Sabtu, 16 November 2019

ADAB PAKAIAN MUSLIMAH



OLeH: Ustadz Farid Nu'man Hasan

          💘M a T e R i💘

🌸PAKAIAN MUSLIMAH; APA DAN BAGAIMANA?


Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap, apa yang dihajatkan manusia Islam mengaturnya. Di antaranya adalah masalah berpakaian, baik pria dan wanita. Semuanya terikat oleh aturan syariah, sebagai manifestasi ketundukkan dan keimanan  kepada Allah Ta’ala.

Khusus bagi muslimah, minimal ada empat patokan yang mesti diperhatikan.

▪1. Menutup Aurat Secara Sempurna Dan Keseluruhan

Hal ini berdasarkan perintah Allah dalam ayat-ayat berikut:

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya.. (QS. An Nuur: 31)

Menurut mayoritas ulama maksud ayat: "dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya", adalah wajah dan telapak tangan.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan:

ويحتمل أن ابن عباس ومن تابعه أرادوا تفسير ما ظهر منها بالوجه والكفين، وهذا هو المشهور عند الجمهور

“Ibnu Abbas dan orang-orang yang mengikutinya memaknai maksud “Maa zhahara minha (apa-apa yang biasa nampak darinya)” adalah wajah dan kedua telapak tangan, inilah yang masyhur menurut mayoritas ulama. “
(Tafsir Ibnu Katsir, 6/45)

Ini juga pendapat Ibnu Umar, Atha’, Ikrimah, Adh Dhahak, Abu Sya’tsa’, Said bin Jubeir, dan lain-lain. Sementara Az Zuhri mengatakan maksud yang boleh nampak adalah: cincin dan gelang kaki. (Ibid)

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

بدن المرأة كله عورة يجب عليها ستره، ما عدا الوجه والكفين قال الله تعالى (ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها)، أي ولا يظهرن مواضع الزينة، إلا الوجه والكفين، كما جاء ذلك صحيحا عن ابن عباس وابن عمر وعائشة 
     
“Seluruh tubuh wanita adalah aurat, wajib atasnya untuk menutupnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya, Allah Ta’ala berfirman: “Janganlah para wanita menampakkan  perhiasannya kecuali yang biasa nampak darinya.”, yaitu jangan menampakkan tempat-tempat perhiasannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan, sebagaimana yang diriwayatkan hal itu secara shahih dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar, dan Aisyah.”
(Fiqhus Sunnah, 1/127)

▪2. Allah Ta’ala berfirman:

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Para pakar tafsir berbeda pendapat tentang ayat ini. Sebagian mengatakan tutup semua termasuk mata. Ada yang mengatakan tutup satu mata. Ada yang mengatakan membuka wajah dan telapak tangan. Namun, Imam Ibnu Jarir Rahimahullah menguatkan bahwa yang benar adalah wajah dan telapak tangan itu tidak termasuk yang ditutup.

Beliau berkata:

وأولى الأقوال في ذلك بالصواب: قول من قال: عنى بذلك: الوجه والكفان، يدخل في ذلك إذا كان كذلك: الكحل، والخاتم، والسوار، والخضاب.
وإنما قلنا ذلك أولى الأقوال في ذلك بالتأويل؛ لإجماع الجميع على أن على كلّ مصل أن يستر عورته في صلاته، وأن للمرأة أن تكشف وجهها وكفيها في صلاتها، وأن عليها أن تستر ما عدا ذلك من بدنها، إلا ما روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه أباح لها أن تبديه من ذراعها إلى قدر النصف. فإذا كان ذلك من جميعهم إجماعا، كان معلوما بذلك أن لها أن تبدي من بدنهاما لم يكن عورة، كما ذلك للرجال; لأن ما لم يكن عورة فغير حرام إظهاره

“Pendapat yang paling unggul dan benar adalah pendapat yang mengartikannya dengan wajah dan dua telapak tangan, dan jika demikian maka celak, cincin, gelang, dan pewarna tangan termasuk di dalamnya.

Kami katakan bahwa yang demikian mendekati kebenaran adalah dengan mentakwilkan terhadap ijma’ semua orang bahwa manusia   harus menutup auratnya dalam shalat, dan bahwa bagi wanita boleh membuka wajah dan dua telapak tangannya dalam shalat dan harus menutup bagian badan yang lain.

Kecuali yang diriwayatkan dari Nabi  ﷺ dibolehkannya bagi wanita menampakkan setengah hastanya. Jika yang demikian sudah ijma’  semua manusia, maka bisa dimaklumi bahwa wanita dibolehkan menampakkan badannya yang bukan aurat, sebagaimana yang berlaku bagi laki-laki, sebab yang bukan aurat tidak haram untuk menampakkannya.”
(Tafsir Ath Thabari, 19/158-159)

Adapun memakai cadar, tentu bagus, hendaknya lihat kondisi masyarakat agar tudak terjadi haraj (hambatan) komunikasi. Sebagian ulama mewajibkan dan sebagian menyunahkan. Hanya saja jumhur ulama mengatakan tidak wajib.

▪2. Jangan Tipis Dan Jangan Ketat, Sehingga Menampakkan Lekuk Tubuh

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتْ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ

قَالَ أَبُو دَاوُد هَذَا مُرْسَلٌ خَالِدُ بْنُ دُرَيْكٍ لَمْ يُدْرِكْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا

Dari Aisyah Radhiallahu ‘Anha dia berkata, bahwa Asma’ binti Abu bakar masuk kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dia menggunakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berpaling darinya dan bersabda: “Wahai Asma’, sesungguhnya wanitu itu jika dia sudah mengalami haidh maka tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini, dia mengisyaratkan wajah dan telapak tangan.” Abu Daud berkata: Hadits ini mursal, karena Khalid bin Duraik belum pernah berjumpa ‘Aisyah  Radhiallahu ‘Anha.

(HR. Abu Daud no. 4104, hadits ini dhaif yaitu mursal, ada perawi dalam sanadnya yg gugur. Tapi, Syaikh al Albani mengatakan HASAN, sebab hadits ini memiliki syawahid (riwayat pendukung) yang menguatkannya.)

Maka, apapun bahannya jika membuat tampak lekuk tubuh baik karena ketat atau tembus pandang maka tidak boleh.

▪3. Tidak Menyerupai Orang Kafir

Janganlah muslimah bertingkah laku dan berpakaian mengikuti wanita-wanita kafir dan fasiq.

Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

 لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا لَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَلَا بِالنَّصَارَى  فَإِنَّ تَسْلِيمَ الْيَهُودِ الْإِشَارَةُ بِالْأَصَابِعِ وَتَسْلِيمَ النَّصَارَى الْإِشَارَةُ بِالْأَكُفِّ

Bukan golongan kami orang yang menyerupai selain kami, janganlah kalian menyerupai orang Yahudi dan Nasrani, sesungguhnya orang Yahudi memberikan salam berupa isyarat dengan jari tangan, sedangkan salamnya orang orang Nashrani adalah memberikan isyarat dengan telapak tangan."
(HR. At Tirmidzi no. 2695)

Menurut Imam AtTirmidzi, Pada dasarnya hadits ini dhaif, karena dalam sanadnya terdapat Ibnu Lahi’ah seorang perawi yang terkenal kedhaifannya.

Namun, hadits ini memiliki berapa syawahid (penguat), sehingga Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menghasankan hadits ini dalam berbagai kitabnya. (Shahihul Jami’ No. 5434, Ash Shahihah No. 2194).

Begitu pula yang dikatakan Syaikh Abdul Qadir Al Arna’uth, bahwa hadits ini memiliki syawahid yang membuatnya menjadi kuat. (Raudhatul Muhadditsin No. 4757)

Dalam hadits lain:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut.  (HR. Abu Daud no. 4031)

Imam As Sakhawi mengatakan ada kelemahan dalam hadits ini,  tetapi hadits ini memiliki penguat (syawahid), yakni hadits riwayat Al Bazzar dari Hudzaifah dan Abu Hurairah, riwayat Al Ashbahan dari Anas bin Malik, dan riwayat Al Qudha’i dari Thawus secara mursal. (Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 215).

Sementara, Imam Al ‘Ajluni mengatakan, sanad hadits ini shahih menurut Imam Al ‘Iraqi dan Imam Ibnu Hibban, karena memiliki penguat yang disebutkan oleh Imam As Sakhawi di atas. (Imam Al ‘Ajluni, Kasyful Khafa, 2/240).

Imam Ibnu Taimiyah mengatakan hadits ini jayyid (baik). Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan sanadnya hasan. (Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim, Aunul Ma’bud, 11/52)

Kandungan hadits ini.

Ketika menjelaskan hadits-hadits di atas, Imam Abu Thayyib mengutip dari Imam Al Munawi dan Imam Al ‘Alqami  tentang hal-hal yang termasuk penyerupaan dengan orang kafir:

“Yakni berhias seperti perhiasan zhahir mereka, berjalan seperti mereka, berpakaian seperti mereka, dan perbuatan lainnya.” (Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim, ‘Aunul Ma’bud, 11/51)

Lebih dari satu ulama berhujjah dengan hadits ini bahwa dibencinya segala hal terkait dengan kostum yang dipakai oleh selain kaum muslimin.  (Ibid, 11/52)

Demikianlah keterangan para ulama bahwa berhias dan menggunakan pakaian yang menjadi ciri khas mereka seperti topi Sinterklas, kalung Salib, topi Yahudi, peci Rabi Yahudi, pakaian a la Biksu- termasuk makna tasyabbuh bil kuffar – menyerupai orang kafir yang begitu terlarang dan dibenci oleh syariat Islam. Begitu pula berprilaku yang menjadi ciri dan budaya mereka seperti yang Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam sebutkan yaitu bersalam  dengan jari atau telapak tangan. Bahkan malam tahun baruan Masehi yang awalnya dahulu semarak di negeri-negeri Barat, lalu di suntik ke negeri-negeri muslim melalui penjajahan.

▪4. Jangan Menyerupai Kaum Laki-laki

Ini berdasarkan hadits:

ِعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ النِّسَاءِ

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhuma mengatakan, Nabi Shallallahu'alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita (waria) dan perempuan yang menyerupai laki-laki.
(HR. Bukhari no. 6834)

Maka, tidak dibenarkan wanita memakai pakaian khas laki-laki, atau sebaliknya.

Adapun pakaian-pakaian yang tidak khas gender, tidak masalah. Seperti helm, sepatu boot untuk savety, sarung tangan motor, kaus kaki, pakaian dalam, celana panjang untuk dalaman, cincin, semua ini tidak masalah.

Demikian.

Wallahu A’lam


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Atin ~ Pekalongan
Jika karena satu kondisi (tuntutan kerja atau kondisi kesehatan) seorang muslimah harus memakai celana panjang apakah ini termasuk menyerupai laki-laki?
Model celana lebar dan tidak ketat.

🔷Jawab: Bismillahirrahmanirrahim

Pada dasarnya tidak boleh memakai celana panjang untuk luaran. Sebab itu khas laki-laki.

Tapi, jika kondisi benar-benar harus pakai celana panjang yang longgar baik karena tuntutan kesehatan atau keselamatan, maka tidak apa-apa sementara waktu.

Kaidahnya:

الضرر  يزال

Bahaya itu mesti dihilangkan.

Tapi saat sudah selesai dari keperluannya hendaknya dia kembali berbusana syar'i.

Wallahu A’lam

0⃣2⃣ Erni ~ Jogja
Assalamualaikum Ustadz,

Sehubungan dengan tutup aurat bagaimana adab bergaul saya dan kedua puteri saya dengan orang tua angkat saya yang belakagan menyatakan ingin tinggal serumah bersama kami sekeluarga?
Dulu kami sempat diusir karena kami maunya menikah dengan wali dan binti bapak kandung. Sekarang orang tua angkat ingin ikut kami. Anak kami tidak nyaman karena mereka sudah dewasa semua.

Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Jika mereka tidak pernah menyusui kita, berarti status kita terhadap mereka memang tetap bukan mahram. Walau dia adalah orang tua angkat sendiri. Sebab, kedekatan hubungan tidaklah mengubah non mahram menjadi mahram.

Namun demikian, Islam mengajarkan akhlak mulia, apalagi kepada orang yang pernah membesarkan kita dan itu merupakan jasa besar dan tidak remeh. Maka, tetap berbuat baik, tutur kata, perhatian yang wajar, tapi tetap jaga aurat. Hidup serumah jelas tidak boleh, ini yang tidak mudah tapi harus disampaikan dengan cara dan momen yang pas.

Wallahu A’lam

0⃣3⃣ Sasi ~ Bandar Lampung
Bismillaah...

Ustadz afwan, kalau topi kelinci led ala korea yang sedang tren itu apakah termasuk tasyabuh juga?

🔷Jawab: Bismillahirrahmanirrahim

Jika itu dipakai oleh kaum tertentu dan menjadi khas mereka, tentu memakainya termasuk tasyabbuh dengan mereka.

Wallahu A’lam

0⃣4⃣ Yeyen ~ Bandung
Assalamuallaikum wr.wb.

Afwan ustadz, adik saya sudah bercadar kalau keluar tertutup intinya. Tapi kalau adik main kerumah saya suka buka jilbab padahal ada suami saya disitu, saya risih sekali melihatnya, kan adik dan suami saya bukan muhrim. Bagaimana solusinya? Saya pernah nasehati adik saya tapi tetap saja.

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh

Sepertinya dia belum paham. Pelan-pelan saja memahamkan itu ke dia. Mudah-mudahan itu adalah tahapan saja dari Hijrahnya.

Wallahu A’lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘


Islam itu selalu berputar, maka berputarlah kita bersama Islam kemana saja Islam berputar.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar