.” (Siyar Salafus Shaleh oleh Ismail Muhammad Ashbahani, Hal: 659).

Kenikmatan-kenikmatan materi yang biasa ia rasakan tidak lagi ia rasakan ketika memeluk Islam. Bahkan sampai ia tidak mendapatkan pakaian yang layak untuk dirinya.

Rasulullah memujinya dengan mengatakan, “Dahulu saya lihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orangtuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

Mush’ab bin Umair adalah pemegang bendera Islam di peperangan. Pada Perang Uhud, ia mendapat tugas serupa. Muhammad bin Syarahbil mengisahkan akhir hayat sahabat yang mulia ini. Ia berkata:

Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu membawa bendera perang di medan Uhud. Lalu datang penunggang kudak dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya.

Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya.

Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali bin Abi Thalib.

Setelah perang usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memeriksa sahabat-sahabatnya yang gugur. Abu Hurairah mengisahkan, “Setelah Perang Uhud usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari sahabat-sahabatnya yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin Umair yang syahid dengan keadaan yang menyedihkan, beliau berhenti, lalu mendoakan kebaikan untuknya.

Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda, “Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir.”

Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah. Saat itu usianya 40 tahun.

Inilah harga sebuah cinta bagi Mus’ab Bin Umair

Dia tebus cintanya dengan harta dan nyawa.

Demikian saja malam ini dari saya, sungguh sangat banyak kisah kisah yang sangat mengharukan, hanya saja karena terbatasnya waktu, cukup satu kisah saja yang kita bahas malam ini mewakili pembuktian cinta.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Nurfalah
Assalamualaikum,

Ketika kita bercerita tentang kebesaran Allah,  tersentuh hati ini sampai meneteskan air mata. Tapi ketika kita menghadapNya kenapa belum bisa khusu'? Kadang dalam sholat tahajjud dipaksa nangispun tidak bisa.

🌷Jawab:
Sifat khusyu’ dalam hati manusia  bertingkat-tingkat (kesempurnaannya) sesuai dengan bertingkat-tingkatnya pengetahuan (dalam) hati manusia terhadap Zat yang dia tunduk kepada-Nya (Allah Ta’ala) dan sesuai dengan bertingkat-tingkatnya penyaksian hati terhadap sifat-sifat yang menumbuhkan kekhusyu’an. Makanya setiap waktu jangan sia-siakan untuk terus mengali ilmu agama. Dan khusu' sendiri adalah tenangnya hati saat menghadap I{lahi dalam sholat, dalam membaca Quran, tidak gelisah. Dan orang-orang yang khusu' adalah orang-orang yang menang. 

Dan ada tidaknya menangis didalam sholat, ini juga bergantung keras tidaknya hati kita, hati yang lembut akan mudah tersentuh, hati yang keras akan sulit tersentuh, maka lembutkanlah hati dengan memperbanyak istighfar.

Dan salah satu manfaat dari seringnya kita menghadiri majlis ilmu adalah semakin seringnya hati tersentuh oleh apa yang disampaikan. Dan ini akan mengasah kita untuk menyadari kelemahan diri kita, kehinaan diri kita dihadapan Allah, yang dengan itu semua maka hati kita akan terjauh dari kesombongan.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Cleo
Bund Ir, adakah tips khusus agar selalu istiqamah dalam beribadah. Kadang ada saja godaannya (astagfirullah). Pernah tengah malam, tidak bisa tidur dan tiba-tiba lemes gemetar. Membayangkan tubuh kita di himpit tanah yang sempit, gelap dan sendirian.

🌷Jawab:
Salah satu tips agar istiqomah adalah mengingat mati, membayangkan kelamnya kubur, membayangkan sempitnya kubur, dalam kesendirian, tanpa teman, tidak ada siapapun yang bisa membantu kecuali amalan baik kita, sering seringlah mengingat hal itu, maka In syaa Allah kita akan kuat untuk beribadah, dan tambahlah ilmu agama, karena dengan mengenal Islam maka kita akan semakin termotivasi untuk beribadah. Jangan lupa juga mencari lingkungan (teman) yang bisa mensupport kita beribadah.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Wetni
Apa makna dari, "Hidup tanpa cinta, Bagai malam tiada berbintang", bun?

🌷Jawab:
Ha ha ha...  bunda ini yaa... Bagai sayur tanpa garam bund... 
Persis bagai hidupku tanpa bunda.

0⃣4⃣ Lila
Bagaimana cara menyikapi rasa jikalau kedua belah pihak belum bisa untuk lanjut proses ta'aruf?

🌷Jawab:
Pulangkan kembali rasa itu kepada pemilik nya,  karena kita tidak pantas memilikinya.  Allah sebagai pemilik sejati rasa cinta,  maka kembalikan padaNya.  Berserah dirilah terhadap keputusanNya.

Jangan membiarkan rasa itu terus menghantui kita. 

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Yanti
Apakah dengan cinta kita semakin besar kepada Allah maka kecintaan kepada dunia perlahan akan berkurang sampai dengan hilang Atau Kita harus mengurangi dulu cinta dunia agar bisa mencintai Allah dengan sungguh-sungguh?

🌷Jawab:
Cinta kepada Allah akan menumbuhkan rasa takut, takut untuk kehilangan Allah, takut tidak akan dapat menjumpai Allah diakhirat kelak, takut tidak bisa memasuki surgaNya kelak, maka dengan ketakutan itu cinta kepada dunia akan berkurang karena tujuan hidup kita hanya Allah, sementara dunia ini hanya akan menjadi sarana menuju Allah.

Jadi cintailah Allah, jangan tunggu rasa cinta kepada dunia berkurang baru mencintai Allah, karena cinta dunia ibarat meminum air laut, makin diminum makin haus. Karenanya tumbuhkanlah rasa cinta kepada Allah dengan cara memperkuat Iman dan ketaqwaan.
Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Sri
Apa yang harus kita lakukan saat kita belajar meletakkan cinta pada tempat NYA banyak godaan disekitar kita yang berusaha memalingkan kita dari tujuan awal kita tadi, kadang membuat kita sedikit banyak terpengaruh hingga akhirnya kita kembali gagal dengan tujuan awal tersebut?

🌷Jawab:
Akan sangat banyak godaan yang datang kepada kita jika kita mulai mendekat kepada Allah, kepada kebaikan dan amal sholeh, itu hal yang lumrah, karena Setan tidak akan pernah rela kalau kita keluar dari lingkarannya. Jadi hal yang harus kita lakukan adalah berperang melawan maunya setan, kalahkan setan maka kita akan tetap berada dibarisan orang-orang sholeh, cara mengalahkannya adalah dengan memaksakan diri untuk tetap beramal sholeh meski berat, tetap hadiri pengajian meski ada aja halangannya, tetap bersamai teman-teman sholehah agar kita tetap termotivasi untuk berada dijalanNya.

Bertahan atau istiqomah itu tidak ringan, dan butuh perjuangan berat. jangan patah semangat, ingatlah perjumpaan dengan Allah menunggu kita.

Wallahu a'lam

0⃣7⃣ Yanti
Ketika anak saya wafat, saya kehilangan minat terhadap dunia, rasanya dunia ini hanya berjalan saja. Saya tidak lagi punya cita-cita.
Bagaimana agar semua ini bisa diubah dengan cinta kepada Allah? Sedikit banyak saya mulai faham mengapa Allah mengambilnya, tapi saya seperti sudah tidak kerasan tinggal di dunia, padahal bekal untuk pulang juga belum memadai!

🌷Jawab:
Keikhlasan akan takdirNya adalah kunci Move On didalam kehidupan.  Kematian pasti akan datang tanpa kita minta dan kita inginkan.  Dia akan menemui kita, sementara kita butuh bekal untuk pulang. Patah semangat adalah salah satu tanda bahwa kita tidak ikhlas atas takdirNya, kita tidak rela akan apa yang diperbuatNya kepada kita.

Anak adalah titipan, suami adalah titipan, harta adalah titipan, ayah dan ibu adalah titipan, keluarga adalah titipan. Kita tak ada hak sedikitpun untuk memiliki sebuah titipan. Jika yang punya mengambilnya maka kita harus serahkan. 

Penyadaran yang perlu kita lakuka  adalah titipan bukan hak kita jangan pernah menentang takdirNya karena kita Pasti Akan Kalah, kita tidak akan pernah menang melawan yang menguasai hidup kita!!! 

Apakah seorang budak hamba sahaya bisa melawan tuannya???  Tentu tidak bukan?  Jikapun dia melawan maka dia akan konyol sendiri,  begitu juga dengan kita,  kita akan kalah melawan Allaah Azza Wajalla.  Itu Pasti.

Saatnya mendekat kepada Allah, bersimpuh  pangkuanNya, kembalikan hati kepadaNya. Kita yang butuh Allah, bukan Allah yang butuh kita,  jika kita lemah dalam iman, maka kerugian yang akan kita dapatkan. 

Yang berpulang sudah menyelesaikan tugasnya didunia, dan kita yang masih hidup wajib menyelesaikan tugas kita  didalam penghambaan padaNya. Maka lakukanlah itu sampai akhirnya kitapun kembali padaNya.

Wallahu a'lam

0⃣8⃣ iDha
Bagaimana caranya agar istiqomah mencintai Allah dan Rasul? Berbakti kepada suami dan orang tua apakah termasuk mencintai Allah?

🌷Jawab:
Berbakti kepada orang tua dan Suami adalah salah satu jalan mencintai Allah,  ridho orang tua adalah ridho Allah,  keta'atan kepada suami juga kunci Ridhonya Allah kepada kita.

Pernah dengar kisah Mutiah?  Beliau adalah wanita pertama yang masuk surga sesudah Istri Rasulullah SAW, semua karena apa? Karena kesetiaannya kepada suaminya, dia tidak mau menerima tamu laki-laki tanpa seizin suaminya, meski itu hanya anak kecil, dan dia menyediakan cambuk untuk dirinya sendiri jika masakannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh suaminya.  Silakan cari kisah beliau dan baca serta pahami. 

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎


Sahabat Bidadari Surga yang saya cintai karena Allah

Harga cinta memang tidak mampu kita menghitungnya, karena berasal dari hati, kekuatannya tidak akan mampu kita bayangkan. Seorang pecinta akan melakukan apapun untuk yang dia cintai. 

Cinta sejati adalah kecintaan pada Allah. Kecintaan pada-Nya pasti bisa menyelamatkan orang yang mencintai-Nya dari adzab dan semestinya pula seorang hamba tidak mencoba-coba mengganti cinta hakiki itu dengan yang lainnya.

Ada cinta tertinggi yang telah kita terima, bukan hanya kita tapi alam inipun menerima, kita terima tanpa harus membayar sepeserpun, Allah memberikannya tanpa perlu kita meminta apalagi membayarnya. Inilah cinta tertinggi dari Sang Maha Pecinta, Sang Maha Rahman, Sang Maha Rahim.

Demikianlah malam ini dari saya,  semoga bermanfaat untuk kita semua dan untuk saya khususnya. 

Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar