Minggu, 28 Februari 2021

MENJADI IBU VISIONER BUKAN OTORITER

 


OLeH: Bunda Rizki Ika S.

   💎M a T e R i💎

🌸MENJADI IBU VISIONER BUKAN OTORITER


Apa sih, ibu visioner itu?
Ibu visioner adalah ibu yang memiliki cita-cita besar, berambisi kuat, anti minimalis, selalu menginginkan yang terbaik, dan yang pasti sosok pembelajar sejati.
Ibu visioner memiliki cita-cita besar jauh ke depan. Menembus batas ruang dan waktu.

Bukan semata berambisi mengantarkan anak-anaknya sukses secara individual: menjadi insinyur, dokter, atau pengusaha. Tapi juga mendorong lahirnya generasi takwa yang mampu menjawab tantangan zaman.

Lalu apa tantangan zaman now yang sedang kita hadapi?

Hari ini nyata dihadapan kita cengkeraman hegemoni kekuatan Barat yang kapitalis dan sekular, menjajah serta memporak-porandakan semesta. Bahkan nyaris tidak ada satu lini pun yang luput dari genggaman kekuasaan kapitalisme yang arogan lagi membinasakan: politik, ekonomi, juga budaya. Sementara krisis kepemimpinan terus melanda. Sangat sulit menemukan sosok pemimpin ideal sebagaimana yang diperintahkan syariat. Krisis konsep tata kelola negara yang benar lagi mensejahterakan juga terjadi. Wajar jika kita senantiasa diselimuti kesempitan hidup sepanjang janji-janji ilusi.

Maka, ibu visioner memantik terwujudkan generasi yang mampu membebaskan negeri ini juga dunia dari pengaruh kekuasaan rakus dan pongah sistem kapitalisme. Cita-citanya menembus kesuksesan dalam pengertian sempit (yakni sukses anak menjadi 'orang besar'), melesat menyulut generasi menjadi pemimpin masa depan. Tentu, para pemmpin yang memimpin dunia dengan syariat-Nya yang penuh rahmat.

Ibu visioner bercita-cita besar menjawab tantangan zaman sekaligus menyambut hadist Rasulullah ﷺ tentang penaklukan Roma. Setelah Konstantinopel jatuh ke dalam pelukan Islam, berikutnya Roma akan mengalami hal yang sama. Siapa yang melahirkan generai penakluk Roma? Kitalah orangnya. Ya, kita, para ibu yang tidak henti berjibaku mendidik generasi dan tidak bosan mengetuk pintu langit berharap ridha Ilahi, kitalah orang yang dimaksud.

Karena itu, peran sebagai ibu tidak boleh diremehkan sedikitpun. Ibu tidak hanya melahirkan seorang anak, mengasuh dan mendidiknya supaya pintar saja, namun lebih dari itu, ibu adalah pelahir dan pencetak generasi. Peran sebagai ibu adalah peran bergengsi yang memiliki nilai tinggi di hadapan Alloh ﷻ juga manusia. Peran sebagai ibu adalah peran yang utama, peran yang mulia, bukan perkara remeh-temeh. Faktanya, peran sebagai ibu sangat strategis dan politis. Karena dari tangan para ibulah lahir generasi pemimpin, generasi penakluk, bukan sebaliknya, generasi pecundang.

Ibu visioner tidak boleh lengah sedikitpun dalam memegang kendali, baik dalam mengarahkan dan mendidik buah hati.

Namun bukan berarti ibu menjadi sewenang-wenang (otoriter), dan bersikap arogan. Ibu tetap harus memahami kebutuhan anak untuk didengarkan suara hatinya, juga diberi ruang menyampaikan pendapat.

Namun saat pendapat anak keluar dari syariat, atau anak salah melangkah mendekati maksiat, ibu harus segera bertindak menyelamatkan.

Demikianlah, ibu visioner melahirkan anak-anak generasi pemimpin yang berjalan di atas ketaatan. Ibu visioner mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan ketegasan, bukan dengan sikap otoriter yang melahirkan disiplin semu dan jiwa yang rapuh.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0️⃣1️⃣ Serra ~ Malang 
1. Bagaimana mempertahankan ibu visioner ketika ada mertua yang mana pola asuhnya jauh beda dengan mereka? 

2. Apakah boleh Kita membiarkan ketika mengajari anak untuk mengenal peraturan di rumah mertua atau Kita boleh tidak menaati selama misal main sebentar saja?

3. Dan bagaimana menjelaskan ketika di rumah ibu Kita yang mana di rumah ibu Kita bebas tanpa peraturan karena di anggap Masih kecil.

Terima kasih itu dulu dari Saya.

🌸Jawab:
Bunda Serra yang disayang Alloh ﷻ.

Mertua atau juga orang tua kita adalah produk pendidikan yang sangat mungkin berbeda dengan gaya pendidikan yang kita pelajari yang berasal dari Islam. Maka, agar kita bisa satu frekuensi dalam mendidik anak-anak, harus dilakukan komunikasi kepada mertua juga orang tua kita. Tidak mudah memang, juga butuh waktu. Tapi demi melahirkan generasi shalih, maka mau tidak mau kita berupaya melakukannya.

1. Komunikasikan kepada mertua dengan cara yang ma'ruf. InsyaAllah, mertua akan memahami, terutama setelah kita menjelaskan bahwa pola asuh yang baik semata-mata demi melahirkan anak-anak , cucu-cucu dari mertua, yang juga baik.

2. Aturan dan nilai yang kita berikan kepada anak harus satu macam, Bund. Karena nanti kalau ada perbedaan terjadi inkonsistensi. Anak bukan hanya bingung, tapi juga menyepelekan aturan. Kalau di rumah sholat harus tepat 5x sehari, ternyata di rumah nenek boleh bolong-bolong sholatnya, misalnya. Nah, ini akan berefek buruk bagi pertumbuhan kepribadian anak.

3. Sampaikan kepada anak bahwa di rumah nenek akan ada suasana yang berbeda. Selama tidak ada pelanggaran terhadap syariat, tidak apa-apa ibu memberi kelonggaran. Misal, waktu bermain jadi lebih banyak karena akan ada sepupunya, om nya, yang tentu ingin mengajak anak-anak kita bercengkrama, jalan-jalan dan seterusnya. Tapi untuk hal-hal yang prinsip, seperti sholat, menutup aurat, misalnya, tidak ada toleransi. Di rumah sendiri atau di rumah kakek-nenek, tetap harus melaksanakan.

Begitu, Bunda.
Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Titin ~ Malang 
Assalamualaikum,

Ibu Visioner adalah sangat spektakuler dan baik sekali hanya menurut saya suatu hal yang tidak mudah karena banyak disekitar kita Ibu yang tidak dapat mengontrol dirinya sendiri karena permasalahan keluarga. Dan sering malah anak yang jadi korban.

Mungkin dalam hal ini bisa dikasih tip-tipsnya?

Maksud saya dalam Islam poligami kan boleh dan yang jadi masalah hal ini sudah biasa tapi yang saya lihat Ibu-ibu ini mentalnya belum siap sehingga untuk mengontrol dirinya sendiri saja sulit, bagaimana mungkin bisa jadi Ibu yang Visioner? Ini yang saya lihat dan amati.

Mohon pencerahannya

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bunda Titin shalihah...
Ibu visioner bukan ibu yang bebas tanpa masalah. Ibu visioner juga manusia biasa yang diliputi berbagai problem. Bedanya dengan ibu-ibu pada umumnya, ibu visioner mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik dan memiliki kesabaran atas masalah yang dihadapinya.

Dengan demikian, ibu visioner bukanlah kondisi mustahil yang tidak mungkin diwujudkan. Justru menjadi ibu visioner ini sangat realistis, sebab banyak sudah tauladannya, pada diri shahabiyah salah satunya. Di zaman now, kita bisa melihat sosok para ibu visioner pada diri muslimah ghaza di Palestina misalnya. Lihat, masalah mereka sangat pelik, berjibaku di tengah suasana perang. Namun di tengah berbagai kesulitan, mereka tetap berjuang menjadi pembela agama Alloh ﷻ, tidak berputus asa bahkan semakin membara semangat melahirkan anak-anak mujahid.

Btw, poligami itu syariat Alloh ﷻ, sehingga tidak bisa dinilai dengan kacamata perasaan atau akal. Sulit memang menjadi ikhlas diduakan oleh suami. Tapi demi meraih ridha dan pahala-Nya, tidak ada jalan lain. Kita harus ikhlas sekaligus bersabar. Lagi pula, yang monogami bukan berarti mulus-mulus saja perjalanan pernikahannya. Kadang kita terlampau fokus pada kesulitan diri, jarang melihat keluar bagaimana kesulitan kita hanya seujung kuku kesulitan perempuan-perempuan di Uighur misalnya, atau muslimah di India misalnya. Mereka mendapatkan tindakan relresif yang sangat mengerikan, tapi tetap istiqomah.

Yuk sama-sama belajar dari para muslimah tersebut.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Novita ~ Ambon
Assalamualaykum ustadzah, 

Bagaimana caranya untuk bisa menjadi ibu yang visioner tetapi tidak melawan kodrat sebagai wanita shalihah dan tidak abai dalam urusan rumah tangga sesuai yang diatur dalam syariat islam?
Syukron

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bunda Novita shalihah.
Ibu visioner itu bukan ibu yang melawan sunnatullahnya sebagai perempuan shalihah. Justru visinya sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, yakni beribadah kepada Alloh ﷻ. Karenanya, ibu yang visioner akan serius memerankan amanahnya sebagai al-umm wa rabbatul bait yang ditaklifkan Alloh ﷻ atas dirinya. Dia serius mendidik generasi, menempa mereka menjadi sebaik-baik orang beriman. Dia sekaligus menjadi manager (pengatur) terbaik dalam rumah tangganya. 

Demikian, Bunda
Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Yulia  ~ Bekasi 
Assalamualaikum, 

Zaman sekarang suka tidak suka anak-anak akan berhadapan dengan budaya barat atau Korea, sebagai seorang ibu pasti selalu mendidik anak sesuai dengan syariat Islam namun perkembangan teknologi memudahkan anak mengakses informasi dunia luar, bagaimana kiat cara mendidiknya?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bunda Yulia yang dirahmati Alloh ﷻ.
Keresahan Bunda juga keresahan kita semua. Yang perlu dilakukan adalah memahamkan anak-anak generasi tentang way of life yang seharusnya mereka adopsi: yakni jalan hidup Islam bukan jalan hidup kufr. Ini melibatkan upaya pengokohan akidah dalam diri anak. Caranya banyak, dengan story' telling, dengan halqah, dengan membacakan buku, dan seterusnya.

Selanjutnya, beri rambu-rambu yang jelas saat menggunakan produk teknologi. Karena pemanfaatan teknologi juga dihisab oleh Alloh ﷻ, maka menggunakannya pun harus sejalan dengan perintah dan larangan-Nya. Tidak boleh bebas sesukanya, mengakses pornografi misalnya.

Demikian bunda, semoga membantu.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar