Sabtu, 16 November 2019

BE CAREFUL WITH FELLINGS



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

           💎M a T e R i💎

Assalamualaikum sholehah Perindu Surga

Sholeha...
Malam ini kita panjatkan puji dan syukur atas Rahmat Allah yang diberikan, dan sholawat serta salam ke Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Jama'ah...

Sebagai manusia terkadang kita kurang bisa menjaga dan mengelola perasaan dalam diri.

Ketika perasaan senang tiba betapa kita lupa bahwa ada orang lain yang sedih, ketika marah betapa emosi kita tidak terkontrol dimana ada orang yang tersakiti dengan ucapan dan tindakan kita, ketika kita diberi cobaan kita lupa bahwa semua itu adalah ujian yang diberikan sang maha kuasa hingga kesedihan yang mendalam terlihat dalam dirinya bahkan ketika kita jatuh cintapun kita merasakan keindahan yang luar biasa tanpa bisa menjaga perasaannya dengan baik.

Padahal sesuatu yang berlebihan itu tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam, semuanya harus pada level yang wajar.

Tidak mudah memang mengelola perasaan dalam diri kita dengan baik.

Perlu kerendahan hati, pengertian, kesabaran, keikhlasan dalam menerima apa yang terjadi dalam hidup sehingga apa yang terjadi bukanlah sesuatu yang harus disesalkan, sesuatu yang harus dibesar-besarkan tetapi apa yang terjadi adalah pengalaman hidup yang senantiasa membawa perubahan ke arah pendewasaan diri.

Manajemen perasaan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan fungsi perasaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana cara melembutkan hati, dimana dengan segala kelembutan hati hubungan manusia dengan manusia yang lain akan terjadi dengan baik.

Dengan kelembutan hati seseorang akan memandang orang lain dengan penuh kasih sayang.

Dilain sisi menajamkan hati juga penting karena ia akan lebih gampang dan mudah membedakan sesuatu yang haq dan bathil.

Perasaan pada diri kita memiliki dua bentuk, yakni perasaan yang berdimensi positif dan perasaan yang merusak atau berdimensi negatif.
Kedua perasaan silih berganti berubah bentuk sesuai fikiran sadar maupun fikiran tak sadar kita.

Upaya mengendalikan perasaan agar tetap berada pada jalur positif memerlukan energi bathin yang tidak kecil.

Beberapa prinsip agar perasaan kita tetap berada di jalur positif adalah mengelola kesadaran kita untuk senantiasa bersyukur dan iklas apapun peristiwa yang kita alami sehari-hari.
Mengingat bahwa pengalaman manusia adalah sesuatu yang amat kaya.

Pada saat kita mengalami masalah atau peristiwa dalam hidup kita, maka berbagai unsur dalam diri kita bekerja, dan menghasilkan kesan, persepsi dan perspektif yang amat kaya atas masalah atau peristiwa tersebut.

Masalah atau peristiwa jangan kita lihat semata-mata sebagai tumpukan persoalan-persoalan yang membuat kita menderita, tetapi juga bisa dijadikan sebagai inspirasi yang membuat kita merasa tertantang untuk menyelesaikannya, atau sabar dengan kekuatan persepsi dan perspektif yang kita miliki.

Kemudian, ketika kita mengalami sesuatu dalam hidup kita sehari-hari, ada tiga unsur yang secara otomatis dan simultan bergerak dalam diri kita, yakni pikiran, perasaan, dan merangsang tanggapan (sikap) kita atas sesuatu itu dalam bentuk perilaku.
Kekayaan dan kerumitan realitas ditangkap langsung oleh panca indera, akal budi, dan rasa yang sudah selalu ada dalam diri kita. Dari proses campuran ketiga unsur kita, kita menanggapi realitas yang ada.

🌸🌷🌸
Realitas yang kita pahami, saat ini, merupakan realitas rasional yang sebenarnya hanyalah bagian kecil dari kekayaan dan kerumitan kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, kita membutuhkan kemampuan untuk merasa. Ketika rasa hilang dari kehidupan manusia, yang tersisa adalah kekejaman, kekumuhan, dan kedangkalan hidup.

Betapapun menyakitkan persoalan hidup kita, perasaan harus tetap dihidupkan sebagai kekuatan untuk memahami suatu kejadian atau peristiwa yang kita alami. Namun sebagian besar kita, mencoba menyembunyikan perasaan kemenderitaan itu dengan berbagai kamuflase. Seperti, bersenang-senang dan melupakan dengan cara-cara yang justru menimbulkan masalah baru dalam hidup kita.

Karena perasaan adalah alat komunikasi bathin yang paling berpengaruh terhadap semesta dan seisinya, maka perasaan perlu dikelola atau dimanage agar menjadi sebuah kekuatan yang mampu meneguhkan keyakinan dan kekuatan untuk selalu bersyukur.  Dan banyak MahaKarya tercipta karena perasaannya yang tajam. Oleh karena itu, olah-rasa, atau mengelola perasaan merupakan bentuk pemahaman kita untuk menghidupkan bagian terdalam dari diri kita, dalam menjalani hidup dan kehidupan ini agar lebih sempurna.

Perlu juga diperhatikan, bahwa rasa itu bukanlah semata emosi.

Emosi adalah bagian dari rasa, namun lebih kecil dan lebih sempit ruang lingkupnya.

Sementara, rasa itu selalu mengandung emosi, namun lebih kaya dan lebih luas jangkauannya.

Ketika orang menyamakan keduanya, mereka bagaikan menyamakan bukit di kaki gunung Semeru dengan gunung Semeru itu sendiri.

Di sisi lain, emosi merupakan bagian dari rasa, namun mempersempit kekayaan realitas pada satu sisi, dan menguncinya secara berlebihan.

Emosi mengunci pada satu hal yang ada dalam realitas, misalnya hal negatifnya, lalu melebih-lebihkannya, sampai tak terkontrol.

Emosi menolak untuk menghargai kekayaan realitas, dan memilih untuk secara sempit menafsirkan realitas, dan mendorong perilaku-perilaku manusia yang tak seimbang.

Banyak dari kita juga mencoba menyembunyikan perasaannya dengan berbagai kesibukan dan aktivitas.

Dan perasaan yang disembunyikan tersebut, biasanya perasaan yang tidak menyenangkan, perasaan menderita, perasaaan terhina dan perasaan-perasaan lainnya yang berdimensi negatif.

Perasaaan-perasaan yang tersembunyi ini akan menjadi trauma pribadi dan sosial, bahkan akan merusak fisik dan fikiran.

Perasaan-perasaan negatif ini harus terungkapkan melalui upaya-upaya pengakuan diri dan upaya-upaya penyelesaian secara psikis, melalui seorang profesional dan para rohaniawan.

Sehingga perasaan-perasaan negatif tersebut tidak mengalami 'hubungan-pendek' alias konsleting yang berakibat buruk pada tubuh fisik kita dalam jangka panjang.

Pada akhirnya, kita semestinya mampu mengelola atau memanage perasaan kita agar berada pada jalur yang konstruktif dan positif. Kita tidak semestinya menyembunyikan perasaan-perasaan negatif yang ada, tetapi kita harus mampu merubah konteks masalah atau persoalan hidup tersebut kepada konteks lain yang berdimensi positif.

🌸🌷🌸
Dalam kehidupan manusia, keteguhan pikiran memang diperlukan, terutama untuk menegakkan keyakinan akan yang hak dan memberantas yang bathil. Akan tetapi keteguhan menegakkan keyakinan (keimanan) yang baik dan benar, telah dicontohkan secara gamblang sejak empat belas abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW.

Beliau istiqomah dalam menegakkan keyakinan yang benar, akan tetapi pikiran beliau selalu terbuka dengan orang-orang yang berbeda keyakinan. Beliau mengedepankan komunikasi dialogis dengan siapapun untuk mencapai kesepakatan. Bahkan dikisahkan (Hadji Agus Salim dalam Pesan-Pesan Islam hlm. 100), dengan orang Kristen di Najran, yaitu daerah tanah Arab Tengah, Nabi Muhammad, setelah menegakkan jamaah di Madinah, mengadakan perjanjian perdamaian, sekalipun ia tidak membuat orang Kristen itu beralih memeluk agama Islam.

Termasuk dengan istri-istrinya, beliau dikenal sangat santun dan tidak pernah memaksakan kehendak yang akan memicu pertengkaran atau perselisihan. Pikiran beliau konsisten mengikuti pedoman Al-Qur’an untuk memperjuangkan kebenaran dalam memperbaiki akhlak manusia.

Akan tetapi dalam proses sosialisasi (tabligh) kebenaran (haq) ia juga selalu sabar dan tawakkal dalam menghadapi lawan-lawannya yang berseberangan dalam keyakinan. Saling menasihati akan kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (Al-Asr: 3).

Itulah keunggulan beliau sebagai Nabi, Rasul dan manusia biasa, yaitu memiliki
kemampuan mengelola pikiran dan perasaan dalam menghadapi  baik lawan maupun kawan dalam kehidupannya.

Tata kelola pikiran dan perasaan yang tertib dari beliau telah menghasilkan tauladan, bukan hanya perkataan yang sopan dan santun, menyontohkan tindakan yang tepat dan bijak, menjadikan kebiasaan yang baik (akhlaqul karimah), membentuk kepribadian individu-individu yang tangguh, tapi juga membangun kebudayaan manusia yang modern lintas agama sepanjang masa.

Sholehah...
Di lingkungan kerja , dengan karakter rekan kerja yang berbeda-beda dan pengetahuan sifat dan karakter rekan kerja yang telah kita ketahui, kadang kita kurang bisa berdamai dengan perasaannya. Tahu dia keras tetapi kita tidak mau kalah dengan kekerasannya, sehingga meski lewat argumen perdebatanpun terjadi dan ini yang sebenarnya memicu konflik. 

Ketika seseorang melontarkan kata yang tidak enak, kita tidak membalasnya itu merupakan suatu prestasi besar dalam diri karena kita telah berani meredam ego kita, meredam amarah yang sebenarnya akan keluar dari diri kita secara spontan apalagi berkenaan dengan harga diri kita.

Di lingkungan keluarga, betapa  orang tua harus dapat mengelola perasaan dengan baik dalam menanggapi setiap polah, prilaku anak yang menuntut kesabaran tinggi.

Masa-masa emas anak tak semestinya diisi dengan ancaman dan kekerasan.

Betapa  orang tua ingin tumbuh kembang anak sesuai dengan masanya tanpa dirusak dengan sikap yang akan merusak tiap fase dalam perkembangan hidupnya.

Ternyata bekal ilmu pengetahuan saja belum cukup untuk kita bisa hidup berdampingan baik dengan sesama, kita butuh terus belajar dan belajar dalam meningkatkan kualitas diri agar lebih baik dari waktu kewaktu.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Han ~ Nganjuk
Assalamu'alaikum,

Bu, apa nih tips biar tidak BAPERan dan sok ke PeDe an?

💎Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Siapa yang baperan dan ke PD an...
Hayooo...

Jalani saja hidup ini dengan sebaik-baiknya,  kejadian-kejadian yang ada jadikan saja pelajaran dan cambukkan, baik itu cemoohan, cacian,  makian maupun hal-hal yang membuat kita terjatuh secara mental.  "INI HIDUPKU AKAN KUJALANI SEMAMPU KU"

Biar tidak ke PD an yaa kita ngukur dirilah, bayang-bayang itu bisa saja melebihi tinggi kita,  tapi ingat riilnya pasti akan kelihatan, hati-hati saja dalam bersikap dan berkata-kata, jangan terlalu banyak cerita dan banyak gaya.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Frin ~ Surabaya
Bunda Irna...
Sesi curhat ya bun...
Disaat kita didholimi orang  dan apa yang dilakukan orang tersebut sangat menyakitkan dan merugikan kita, baik nama baik maupun financial (ceritanya saya punya teman dia pinjam credit card saya untuk jaminannya dan jumlahnya lebih dari 100 juta dan waktu dia pinjam suami masih ada dan dia angsurnya rutin tapi setelah suami wafat dia tidak mengansur dan pindah rumah saya tidak tahu alamatnya. Akhirnya saya yang di kejar bank. 

Karena takutnya dengan bank sampai saya angsur sendiri pakaI uang saya sekitar 6 bulan dan jumlah angsurannyapun tidak sedikit.

Saya berusa telepon tidak diangkat andaikan diterimapun kita mesti bertengakar dan masalah ini keluarga tidak ada yang tahu kecuali almarhum.
Disaat hati saya benar-benar sakit dalam doa saya.

Mohon Sama Allah disetiap sholat saya agar teman saya dibuat menderita melebihi saya penderitaannya dan saya tidak tahu lagi dimana teman saya itu berada dan hutangnya itu 50 persennya belum terbayar dan akhir-akhir ini saya dengar katanya usahanya bangkrut dan dia kecelakaan kakinya patah dan otaknya ada tumornya dan baru saja operasi.

Terus bagaimana ya bunda menyikapinya?

Mohon pencerahannya bunda.

💎Jawab:
Pertama-tama kita istighfar dulu ya mba, kejadian demi kejadian yang dialami teman mba itu bisa jadi itu dalam istilah agama kita 'Ain, jadi kejelekan dia dapat dari ucapan orang lain. 

Sebenarnya tidak layak bagi kita mendoakan hal seperti itu mba, lebih baik kita mendoakan kebaikkan untuk dia,  doakan agar Allah memberinya hidayah agar mau membayar hutangnya.

Jika dalam kondisi saat ini, semakin kecil kemungkinan dia akan ikut membayar hutang tersebut. Dan akhirnya mba sendiri yang harus menanggung hutang itu.  Jadinya rugi kan? Jika didoakan kebaikkan dan Allah kabulkan tentunya mbaku tidak akan bergerak sendiri seperti sekarang ini. 

Tapi apa hendak dikata, kondisinya sudah seperti itu, hanya bisa bermohon kepada Allah Azza wajalla agar mbaku diberi kekuatan dan kelancaran rezki buat menyelesaikan hutang tersebut, meski dalam kondisi sekarang yang juga kurang menguntungkan. 

In syaa Allah yakinlah Allah tak akan sial-sia disaat mba dan keluarga memberikan pertolongan kepada orang lain, maka Allah akan berikan pertolongan juga.  Aamiin.

Sabar... Sabar... Sabar, kuatkan hati dengan doa doa, tawakal ilallah...

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Bunda Vina ~ Cianjur
Bagaimana kita semestinya mengelola, memanage perasaan kita agar berada di jalur yang positif, kadang hati kita resah, bimbang pikirannya negatif terus?

Mohon pencerahannya ustadzah.

Jazakillah khaiir.

💎Jawab:
Mengelola perasaan adalah dengan belajar untuk slalu berpositif thingking, belajar membuang pikiran negatif karena itu sangat merugikan, itu perlu latihan-latihan dan butuh azzam yang kuat.

Pikiran positif akan menambah energi positif kepada kita sementara pikiran negatif akan menguras energi dan merusak hormon-hormon didalam tubuh kita sendiri. Terlalu banyak kerugiannya, sadari kerugian tersebut. Dan belajar untuk bersedekah kebaikkan ketubuh kita masing-masing.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Han ~ Nganjuk
Assalamu'alaikum...

Bu bagaimana dengan sikap yang sukanya memendam perasaan. Lebih suka menyimpannya sendiri daripada kalau nanti di ungkapkan bisa menimbulkan masalah ataupun tidak berkenan dengan yang lainnya.

1. Apakah memendam perasaan itu baik ataukah  malah bisa menimbulkan penyakit?

2. Bagaimana kita mengendalikan perasaan yang tidak enak yang muncul di diri ini yang terkadang datang dengan sendirinya? (marah, kecewa, ataupun sedih).

💎Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

1. Memendam rasa jelas akan menimbulkan penyakit, dan orang-orang yang suka memendam perasaan biasanya akan lebih mudah stres,  mudah putus asa. 

2. Sebagai orang beriman tentunya kita punya cara mengatasi semua rasa itu, positif thinking  melalui hidup, menjalani step by step,  yakinlah bahwa takdir yang kita jalani adalah aturan Allah yang terbaik untuk kita.

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Nurjanah ~ Banten
Assalamualaikum bunda,

Bagaimana caranya agar rasa penyesalan yang  terpendam tidak mempengaruhi pikirin dan fisik kita?

💎Jawab:
Wa'alaikumussalam mba,

Setiap kejadian itu bukan untuk disesali terus menerus, tapi untuk dijadikan ibrah untuk masa yang akan datang. 

Boleh menyesali perbuatan dosa yang membuat kita merasa rendah dihadapan Allah, hingga kita bersungguh-sungguh memohon ampun-Nya, tapi bukan untuk membuat kita berputus asa dengan rahmat-Nya. 

Jika yang disesali adalah sebuah kesalahan secara duniawi, maka cukuplah itu dijadikan pelajaran,  karena kesalahan yang telah terjadi tak akan mungkin kita kembalikan keawal lagi, untuk apa disesali secara terus menerus. Cukup jadikan dia "pengawal" langkah kita kedepan agar tak mengulangi salah yang sama. 

Hati-hati dengan rasa sesal yang bisa membawa kita menutup hati untuk Rahmat Allah.

Jadi agar tak mempengaruhi pikiran dan fisik, berilah ruang untuk memaafkan diri sendiri. Karena tidak sepantasnya kita menyiksa diri sendiri dengan masalah yang telah berlalu. 

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Dara ~ Jambi
Assalamualaikum,

Sering kita dengar istilah diam itu emas, apakah kita di anjurkan demikian pula disaat keadaan kita sulit, dimana orang-orang sekitar kita bahkan keluargapun ikut menghujat kesulitan yang kita alami. Bagaimana pandangan islam bunda?

Mohon penjelasannya.

Terimakasih bun.

💎Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Diam adalah emas itu dikala bicaranya bukan untuk kebaikkan. Jika ada hal yang memang harus kita sampaikan maka bicara adalah Intan permata yang berharga. 

Bicaralah dan bicarakan jika memang ada sesuatu yang perlu untuk dibicarakan. 

Wallahu a'lam

0⃣7⃣ Fari ~ Jakarta Timur
Assalaamualaikum ustadzah,

Kadang kita emosi ketika hormon sedang naik turun (misal ketika PMS). Kita tidak sedang marah, namun secara fisik ada hal (pusing, lemas, atau mood) yang membuat gampang terpancing amarah.

Bagaimana cara mengantisipasinya? Hehhe...

Terima kasih Ustadzah

💎 Jawab:
Wa'alaikumussalam mba Fari,

PMS adalah masa labilnya seorang perempuan, tidak bisa dipungkiri hal itu memang biasa dan dan dimaklumi banyak orang,  meski begitu tetap kita tidak dibenarkan untuk mengumbar amarah, memperturutkan emosi karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam jelas jelas melarang umatnya untuk marah, dan tidak ada pengecualian disana semisal kecuali sedang haid.

Jadi sebaiknya semakin banyak istighfar disaat haid, karena akan lebih meredakan perasaan yang labil. 

Dan memperbanyak dzikir juga. 

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Sholehah Bidadari Surga yang dicintai Allah...

Semoga kita bisa berdamai dengan perasaan, bisa mengelola perasaan kita agar tak ada yang disakiti dengan sikap dan ucapan kita.

Sehingga perasaan yang meledak-ledak menanggapi sesuatu hal dapat teredam dengan sendirinya seiring waktu berjalan yang pada akhirnya kita bisa lebih bijaksana menanggapi sesuatu yang terjadi.

Demikianlah pertemuan kita malam ini, semoga bermanfaat. 

Mohon maaf lahir batin. 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar