Sabtu, 16 November 2019

LA TAGHDOB



OLeH: Ustadz Trisatya Hadi

           💘M a T e R i💘

🌸LA TAGHDOB (JANGAN MARAH)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6116]

Islam mengajarkan kepada umatnya agar berakhlak mulia, santun, malu, tawaduk, dan cinta kepada manusia. Islam juga memerintahkan umatnya agar menjauhi akhlak yang tercela, termasuk di antaranya adalah marah. Marah menghimpun segala bentuk keburukan Itu artinya, jika kita mampu menahan amarah, berarti kita telah meninggalkan segala keburukan. Jika kita telah meninggalkan segala keburukan, kita akan mendapatkan segala kebaikan.

Karena itu, Rasulullah bersabda, yang artinya: "Barangsiapa mampu menahan amarahnya, padahal ia sanggup untuk melampiaskannya, maka kelak Allah akan memanggilnya pada hari Kiamat di hadapan segala makhluk, lalu ia diberi hak untuk memilih bidadari mana yang disukainya." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Pemarah adalah orang yang berjiwa lemah dan rapuh. Sedang orang yang mampu menahan amarah adalah orang yang berjiwa kuat dan kokoh. Ukuran kuat lemahnya seseorang tidak didasarkan pada kemampuannya dalam memukul ataupun menendang, tetapi dilihat dari sejauh mana ia mampu mengekang nafsunya ketika marah Menahan diri ketika ada sebab yang membuat kita marah, sampai kita tidak marah.

Sabda Rasulullah
"Orang yang kuat bukanlah orang yang ahli gulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengekang hawa nafsunya ketika sedang marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis di awal dijelaskan bahwa laki-laki yang meminta wasiat kepada Nabi tersebut mengira bahwa wasiat Rasulullah ini bersifat parsial, padahal ia sebenarnya menginginkan agar Nabi memberikan wasiat kepadanya yang bersifat menyeluruh. Karena itu, ia mengulangi permintaannya. Ketika beliau mengulangi wasiat yang sama, ia pun tahu bahwa sebenarnya wasiat ini bersifat menyeluruh. JANGAN MARAH, mengandung dua hal penting:

◼Pertama, perintah melakukan usaha dan melatih diri untuk berakhlak baik, yaitu sabar dan menahan diri atas tindakan buruk dilakukan orang lain.

◼Kedua, perintah untuk tidak meluapkan amarah. Sifat marah biasanya memang tidak bisa dihindari, tetapi seyogianya seseorang tidak meluapkannya. Karena itu, ketika marah kita wajib menahan diri untuk tidak mengucapkan kata-kata atau melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah.

Maka, yang menjadi bukti kekuatan seorang hamba adalah kemampuannya dalam menahan diri dari gejolak syahwat, luapan emosi, amarah, dan pengaruh-pengaruh buruk yang lain. Sebaik-baik manusia adalah orang yang syahwat dan hawa nafsunya mengikuti aturan Islam. la pergunakan amarah dan perlawanannya untuk membela kebenaran dan mengalahkan ke batilan. Sebaliknya, seburuk-buruk manusia adalah orang yang dikalahkan dan dikendalikan oleh nafsu dan amarahnya.

Namun, ada kemarahan yang diperbolehkan, bahkan terpuji, yaitu kemarahan yang timbul karena Allah, ketika larangan-larangan Allah dilanggar. Marah semacam ini adalah buah dari keimanan. Siapa saja yang dalam keadaan seperti ini tidak marah, maka perlu dipertanyakan keimanannya.
Rasulullah adalah sosok yang tidak pernah marah, kecuali ketika beliau melihat larangan-larangan Allah dilanggar.

Aisyah pernah berkata, "Rasulullah tidak pernah sekali pun memukul sesuatu atau seseorang dengan tangannya, tidak juga seorang wanita ataupun pelayan, kecuali pada saat berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah merasa dendam karena disakiti, lalu membalas kepada orang yang menyakitinya, kecuali jika hal itu merupakan pelanggaran terhadap larangan Allah. Rasulullah membalas karena Allah semata." (HR. Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi wasiat “jangan marah” menunjukkan pentingnya wasiat ini.

💎Beberapa Kiat Meredam Marah:

1) Membaca ta’awudz, meminta perlindungan pada Allah dari godaan setan.

Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam sedang dua orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya.

Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi minas-syaitani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya.” (HR Bukhari, no. 3282)

Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
"Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya.” (HR. As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1376)

2) Diam.

“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi).

3) Berganti Posisi.

“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

4) Mengambil Air Wudhu.

“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

5) Ingat wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan janji beliau.

Dari Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari Kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan.” (HR. Abu Daud, no. 4777; Ibnu Majah, no. 4186. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sanadnya hasan)
Jangan marah karena balasannya surga.

Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
“Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, hadits ini shahih lighairihi).

Sumber:
#diambil dari Syarah Hadits Arbain Annawawi penulis M. suhadi, Lc.
#sumber lainnya.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum ustadz, 

Seseorang sudah sabar benar-benar sabar sekali dengan menahan amarahnya dia. Seketika ada orang yang membuat dia marah dan kesabaran dia lepas kendali. 

Bagaimana dengan orang tersebut, apa pahala dia yang menahan kesabaran hilang dan sia-sia kesabaran yang selama ini itu gugur? 

Minta penjelsanya ustadz.

Terimakasih

🔷Jawab:
Wa'alaikumsalam,

"Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu akan dipenuhi pahala mereka dengan tiada hitungannya.” (QS. Azzumar: 10)

Tidak ada yang sia-sia sepanjang ikhlas karena Allah. Semua ada perhitungannya ukhti, segera saja beristighfar atas amarah kita, in syaa Allah pahala bersabar berlimpah.

Amarah itu ujian bagi orang Beriman ukhti.

“Sesungguhnya Kami akan memberikan cobaan sedikit kepadamu semua seperti ketakutan, ketaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, kemudian sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah: 155)

0⃣2⃣ Rustia ~ Bekasi
Ustadz, kalau sedang marah meredamnya dengan diam, kalau ditanya kita tidak jawab.

Kemudian ta'awudz sambil teriak (tidak menahan amarah).

Kedua hal tersebut bagaimana ustadz?

🔷Jawab:
Diam dan bersabar itu sangat mulia, namun marah atas ketidakadilan atau kedzoliman yang kita alami sebagai bentuk pembelaan, merupakan izzah (harga diri) dibolehkan ukhty, sepanjang tidak berlebihan yang membuat orang sekitar bisa berprasangka buruk. Taawudz, istighfar sepantasnya saja.

0⃣3⃣ Yeyen ` Bandung Barat
Ustadz,a bagaimana jika seorang istri marah kepada suami karena sebuah penghianatan?

Jika dibicarakan malah masalahnya tambah runyam tapi kalau tidak dibicarakan suami istri saling diam, tapi kembali seperti biasa baik-baik.

Tapi kedepannya jika ada konflik bisa merembet ke masalah yang lama. Bagaimana cara mengatasinya?

Ingin sekali marah seorang istri ke suami tapi takut durhaka, takut salah bicara apa nyakitin hati pasangannya.

Mohon Solusinya.

🔷Jawab :
Tidak ada yang sia-sia kalau kita ikhlas karena Allah. Ridho berbakti untuk suami, memang marah ini sifat yang pasti ada disetiap manusia, bahwa menikah sebagai suami istri bukan mencari persamaan tapi memenej perbedaan, dan memang harus tahu tujuan akhir dari pernikahan itu apa.

Ini yang harus disamakan frekuensinya bisa lewat komunikasi yang pas momentnya, saat suami lagi nyaman. Maaf belum bisa memuaskan jawabannya, In syaa Allah ini butuh pendalaman di materi yang khusus bunda. Next kajian ya bunda.

0⃣4⃣ Ninick ~ Cilegon
Assalamu'alaikum, 

Kalau misalnya terkadang adik saya kalau misal tidak diturutin kemauannya terus nanti tiba-tiba tuh marah-marah terus wajahnya suka berubah lebih tua dari biasanya.

Itu kenapa ya bun setiap dia marah-marah pasti begitu nanti kalau sudah tidak marah wajahnya jadi seperti anak kecil lagi?

🔷Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Ukhty, marah biasanya wajah memerah, urat leher tegang, mata melotot. Wajah akan tampak lebih buruk lagi bila disertai mulut mengumpat.

Wajar akan terlihat tua, ingatkan selalu tentang pahala sabar dan balasan orang yang menahan amarah ukhty.

0⃣5⃣ iandika ~ Kartasura
Ada ungkapan "lebih baik marah diungkapkan daripada disimpan dalam hati akan membuat sakit hati."

Apakah itu termasuk ajakan yang menyesatkan?

🔷Jawab:
Bisa iya bisa tidak, marah untuk izzah harga diri atas agama, kedzoliman atau ketidakadilan, perlu itu, tampilkan, keluarkan. Contoh kecil marah atas hutang yang belum dibayar setelah berkali kali diingatkan.

Sedangkan marah dalam hal hubungan kekeluargaan, teman dan seterusnya. Sepanjang kita bisa bersabar, diam, menahan itu lebih mulia dengan pahala yang besar.

0⃣6⃣ Erni ~ Jogja
Assalamualaikum,

Bagaimana caranya agar hati ini tidak sakit ketika bertemu saudara yang punya tabiat suka bicara seenaknya. Dan merasa puas ketika kita tersinggung marah atau nangis. Dan akan terus menyerang dengan kata-kata belum berhenti sebelum ada reaksi dari kita berupa marah nangis atau nahan amarah.

Ketika kita marah beliaunya merasa sukses yang akhirnya justru mengacungkan tangan ke kita untuk men justice kita betapa buruk akhlaq kita?

Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Pandangan atau prasangka manusia  sangat kecil dengan penilaian Allah nanti, abaikan tetap fokus pada amal dan akhlakul karimah, Ini perlu dilatih.

Selalu ingat akan pahala bersabar, ketika terjebak dalam suasana marah segera istighfar, taawudz, belajar memahamkan atas hak kita itu ternyata dibatasi hak orang lain, sehingga kita mudah berlapang dada, perbanyak doa, puasa, dan sholat malam.

Namun jika itu sudah menyangkut ke dzoliman, ketidakadilan atas harga diri atau izzah sebagai muslim, kota berhak marah dan melawan.

0⃣7⃣ Safitri ~ Banten
Ustadz tapi memang menahan amarah tuh sulit yah menurut saya soalnya saya sendiri kadang-kadang suka emosi-emosi sekali kalimat yang sering aki ucapin bodoh amat suruh siapa bikin kesel bikin emosi saja bagaimana sih caranya jadi orang sabar?

🔷Jawab:
Ini perlu dilatih, dengan mulai bersabar terhadap hal-hal yang kecil. Selalu ingat akan pahala bersabar, ketika terjebak dalam suasana marah segera istighfar, taawudz, belajar memahamkan atas hak kita itu ternyata dibatasi hak orang lain, sehingga kita mudah berlapang dada, perbanyak doa, puasa, dan sholat malam.

0⃣8⃣ Fitri ~ Gresik
Tadz, bagaimana jikalau saat marah kita sudah melakukan tahapan untuk menahan marah namun tidak mereda, apa yang harus kita lakukan?

🔷Jawab:
Tetap semangat melatih diri, kalau sudah tidak mampu menahan lebih baik pergi. Wudhu, sholat, stay baca Quran.

Tapi boleh kok dikeluarkan marahnya tentunya  dengan tetap mengontrol nafsu, fokus dan pikiran jernih, bahwa marahnya kita atas ke dzoliman atau ketidakadilan yang kita terima.

Wallahu al'am

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘


"Janganlah engkau marah, maka bagimu surga..."

Semoga kita bisa mengamalkan ini agar mudah pula kita masuk surga ya shalihah.

Aamiin...

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar