Senin, 31 Desember 2018

MARI BERCERMIN (MUHASABAH DIRI)



OLeH: Dr. Sitaresmi S.S.,M.Psi.T.

          💎M a T e R i💘

Assalamualaikum wr. wb.

Ba'da tahmid wa shalawat (tadi pembukaan sudah panjang lebar oleh moderator)

A’udzubillaihi minnasyaithon nirrojim
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warrohmatullahi wabarrokatuh
Alhamdulillah alhamdulillahiladzi hadanalihadza
Wama kunna linahtadi laulaanhadanallah
Asyhadu anla illaha illallah wah dahulaa syarikalah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rosuluhu la nabia ba’da
Allahumma shalli wa salim  wabarik’ala Muhammad wa ‘ala alihi  wa’ashabihi waman tabi’ahum biihsanil illayaumuddin ‘amaba’du
Umahat wa akhwat fillah rahimakumullah
Alhamdulillah tsumma alhamdulillah ba’da dzalika alhamdulillah ‘alaik kullihalin alhamdulillah

Puji syukur atas kehadirat Allah  kita bisa bertemu walau hanya lewat udara, semoga mampu membawa keberkahan bagi kita semua..
Sholawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Rosulullah Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang istiqomah, mudah - mudahan kita termasuk di dalamnya. Amiiin ya robbal ‘alami.

🌸MARI BERCERMIN (Muhasabah dIRI)

Cermin adalah benda yang sangat familiar,biasa, sepele namun penting dan dekat dengan kehidupan manusia, terutama wanita.

Umumnya wanita rajin menengoknya minimal 2 kali sehari, saat berangkat pergi ke luar rumah dan  akan memakai bedak  serta malam hari saat menghapus bedak dengan milk cleanser.

Bahkan ada juga yang selalu membawa cermin kecil di tas atau dompetnya agar setiap saat ia bisa merapikan bedaknya.

Tidak hanya wanita, laki-laki juga membutuhkan cermin atau kaca untuk membenahi kemeja atau dasi yang dipakainya agar tidak mencong atau miring.

Walau benda ini sederhana, hampir tak ada orang yang tidak memilikinya. Tidak ada rumah yang didalamnya tak ada kaca atau cermin. Bahkan di pusat-pusat perbelanjaan, gedung, lift dan toiletpun umumnya dilengkapi dengan cermin di dindingnya.

Ada yang memiliki cermin di rumah atau di kantornya ,kecil dan biasa saja  serta tidak mahal, namun ada juga yang memiliki cermin antik yang mahal. Semuanya bergantung status sosial dan kekayaan yang dimilikinya

Namun tidak semua orang mampu melihat pantulan atau refleksi dirinya secara jujur dan jernih, walau cerminnya mahal.

Ada kaca mahal namun tidak menampilkan refelksi secara benar karena ada unsur kamuflasenya, misalnya cekung atau cembung.

Ada cermin yang dapat menyenangkan orang yang berkaca karena dapat memunculkan pantulan seolah-olah seseorang langsing dan lain sebagainya.

Ada cermin yang hanya murah tapi ia dapat memantulkan gambaran obyektif dan realistis

Masalahnya memang bukan pada mahal atau murah cermin yang dimiliki seseorang namun pada kejernihan pantulan yang dapat direfleksikannya.

Dan kemauan orang yang bercermin untuk ikhlas melihat dan menerima gambaran obyektif dirinya yang dipantulkan oleh cermin tersebut.
Sebenarnya sifat cermin yang asasi adalah memantulkan apa adanya obyek yang berkaca padanya.

Hanya cermin dalam dongeng Putri Salju yang dapat berbohong dan berkata serta memantulkan gambaran yang jauh lebih indah dari aslinya saat si Ibu tiri putri salju bertanya ”Mirror…mirror on the wall, who is the most beautiful woman in the world?”

Namun kepalsuan manusia terkadang membuat ia mampu merekayasa cermin agar tidak jujur juga seperti dirinya, maka ada cermin yang cekung, cembung dan lain sebagainya.

Terkadang cermin yang kita miliki boleh jadi buram. Pada saat itulah kita harus berupaya menghapus keburaman di cermin kita atau mungkin kita membutuhkan orang lain untuk menghapus noda-noda dan bercak-bercak yang ada di cermin milik diri kita.

Atau jangan-jangan kita tidak memiliki cermin…
Ada seorang artis wanita senior yang menyatakan tidak pernah memiliki cermin, ia tidak mau berkaca, tidak mau bercermin karena ia sudah percaya diri tanpa harus berkaca. Ia memakai bedak dan mengoleskan lipsticknya pun dengan feeling saja tanpa berkaca.

Namun  entah kebetulan atau tidak, yang jelas artis ini secara hakikatpun bukan orang yang mau bercermin dan melakukan self insight. Hidupnya bebas, sering diketahui berganti-ganti teman samen levennya dan lama dikenal sebagai pengidap narkoba.

Itulah bahayanya orang yang tidak memiliki cermin diri, tidak mau bercermin, baik cermin milik sendiri maupun orang lain.

Bila cermin fisik tidak dimiliki resikonya, rias wajah atau pakaiannya saja yang tidak rapi.
Namun bila cermin batin yang tak dimilikinya, maka akhlaqnya yang akan buruk.
Sehingga bahkan kita perlu meminjam cermin orang lain yang datar dan jernih..?

Kita memang harus bercermin pada orang lain sebagaimana hadits Nabi riwayat Thabrani: ”Al Mu’min mir’ah li akhihi” Sesungguhnya mu'min menjadi cermin bagi saudaranya."

Menjadi tempat bercermin dengan menjadi teladan yang baik.

Namun tentu saja sama seperti cermin fisik,yang kita butuhkan adalah mu’min yang jujur yang dapat menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, sebagaimana cermin dapat menunjukkan kekurangan pada wajah dan penampilan fisik kita.

Dan bukan orang yang palsu dan tidak jujur serta suka menjilat yang hanya akan membuai kita dengan pujian saja.

Bila kita sombong dan tak mau bercermin diri atau pada orang lain yang lebih baik dari kita kemudian kita menjadi arogan, tidak tahu diri serta merasa paling cantik, pandai dan hebat, maka boleh jadi suatu saat ada orang menegur kita dengan tajam dan sinis: ”Ngaca dong ente…”.

Tidak enak memang dipaksa ngaca atau bercermin dengan kasar oleh orang lain
Namun boleh jadi itu teguran yang sangat berharga bagi kita karena kita sebelumnya memang tidak mau bercermin diri secara jernih apalagi bercermin pada orang lain.

Rasulullah SAW juga meninggalkan kita dengan doa bercermin yang baik:  “Allahumma ahsin khuluqi kama hasanta khalqi.”(“Ya Allah perbagus akhlaqku sebagaimana Engkau telah memperbagus rupaku”)."

Bercermin dalam Islam adalah sesuatu yang sangat dalam dan mendasar bahkan filosofis saat kita bercermin tidak hanya lahiriah yang perlu dilihat namun terutama akhlak kita bercermin dengan berdoa diperintahkan Nabi  karena membuat kita sadar bahwa bercermin bukan hanya untuk mematut diri agar secara lahir tampil cantik dan menawan, namun bagaimana juga harus selalu mempercantik akhlak, perilaku dan budi bahasa. Karena itu orang yang cantik dan tampan namun tak berakhlak adalah seperti manekin. Enak dilihat tapi tak memberi arti “Innallaha layanzhuru ilaa ajsamikum… (QS. 22:77, QS. 2:177)

Hadits : ”Ittaqillah haitsu ma kunta wa’atbi’il sayyiata tamhuha wa khaliqin naasa bi khuluqin hasanah.”

Hadits tentang wanita yang berakhlak buruk pada tetangga, Hadits tentang perintah berkata-kata yang baik atau diam, baik pada tetangga, baik pada tamu, baik pada binatang, baik pada alam (QS. 30: 41), baik pada orang tua (surat Al Isra: 23) :Rasul pada kakek-kakek buta yahudi di pasar, Ali mau shalat subuh ada kakek-kakek berjalan di depannya, Rasulullah dengan wanita Yahudi.

Tentang kesempurnaan Islam sesorang jika meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak berguna (Hadits) (QS. Al Mu’minun: 3), larangan laghwi, Larangan ghibah, menggunjingkan orang lain (QS. Al Hujurat:12);

Teguran nabi saat sahabat menertawakan Abdullah bin Mas’ud dan teguran Allah dalam Al Hujurat saat sahabat membicarakan Salman Al Farisy. Fitnah pada diri ummul mu’minin Aisyah ra (Surat An Nuur )

(QS. Al Ma’arij, ayat 18-26) tentang akhlaq orang yang kikir dan berkeluh kesah.
(QS. Luqman)  larangan berjalan di muka bumi dengan angkuh atau bersuara seperti suara keledai dan lain-lain.

Sekali lagi marilah bercermin dengan doa bercermin yang benar: Sudah cantikkah kita?

Dan yang penting…..Sudah muliakah akhlaq kita?

@Oleh: Sitaresmi S. Soekanto diilhami oleh majalah Tarbawi.

🌸🌷🌸
Akhwat sekalian rahimakumullah, bicara tentang muhasabah Allah SWT berfirman dalam (QS. Al Hasyr ayat 18), “Hai orang – orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, hendaklah setiap diri memperhatikan bekal apa yang sudah dipersiapkan untuk hari esok, bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kalian lakukan.”

Jadi kalau kita lihat disini perintah bermuhasabah (mempersiapkan diri untuk akherat) itu diapit dengan perintah untuk bertaqwa.
Dan ini diperjelas lagi di surat  Al Baqoroh  : “berbekallah kalian, dan sebaik-baik bekal adalah  bekal taqwa.”

Ummar bin Khattab ra juga pernah mengatakan : “Hisablah dirimu sebelum kelak engkau dihisab.”

Ini artinya ini kesempatan yang baik untuk kita introspeksi, muhasabah, self insight, apa-apa saja yang kita sudah merasa cukup baik, cukup berarti kita lakukan, kemudian kita mencoba untuk mengoreksi, betapa banyak kesalahan-kesalahan yang sudah  kita lakukan. Dan kita mencoba menjadi orang yang lebih baik, karena umul mukminin Aisyah ra mengatakan bahwa bertambahnya hari, bertambahnya bulan, bertambahnya tahun, tidak akan bermakna jika tidak bertambah iman, ilmu dan amal. Karena itu seharusnya setiap ada pergantian tahun yang muncul harusnya adalah perasaan mawas diri, karena jatah usia kita berkurang, kemudian musibah-musibah yang datang harusnya menjadi bahan  untuk introspeksi diri agar  kita mawas diri untuk lebih bermuhasabah bahwa kemudian kita melihat apa yang perlu perbaiki untuk tahun-tahun berikutnya. Allah mengatakan bahwa kita harus mempersiapkan bekal untuk  hari esok.

Nah bagaimana kita melakukan refleksi (becermin) dan kita butuh orang lain (mukmin) untuk becermin, bahwa kita dapat melihat orang lain yang lebih kuat ibadahnya, lebih sholihah, lebih  warro berhati-hati, lebih tawadu’ dan seterusnya, sehingga kita perlu dikomunitas orang-orang baik, sehingga kita dapat becermin.

Nah, yang saya ingatkan juga adalah doa becermin: “ya Allah  perbaikilah akhlaqku sebagaimana engkau membaguskan rupaku.”  jadi, doa itu doa yang mengisyaratkan bahwa kita harus melihat diri kita itu  lahir dan batin.

Jangan sampai hanya mempercantik penampilan fisik kemudian mengabaikan penampilan batiniah. Apalagi Rosulullah  dalam hadistsnya menegaskan “Allah tidak melihat tampang luarmu, penampilanmu, tapi Allah melihat langsung ke dalam hatimu.” Ditegaskan juga dalam (QS. Al Hujurat: 13)  “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa.“

Umahat fillah rahimakumullah, jadi dari rangkaian  ayat qur’an dan hadits di atas kita dapat mengambil kesimpulan betapa kita memang harus memperbagus akhlak kita, karena ada dalam suatu kesempatan Rasulullah diberitahu oleh seorang perempuan yang rajin ibadah, rajin shoum, rajin sholat tapi akhlaqnya tidak baik (buruk), maka kata rasulullah : “ya min ahlunnaar.“ Untuk menegaskan bahwa harus ada korelasi bahwa habbluminallah harus berdampak  pada habluminannas relasi kita pada manusia. Sebagaimana digambarkan pada (QS. Hajj: 77) “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, berbuatlah kebajikan, agar kalian beruntung.” 

Jangan sampai ibadah kita tidak berdampak pada relasi kira dengan manusia yang khoirunnas anfauhum linnas, bahwa kita menjadi orang yang lebih berguna bagi orang lain. Karena pernah suatu saat Rasulullah menemui seorang anak muda yang sedang datang ke masjid, Rasulullah bertanya : “Apa yang sedang kamu lakukan?”
“aku mengantarkan makanan untuk pamanku, dia I’tikaf” kata pemuda itu. Rasul mengatakan “kamu lebih baik dari pamanmu” kenapa? Karena ia juga berihtiar dalam kehidupan sehari – hari .

Rasulullah juga dalam hadits lainnya berkata kepada Mu’asy bin Jabal ketika akan pergi ke Yaman: “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” nah, disitu kita juga melihat adanya korelasi habbluminallah dan habblu minannas.

Banyak hadits – hadits Nabi yang mengaitkan antara keimanan kepada Allah dan hari kiamat dengan anjuran berbuat baik. Misalnya, “Man kana yu’minubillahi wal yaumil akhir falyakul khoiron ‘ala yasmut (barang siapa beriman  kepada Allah dan hari kiamat hendaklah berkata yang baik atau lebih baik diam).”

Hadits lainnya berkaitan dengan akhlaq juga adalah “Min husnil islami mar’I tarkumalaya’ni (diantara kesempurnaan islam seseorang adalah meninggalkan perkataan atau perbuatan yang tidak berfaedah)”.Ini juga sesuai dengan larangan Allah pada Surat Al Mu’minun  ayat 3: “..mereka meninggalkan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia.”

Sehingga terlihat dengan jelas, bahwa ada kaitan antara keimanan kepada konsekuensi berupa akhlaq yang baik, memuliakan tetangga, memuliakan tamu, kemudian jangan marah bagimu surga, belum beriman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.

Nah, dari rangkaian ayat dan hadits tadi harus ada upaya untuk memperbagus akhlaq kita. Pada surat Lukman : “Jangan palingkan mukamu , janganlah sombong, jangan berjalan di muka bumi dengan sombong.” Kita harus berupaya terus untuk memperbaiki akhlaq kita karena itu akan mempermudah jalan kita ke surga InsyaAllah.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
        💎TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Yanti
Berkaitan dengan berkata yang baik atau diam...
Bagaimana jika kita melihat penguasa yang dzalim, misalnya. Apakah kita sebaiknya diam saja atau "menyebarkan" kedzalimannya kepada masyarakat luas?

🌸Jawab :
Yanti sayang, itu konteks yang berbeda, kalau melihat suatu kezaliman, maka hadits yang dipakai adalah,

 مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

 [رواه مسلم]

:Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya dengan power dengan kekuatan jika memiliki, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman." (Riwayat Muslim)

jadi, artinya tadi dikatakan berkata yang baik atau lebih baik diam dalam konteks relasi kita yang hubungannya dengan manusia yang baik, ya kadang kadang kan manusia yang baik juga punya kekurangan. Ya kadang kita ingin mencela orang, ingin mengkritik seseorang, atau bisa saja melakukan ghibah atau apa nah itu, pada saat kita lagi mau marah tidak sanggup berkata yang baik kita lebih baik diam, tapi dalam konteks menghadapi orang yang zalim apalagi penguasa yang zalim kita  harus menyatakan kullil haq wala kanna murron (sampaikan yang benar meskipun pahit).

Nah, Rasulullah juga mengingatkan dalam hadits hadits misalnya "khatibunnasa billighati qaumihi" (bicaralah kepada manusia dengan bahasa kaumnya).

Nah, tapi kita juga perlu perhatikan ada "andzilunnasa manna  zilahu" (tempatkan manusia pada posisinya).

Jadi, kalaupun kita harus menyampaikan kebenaran, kita harus menyampaikan dengan baik.
Bukan berarti kita tidak boleh mengatakan yang tidak baik, misalkan anak kita melakukan kesalahan, sholatnya dilama-lama kan.. ya harus dinasehati, kita tidak boleh mengatakan anak kita sholeh dan sebagainya, kita harus sampaikan "Nak, ibu kecewa kamu taukan, sholat itu hal yang utama, bakal diperiksa pertama tama pada saat kita menghada Allah" itu harus disampaikan dengan cara yang baik,
Tapi kebenaran harus disampaikan.

0⃣2⃣ Bund Lisa
Alhamdulillah..
Sukron bunda.

Cermin juga 'istilah' hati Kita ya bunda.. jika cermin kotor tidak mudah menerima cahaya, hati yang kotor tidak mudah menerima hidayah dan nasehat.. cermin yang bersih bisa memantulkan cahaya..

Bagaimana caranya menyadarkan orang yang susah dinasehati ngerasa benar padahal sudah mendapat ujian dalam hidupnya?

🌸Jawab :
Alhmdulillah Lisa..

Perumpamaan Lisa bagus sekali,
Betul.. jadi memang untuk bisa menerima hidayah kita harus menyiapkan prakondisi.. artinya kita berusaha untuk membersihkan hati kita,  saya sendiri selalu sering berdoa : ya Allah, jauhkan hambaMu dari perasaan perasaan buruk, perasaan iri, dengki, sombong. Jadi kita memang perlu berdoa kepada Allah agar kita dibersihkan dan berusaha untuk membersihkan.

"Qad aflaha man dzakkaahaa wa Qod khaabamandassahaa." (QS. 15: 9-10)

Artinya beruntunglah orang yang membersihkan dirinya, dan merugilah orang yang mengotori jiwanya. Jadi, memang harus selalu berusaha dalam proses, makanya ketika habis wudhu "waj 'alni minattawabina waj 'alni muttatohhirin"

Kita dalam proses bertaubat dan berproses untuk membersihkan diri. Nah, kalau terkait dengan  orang lain yang tidak mempunyai kesadaran seperti itu, ya pertama-tama kalau orang itu orang yang dekat dengan kita, atau orang yang kita sayangi kita harus benar-benar berdoa agar Allah memberikan hidayah kepada mereka, dan 'addinu nasihah bahwa agama ini adalah nasehat, ya kita perlu menasehati dan menasehatinya ini perlu kita lihat, misalnya sampaikanlah sesuai dengan tingkat intelektualitasnya, kadar akalnya tapi juga kalau orang itu sombong atau apa, bisa jadi kita kepada orang tertentu tidak bisa menasehati dengan merendah. Jadi mungkin menyadarkan orang tersebut dengan fakta fakta bahwa apa yang ia sampaikan itu adalah salah atau apa.

Jadi, kalau kita mungkin merasa tidak mampu untuk berargumentasi dengan orang tersebut, kita bisa minta tolong orang lain untuk bisa menyampaikan dengan tepat kepada yang bersangkutan. Jadi, memang ini masalah hidayah dari Allah, kalau kita selalu berusaha dalam proses untuk membersihkan diri, menyiapkan kondisi hingga kemudian Allah menilai kita layak untuk mendapatkan hidayah, bahkan sekedar mendapatkan hidayah pun kita harus selalu berdoa sebagaimana dalam QS. Al Imron ayat 8 : "ya Allah janganlah engkau sesatkan kami, setelah Engkau memberi kami petunjuk, berilah kami rahmat dari sisiMu sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia."

Jadi, semuanya .emang harus dimohon, sebagaimana juga diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW : Yaa muqallibal qulub, tsabit qulubana 'aladinika wa tho'atika (ya Allah yang membolak balikan hati, tetapkan hati kami pada agamaMu dan dalam ketaatan di jalan Mu). Jadi, kita harus selalu berdoa agar Allah selalu menguatkan iman kita, doa senjatanya orang yang beriman bahwa kita harus menjadikan doa itu sebagai senjata yang utama kita untuk mempertahankan hidayah, karena hidayah itu bisa tercabut kembali, na'udzubillah.

Kenapa kita perlu berdoa "Allahumma arinal haqqo haqqo war zuqnas tiba'a wa arinal bathila bathila warzuqnas tinaba." karena bisa jadi suatu saat mata hati kita tertutupi, cermin kita tidak berfungsi, kita tidak dapat melihat kebenaran sebagai kebenaran atau kebathilan sebagai suatu kebathilan.

0⃣3⃣ Lolita
Assalamualaikum Bunda

Terimakasih untuk ilmunya.
Menurut mbak lisa tadi cermin kan istilah lain dari hati, lalu apakah juga berubungan dengan jodoh adalah cerminan diri.
Terimakasih Bunda

🌸Jawab :
Memang ada dalam surat An-Nur ayat 26

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ أُولَٰئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

"Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."

Artinya seseorang itu akan mendapatkan pasangan sekhufu sebenarnya. Tapi karena itu, kita harus bisa saling menggesa pertumbuhan keimanan, ilmu, kebaikan-kebaikan. Iya artinya suami harus berusaha juga untuk mensupport agar istri menjadi lebih baik dengan memberi contoh. Atau bisa jadi kebaikan itu dicontohkan lebih dulu oleh istri yang diharapkan bisa membuat suaminya bercermin dari istri yang sholihah itu.

Terkadang benar juga yang dikatakan mb Lolita, apakah benar pasangan hidup kita itu cerminan dari diri kita? Ya bisa jadi, karena pada saat diri kita menurun keimanannya kemudian bisa berdampak juga pada pasangan kita. Dalam artian, menurun juga keimanan pasangan.

Jadi, bukan berarti saat kita sudah berjodoh dengan pasangan yang baik, selesai itu. Karena semuanya berproses. Learning process is never ending process. Proses belajar itu terus menerus. Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat. Proses menjadi orang baik itu juga harus dilakukan secara terus menerus. Jadi kita harus ingat, ada pasti dampak dari diri kita terhadap pasangan kita.

Anak-anak kita juga nanti bisa menjadi cerminan diri kita. Bahkan kalau misalnya anak-anak kita bermain role play, tiba-tiba dia pakai sepatu ibunya, ambil tas ibunya, pakai make up, ambil bedak dan lipstik ibunya, tiba-tiba dia bergaya seperti ibunya lalu bicara ngomel sambil marah-marah. Waktu kita tegur, ngapain main sepatu mama, tapi dijawab sama anak "lagi main jadi mama". Nah kita bisa bercermin, oh ini image diri kita di hadapan anak. Dari situ kita bisa bercermin dari diri anak.

0⃣4⃣ Febri
Nah berdasarkan penjelasan bunda tadi.

Bahwa dikatakan kalau kita baik jodoh kita baik pula (jodoh cerminan diri) tadi. Kalau belum juga bertemu dengan jodoh cerminan diri ini bagaimana, apakah cerminan diri ini belum baik Bun?

🌸Jawab :
Bukan demikian, bukan berarti kalau belum dapat jodoh berarti kita tidak baik.
Tapi memang masalah jodoh, rezeki, maut dari Alloh yang kita tidak pernah tahu kapan datangnya. Bisa jadi ketika kita melihat ada orang yang biasa aja mungkin pendidikan sederhana, kok mudah ya dapat jodoh. Sementara ada orang yang pandai dan cantik tapi kemudian Alloh coba dengan belum dapat jodoh. Ini sepenuhnya rahasia Alloh.

Tapi jangan pernah berputus asa dari rahmat Alloh. Kita terus saja berdoa, memohon Alloh pertemukan dengan jodoh seperti itu. Berprasangka baik pada Alloh bahwa Alloh pasti berikan yang terbaik pada kita di saat yang paling tepat.

Jadi bukan berarti ketika kita belum dapat jodoh cerminan diri kita yang buruk sama sekali. Itu artinya takdir, ketentuan Alloh, tapi ikhtiar harus dijalankan dan jangan malu minta doa orang-orang yang berangkat haji atau umroh, dan doa orang-orang soleh agar didekatkan jodohnya. Kemudian kita juga jangan segan-segan juga untuk meminta bantuan orang lain.

Dan kita misal yang sudah punya suami, ya harus juga memikirkan nasib saudara-saudara kita karena Alloh juga memerintahkan "Nikahkanlah orang-orang yang sendiri di antara kalian." Jadi kita harus peduli. Pada saat saya kuliah S2, S3, saya selalu gubrak-gubrak teman saya belum nikah. Pernah ada teman S3 yang belum juga nikah, usianya 31 tahun waktu itu dan sudah punya pacar yang dipacari dari SMA. Saya minta untuk segera nikah daripada banyak bikin dosa. Tapi kemudian saya dapat cerita sedih, saat dia mau melamar malah dapat undangan. Akhirnya dia ikhtiar lagi dan akhirnya dapat jodoh juga walau S3 nya yang tidak lulus.

Jadi itu tadi, harus ada faktor ikhtiar, faktor kita minta doa & juga berdoa langsung ada Alloh. Nah, berarti kita disini sedang diuji, ikhtiar kita sejauh mana, kesabaran kita sejauh mana, ketawakalan kita sejauh mana, seperti itu.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💘


Muslimah akan tetap indah dan menawan saat menyadari bahwa kecantikan yang dimiliki hanya titipan Allah SWT yang selalu dijaga kesuciannya untuk seseorang yang menjadikan dirinya sumber ibadah kepada Allah SWT.

Wassalamu'alaikum wr.wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar