Minggu, 17 November 2019

SAAT UJIAN DAN COBAAN MENERPA DIRI



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

           💎M a T e R i💎

Sahabat-sahabatku yang dicintai Alloh ﷻ...

Akan ada fasenya dalam hidup di mana kita akan berkawan dengan cobaan dan rintangan. Sebagian kamu mungkin tengah mengalaminya saat ini.
Sudah berjibaku belajar demi lulus ujian perguruan tinggi, ternyata harus menerima kegagalan.

Sudah segala usaha dilakukan demi pekerjaan impian, tapi yang didapat justru pekerjaan yang tak pernah kamu inginkan. Bisnis yang dirintis dengan optimis harus berakhir dengan miris.
Mencari pelarian dari masalah dan cobaan yang tengah menderamu hanyalah jalan pintas yang sia-sia. Berpergian ke sana-kemari, melintas ke tempat-tempat gemerlap, mencicipi apa yang terlarang, semua hanya memberi kesenangan sesaat. Sepulangnya di rumah, beban itu kembali terasa.

Pun jika sudah menceritakan masalah ke beberapa kawan, namun kelegaan tak kunjung  didapatkan. Tak ada seorang pun yang benar-benar paham dengan cobaan yang tengah kita hadapi saat ini.

“Aku lelah, penderitaan ini seperti tiada hentinya. Bahkan tidak ada seorang pun yang peduli dan menemani di saat aku terpuruk seperti ini.”
Ya, barangkali itulah sebaris kalimat yang sering terucapkan ketika menerima cobaan.

Seakan kitalah orang yang paling menderita di dunia ini.

Mengeluh,

Mengeluh,

Dan mengeluh terus tanpa henti.

Kita selalu iri melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih bahagia. Di dalam benak, kita berbisik  jika Tuhan tidak adil, “kenapa harus  aku yang menerima takdir ini?”
Sudah menjadi kodrat jika hidup di dunia selalu penuh dengan ujian dan cobaan. Sebagai manusia, kita hanya perlu bertahan untuk menjalaninya.

Bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah. Kita tidak perlu mengeluh, atau selalu iri kehidupan orang lain.
Sebenarnya tidak ada seorang pun di dunia ini yang luput dari cobaan. Hanya saja, terkadang terdapat perbedaan cara dalam menyikapi cobaan tersebut. Ada orang yang selalu curhat ke orang lain, ada yang menyebar penderitaannya dengan memasang status di sosial media, ada yang lebih memilih diam, dan ada yang hanya mengadu kepada Alloh ﷻ.

Sahabat-sahabatku yang kucintai karena Alloh ﷻ... 

Kehidupan di dunia hanyalah sementara. Kita hanyalah seorang pengelana yang singgah sesaat. Kelak jika sudah habis masanya, kita akan berpulang kepada-Nya. Jika kita dapat menuju surga-Nya, maka kita akan memperoleh kebahagiaan yang kekal selamanya.

Apapun yang bernama ujian dalam hidup, hakekatnya, Allah Ta'ala telah sesuaikan dengan kemampuan makhluk-Nya

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’: 35)

Tidak akan ada habisnya memperbincangkan masalah-masalah kehidupan yang ada di sekitar kita. Setiap kita memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam menghadapi setiap persoalan yang datang silih berganti.

Hidup selalu bergandengan dengan masalahnya, dan kita berusaha sekuat tenaga menyelesaikannya dengan memohon pertolongan dari Alloh Ta’ala.
Setiap yang diberi hidup pasti akan mendapatkan bagiannya dalam hal ujian. Apapun ujian yang dihadapi, baik itu masalah pribadi, problem keluarga, perjuangan untuk kemaslahatan umat atau menegakkan agama Alloh ﷻ, kesemuanya membutuhkan sikap cermat dan kesabaran yang utuh.

Pun tidak ada kesempatan untuk mengelak dari apa yang sudah ditetapkan. Tidak juga dapat menghindar dari apa yang telah ditakdirkan. Masing-masing di antara manusia mendapatkannya secara adil dan merata.
Jika terdapat seorang makhluk yang mampu berbuat baik secara sempurna dalam beribadah kepada Alloh ﷻ dan ‘mumpuni’ dalam memberikan manfaat bagi hamba-hamba-Nya yang lain, maka baginya bagian yang besar berupa rahmat dari sisi Allah Ta’ala.

Setiap orang, saat dihadapkan pada masalah hidup, menjadi nyata dan nampak sifat kemanusiaannya. Terhadap persoalan hidup yang susah dan rumit orang cenderung mengeluh dan berkecil hati, seakan hidup ini tidak adil.

Orang menjadi beranggapan negatif terhadap Tuhan. “Mengapa kesusahan hidup selalu menimpaku?”, atau dengan ungkapan lain “Kapan hidup keluargaku sejahtera dan berkecukupan?”.

Pertanyaan semacam itu sangat mungkin muncul dalam kehidupan setiap orang.
Berkenaan dengan sifat manusia, Alloh ﷻ memberikan penjelasan

فإذا مسّ الإنسان ضرّ دعانا ثمّ إذا خوّلناه نعمة منّا قال إنّما أوتيته على علم بل هى فتنة ولكنّ أكثرهم لا يعلمون

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS: Az-Zumar ayat 49)

🌸🌷🌸
Saudari-saudari ku yang dicintai Alloh ﷻ...
Di manapun dan kapanpun manusia akan menemukan ujian sesuai dengan apa yang telah Allah Ta’ala tetapkan. Ketentuan-Nya berlaku bagi siapapun tanpa terkecuali. Terhadap ujian yang diberikan itu hendaknya manusia berpikir dan merenungi akan hikmah dan pelajaran berharga di balik setiap ujian yang datang. Adakah itu peringatan, cobaan atau malah hukuman?

Alloh ﷻ telah mensinyalir keadaan manusia terhadap ujian yang dihadapi, firman-Nya:

فأمّا الإنسانُ إذا ما ابتلاهُ ربّه فأكرمه ونعّمه فيقول ربّي أكرمني

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakan ku”.” (QS: Al-Fajr: 15)

Untuk itulah, sikap kita adalah pilihan kita. Menghadapi setiap ujian itu dengan sebentuk kesadaran akan kekuasaan Allah Ta’ala, dan pemaknaan ketidakberdayaan kita pada titik klimaks, dengan ujian tersebut menjadi wahana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Dengan pengertian ini konsekuensinya setiap yang diuji dengan berbagai macam kesulitan dan kesusahan, sikap sabar menjadi penguat kepribadiannya. Pun jika diuji dengan berbagai macam keberlimpahan harta dan kemudahan, sikap syukur dengan tidak melupakan bahwa apapun yang diterima adalah pemberian dan rahmat dari Allah Ta’ala, kemudian ada kepuasan dalam berbagi dengan sesama.

Namun jika perasaan prasangka negatif manusia cenderung dominan, maka akibatnya adalah sebagaimana firman-Nya:

وَأمّا إذَا ما ابتلاهُ فقدرَ عليهِ رزقهُ فيقولُ ربّي أهاننِ

“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”.” (QS: Al-Fajr: 16)

Maksud ayat di atas adalah Alloh ﷻ menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

Bagi mereka yang mendapat ujian berupa kesulitan hidup hendaknya menjadikan kesabaran sebagai hiasan kehidupannya, dengan membangun sebuah keyakinan bahwa kesulitan itu akan segera berganti kemudahan. Dan, cepat atau lambat, hal itu mudah bagi Alloh ﷻ.

Bagi mereka yang diberi kemudahan dan kesejahteraan hidup hendaknya mampu menunjukkan keteladanan nyata sebagaimana rasul saw dan para sahabat contohkan, yaitu kemauan untuk berbagai dengan sesama, dan kepedulian terhadap orang-orang sekitar yang berada di bawah garis kemiskinan.

Sahabat-sahabatku...
Jangan dilupakan, kesadaran bahwa yang dimiliki sekarang –dalam wujud kekayaan atau lainnya– sejatinya hanya titipan belaka. Sehingga jika Yang Maha Memiliki mengambilnya tidak akan merasa kehilangan sedikitpun, karena hanya titipan. Kapan saja Sang Pemilik berkehendak, akan menarik dan mencabutnya. Kesiapan dalam bentuk yang sedemikian ini agak sulit dipraktekkan oleh mereka yang merasa memiliki segalanya. Kadang keberlimpahan harta melalaikan siapapun
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah: 214)

✔Mengetahui bahwa kehidupan di dunia bersifat fluktuatif (tidak tetap) dan sementara.

Hal ini terdapat pada Al-Quran surat Al Hadid ayat 20:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

✔Mengenali diri kita sebagai manusia.
Alloh ﷻ akan menguji kita dengan cobaan atau nikmat yang berhubungan dengan sisi terlemah kita. Semisalnya bahwa kita adalah seorang pemarah, maka Alloh ﷻ akan menguji kita dengan kejadian yang dapat membuat kita marah. Apabila kita tidak mampu menghadapi ujian tersebut maka kita akan terus diuji seperti itu hingga kita “naik kelas” dan dinyatakan “lolos”.

✔Yakinlah bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. At-Thalaaq: 3).

Allah akan memberi rezeki atau jalan keluar dengan cara yang tidak kita sangka-sangka. Syaratnya adalah: bertakwa dan bertawakal kepada Alloh ﷻ, jangan pernah berharap pada makhluk.

✔Yakinlah ada balasan baik di sisi Alloh ﷻ.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS.  Al-Baqarah:261)

✔Meneladani sikap orang terdahulu yang lulus dari ujian Alloh ﷻ.
Rasulullah bertahan dengan ujian berat dari Alloh ﷻ, seandainya dulu beliau menyerah dengan ujian yang diberikan, mungkin kita tidak akan menjadi muslim seperti ini.

✔Beriman Qadar Allah dan sunnatullah. Alloh ﷻ mengatur segalanya dengan sangat baik dan rapi.

✔Menjauhi perbuatan yang merusak kesabaran dan ketegaran.
Apabila kita diberi ujian, maka seharusnya kita mendekati orang-orang yang dapat memberikan energi positif, nasihat yang dapat membuat kita semangat. Namun kebanyakan manusia cenderung bercerita kepada teman-teman yang senasib sehingga jadi galau kuadrat, sedih kuadrat.

✔Senantiasa berdoa kepada Alloh ﷻ dalam meminta pertolongan supaya diberi jalan keluar yang terbaik.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Ruri ~ Lumajang
Ketika kita sedang menerima ujian kemudian diberi saran bersabarlah Rasulullah saja dulu ujiannya lebih berat namun sabarnya lebih besar. Lalu dalam hati menjawab itukan Rasulullah lha saya kan manusia biasa. Bisa dibenarkan tidak bunda perasaan seperti itu?
Lalu bagaimana upaya kita agar bisa bersabar dalam setiap ujian?

🌸Jawab:
Hal itu memang sering terjadi, disaat kita dinasehati untuk menjadikan Rasulullah ﷺ sebagai Tauladan, malah kita mencari alasan untuk mematahkannya.

Benar adanya Rasulullah ﷺ itu orang pilihan dan kita bukan, tapi perlu diingat bahwa Rasulullah ﷺ itu manusia seperti kita, tak ada bedanya, yang membedakan hanyalah kadar keimanan kepada Allah Azza wajalla.

Abu Sa’id Al-Khudri mengisahkan:
Apabila demam yang dirasakan oleh manusia itu suhunya sekitar 38,5-40 derajat celcius, maka demam yang dirasakan oleh Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam adalah dua kali lipatnya yaitu sekitar 77-80 derajat celcius, suhu air yang hampir mendidih dan panas.

Sebagai gambarannya, seorang sahabat beliau yang mulia, Abu Sa’id Al-Khudri meletakkan tangannya di atas selimut beliau dan mendapati panasnya demam beliau. Perhatikan hadits berikut.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu berkata,

دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم وهو يوعك، فوضعت يدي عليه فوجدت حره بين يدي فوق اللحاف، فقلت: يا رسول الله، ما أشدها عليك! قال: إنا كذلك يضاعف لنا البلاء ويضاعف لنا الأجر، قلت: يا رسول الله، أي الناس أشد بلاءً؟ قال: الأنبياء، قلت: يا رسول الله، ثم من؟ قال: ثم الصالحون، إن كان أحدهم ليبتلى بالفقر حتى ما يجد أحدهم إلا العباءة يحويها، وإن كان أحدهم ليفرح بالبلاء كما يفرح أحدكم بالرخاء

“Aku pernah mengunjungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang sakit. Kemudian Aku letakkan tanganku di atas selimut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku dapati panasnya (sangat panas karena yang disentuh adalah selimutnya, bukan badannya,). Aku berkata, ‘wahai Rasulullah, betapa beratnya demam ini!’ Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya kami para nabi, diberi ujian yang sangat berat, sehingga pahala kami dilipat gandakan.’ Abu Said pun bertanya, ‘wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab; ‘Para nabi, kemudian orang shaleh. Sungguh ada di antara mereka yang diuji dengan kemiskinan, sehingga harta yang dimiliki tinggal baju yang dia gunakan. Sungguh para nabi dan orang shaleh itu, lebih bangga dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan kalian ketika mendapat rezeki.'

Secara umum beliau merasakan sakit dua kali lipatnya ketika terkena penyakit. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku pernah menjenguk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sakit, sepertinya beliau sedang merasakan rasa sakit yang parah.’ Maka aku berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا؟ قَالَ: «أَجَلْ، إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ» قُلْتُ: ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ؟ قَالَ: «أَجَلْ، ذَلِكَ كَذَلِك

“Sepertinya anda sedang merasakan rasa sakit yang amat berat”, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘iya benar, aku sakit sebagimana rasa sakit dua orang kalian (dua kali lipat)’, aku berkata, ‘oleh karena itukah anda mendapatkan pahala dua kali lipat.’ Beliau menjawab, ‘Benar, karena hal itu’.“

Demikianlah ujian dan cobaan yang dirasakan oleh Nabi kita yang mulia shallallahu alahi wa sallam. Lantas apa pantas kita membandingkan ujian kita dengan Rasulullah ﷺ?

AMAT SANGAT TIDAK PANTAS!!! KARENA MEMANG TIDAK SEBANDING. BERHENTILAH UNTUK BERKATA BAHWA BELIAU ITU KAN MANUSIA PILIHAN. KARENA UJIAN TERHADAP BELIAU DAN JUGA RASUL LAINNYA JUGA PILIHAN. KADARNYA BERLIPAT LIPAT DIBANDING KITA.

Wallahu a’lam

0⃣2⃣ Erni ~ Yogja
Bagaimana caranya agar bisa keluar dari goa masalah dan segera move on dengan sabar agar bisa mengikhlaskan semua yang terlepas dari diri dan mengikhlaskan apa-apa yang terjadi atas kehendak Alloh ﷻ?

Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Jalan satu-satunya untuk keluar adalah dengan sholat dan sabar, karena sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk memohon pertolongan Alloh ﷻ dengan cara seperti itu. 

Untuk move on tentunya kita harus merubah pola pikir, bahwa diri kita berhak mendapatkan yang terbaik. Tidak pantas dia mendapatkan kesakitan. Maka ikhlas adalah cara terbaik untuk memberikan hak tubuh kita.

Sayangi diri sendiri sebelum menyayangi orang lain.
Karena tubuh yang Alloh ﷻ pinjamkan ini akan kita pertanggungjawaban esok dihadapan Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ iNdika ~ Kartasura
Bagaimana caranya kita pasrah & ikhlas kepada Alloh ﷻ namun tidak pasif?

🌸Jawab:
Pasrah dan ikhlas sejatinya bukan sebuah ke pasifan sebagaimana kita memahami pasrah selama ini.

PASRAH adalah menerima segala keputusan Alloh ﷻ sebelum dan setelah usaha dan do'a kita lakukan. 

IKHLAS adalah menerima apa yang telah terjadi dan berlaku kepada kita dan mengakui itu adalah ketetapan dari Allah azza wajalla. 

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Helmy ~ Tangerang
Bagaimana caranya kita mengetahui sinyal atau massage dari Alloh ﷻ agar kita bisa lulus dari ujian-Nya?

🌸Jawab:
Jika setiap masalah yang datang membuat kita semakin yakin dan percaya kepada Alloh ﷻ,  maka itu pertanda kita lulus ujian, meski masalah itu belum terselesaikan. 

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Chusnul ~ Kramat Jati
Assalamu'alaikum bunda,

Boleh tidak sih kita memberi tahu orang-orang kalau si A tuh tabiatnya jelek suka hutang dimana-mana & tidak ada itikad baik untuk bayar, biar tidak ada korban lagi.

🌸Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Bukankah kita disuruh untuk menutup aib saudara kita? 

Kalaupun ingin memperingatkan orang lain, diminta saja untuk berhati-hati, tidak perlu merinci kesalahan-kesalahan orang lain. 

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Frin ~ Surabaya
Bunda Irna, setiap menerima ujian saya mencoba menenangkan hati saya sadar bahwa apa yang diujikan Alloh ﷻ kepada saya adalah tidak melebihi batas kemampuan saya.
Tapi namanya manusia kadang ada rasa tidak bisa menerima kenyataan kenapa harus saya dan saya lagi.

Terus bagaimana ya bun untuk menyikapinya biar bisa ikhlas.

🌸Jawab:
Saya lagi...
Saya lagi...

Kenapa itu terjadi? 

Karena ada setan yang mengendalikan hati kita, hingga kita tak mampu melihat bahwa dibalik masalah dan ujian itu ada hikmah hebat yang luar biasa. 

Selain itu juga, semua karena perjalanan kita kurang jauh, banyak orang-orang yang lebih berat ujiannya daripada kita. 

Cobalah untuk mencari tahu dan belajar memahami penderitaan orang lain. Maka kita akan bisa ikhlas menerima ujian dari Allah Azza Wajalla.

Wallahu a'lam

0⃣7⃣ Yeyen ~ Bandung Barat
1. Bagaimana jika ada seseorang yang ditimpa musibah bertahun-tahun tapi masalah tak kunjung selesai. Datang lagi datang lagi, selalu mengeluh karena tidak ada jalan penyelesaian yang dirasa. Itu bagaimana ustadzah?

2. Bagaimana jika ada seseorang yang ditimpa musibah malah menjadi futur? Padahal dia itu tahu kalau sabar dengan ujian yang menimpanya akan baik hasilnya?
Mohon pencerahannya.

3. Ada seseorang nih dikasih sakit berat sudah lebih dari 10 tahun, terus dia itu putus asa dan mengharapkan Alloh ﷻ segera mencabut nyawanya karena sudah tak sanggup memikul beban sakit yang dideritanya. 

Dia sering mendatangi dukun-dukun untuk berobat tapi hasilnya hanya 1-2 minggu sakit itu hilang selebihnya malah tambah parah. Bagaimana cara mesuport dia agar selalu sabar memberitahu dengan agar dia tidak terjerumus dalam dosa?

🌸 Jawab:
1. Alloh ﷻ tunjukkan cara menjawab ujian itu. Dan minta pertolonganlah kamu dengan kesabaran dan dengan salat, dan sesungguhnya salat sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk tunduk jiwanya. (QS. Al-Baqarah l: 48).

Allah yang Maha Tahu  sebaik-baik waktu kapan diselesaikan masalah tersebut. Maka berserah dirilah kepada Alloh ﷻ setelah segala daya upaya dilakukan.

2. Mengalami futur didalam menghadapi ujian adalah manusiawi, tapi bukan berarti kita dibolehkan membiarkan diri terus-menerus didalam futur. Kita harus bangkit dan melawan futur tersebut agar tidak mengurangi keimanan dan menggerus kesabaran kita.

3. Bertaubatlah, karena mendatangi dukun adalah sebuah dosa. kembalilah kejalan yang benar.  tidaklah boleh meminta kematian lebih awal kepada Alloh ﷻ.

“Janganlah salah seorang di antara kalian berangan-angan untuk mati karena musibah yang menimpanya. Kalau memang harus berangan-angan, hendaknya dia mengatakan, “Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku. Dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” (HR. Bukhari no. 6351, 5671 dan Muslim no. 2680)

“Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah berdoa meminta mati sebelum datang waktunya.” (HR. Muslim no. 2682)

Untuk memperbaiki orang yang telah jatuh kepada keputus asaan ini, selain dibutuhkan support dari keluarga juga dibutuhkan tenaga ahli yaitu psikiater. silakan berkonsultasi dengan dokter tersebut. In syaa Allah akan dibantu.

Wallahu a'lam

0⃣8⃣ Ramlah ~ Jambi
Ustadzah, apakah setiap masalah yang menimpa hidup ini adalah ujian atau cobaan?
Dan semua yang terjadi itu karena sudah takdir-Nya?

Tapi saya selalu berpikir setiap masalah yang terjadi dalam hidup saya ini karena kesalahan saya dan mungkin jika saya tidak melakukan kesalahan semua masalah ini tidak akan terjadi.

Masalah datang karena kesalahan kita atau memang sudah takdir-Nya Ustadzah?

🌸Jawab:
Kita harus paham lebih dahulu apa dan bagaimana itu takdir.

▪Takdir Itu Ada 2:

√ Pertama, Taqdir Mubram.
Yaitu takdir yang sudah ditulis dalam Lauhul Mahfuzh. Tidak ada pengurangan, penambahan atau pengubahan pada takdir ini. Ia adalah ketentuan Alloh ﷻ yang pasti berlaku dan tidak dapat di halang oleh sesuatu apapun.

Contohnya, kehidupan dan kematian. Alloh ﷻ berfirman, “Tidak akan diganti ketentuan Kami, dan aku tidak menzalimi hamba-Ku.” (QS. Qaf: 29)

Contoh lainnya, kita dilahirkan wanita atau pria. 

√ Kedua, Taqdir Mu’allaq.
Yaitu takdir yang sudah ditetapkan tetapi bisa berubah sesuai kehendak Alloh ﷻ. Bergantung kepada sebab-sebab yang diusahakan oleh manusia. Mu’allaq berarti tergantung. Ia adalah ketentuan yang tidak semestinya berlaku bahkan bergantung kepada sesuatu perkara.

Nah disinilah terkadang kita kita paham pada hakikat takdir yang kedua yaitu takdir mu'alaq. 

Disini kita bisa merubahnya dengan segala daya dan upaya kita, Alloh ﷻ tidak akan merubah suatu kaum selama kaum itu tidak merubahnya. Jelas disini kita punya kekuatan untuk merubah. 

Dan apa yang berlaku setelahnya, maka itulah takdir kita. 

Didalam Islam itu ada hukum sebab akibat, kita akan menuai apa yang kita tanam. Kita berbuat kebaikkan maka akan menuai kebaikkan jika berbuat keburukan maka keburukan juga yang akan kita dapati. 

Berlomba-lombalah untuk berbuat baik. 

Wallahu a'lam

0⃣9⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum ustadzah,

Bukankah cobaan atau ujian dan musibah itu beda ya... Kalau kita dikasih ujian belum tentu itu musibah kan karena memang musibah dan ujian itu sifat berbeda halnya seperti ini: (1) Ada orang yg dulunya kaya raya lalu tiba-tiba dia miskin bangkrut lah perusahaanya karena banyak karyawan yang korupsi. (2) Ada keluarga yang kehilangan salah satu anggota keluarganya meninggal karena sakit.

Dalam 2 kasus ini bagaimana cara kita membedakan mana ujian dan musibah padahal dua-duanya ini datang dari Alloh ﷻ ketika kita mengalami musibah itu seperti sesuatu yang kita miliki lalu pergi kan. Nah kita harus ikhlas dalam menerimanya begitukah ustadzah?

Mohon penjelasanya.

Terimakasih

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Untuk membedakan ujian,  musibah dan teguran, maka lihatlah posisi kita saat itu dihadapan Alloh ﷻ. Jika kita sedang dalam ketaatan maka itu adalah ujian, jika sedang didalam kemungkaran maka itu adalah teguran. 
Kalau hal itu terjadi pada orang lain, kita tidak bisa menilai dengan mata telanjang, karena apa yang kita lihat belum tentu seperti itu pandangan Allah. 

Antara bangkrut dan kematian itu hal yang berbeda juga dengan kematian, kematian itu sudah ketetapan Alloh ﷻ, yang tidak bisa kita ketahui kapan datangnya.  Semenit tidak akan diundur pun juga tidak akan dimajukan, semua pas pada hitungannya.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Sahabat-sahabatku Jama'ah Bidadari Surga...

Subhanallah...
Alloh ﷻ amat sayang kepada kita.

"Alloh ﷻ tunjukkan cara menjawab ujian itu . Dan minta pertolonganlah kamu dengan kesabaran dan dengan shalat, dan sesungguhnya shalat sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk tunduk jiwanya." (QS. Al-Baqarah: 48).

Semoga kita dijadikan Alloh ﷻ, hamba-Nya yang lulus dari ujian.
Aamiin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar