Jumat, 14 Desember 2018

DIMANA PERAN SEORANG AYAH?



OLeH: Ustadz Erwan Wahyu W.

           💎M a T e R i💎

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

‎الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
‎رَبِّ اشْرَحْ لِىْ صَدْرِىْ وَيَسِّرْلِىْ اَمْرِىْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِىْ يَفْقَهُوْاقَوْلِى
‎وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman 31:13)

Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan islam. Salawat dan doa keselamatan smoga senantiasa terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung Muhammad Saw berserta keluarga dan para sahabat-sahabat Nabi semuanya.

Good People Kakak-kakak Bidadari Surga yang dirahmati Allah.

Di dalam quran ternyata terdapat 17 dialog pengasuhan.

14 diantaranya dialog antara Ayah dan anak.
2 dialog antara Ibu dan anak.
1 dialog ayah-Ibu dengan anak.

So... ternyata peran Ayah lebih banyak disebut dalam Al Quran.
Semangat Al Qur'an mengenai pengasuhan mengedepankan Ayah sebagai tokoh.

Kita kenal Lukman, Ibrahim, Ya'qub, Imron. Mereka adalah contoh-contoh Ayah teladan.
Jadi kalau Hajar tegar harus hijrah ke Mekkah sendirian dan menjalani LDR dengan suaminya, lalu Ismail yang sabar dan ikhlas di sembelih Ayahnya sendiri karena perintahRab-nya. itu semua tidak datang secara kebetulan atau tiba-tiba, melainkan melalui proses tarbiyah, pendidikan. Tentu tanpa menafikan hidayah dari Allah. Padahal Ibrahim tidak selalu ada bersama mereka dan zaman dulu tidak ada whatsApp, telpon atau video call atau facetime. We talk about quality time here.

Lalu kita bisa saja bilang, lhaa... itu kan Ibrahim, Nabi dan Rasul.

Ok fine, lets see an ordinary Man.
Luqman, dia laki-laki biasa, bukan nabi dan bukan Rasul. Dia adalah hamba Allah yang shalih. Berkat keshalihannya Allah abadikan kisahnya dalam Al Qur’an terutama terkait dengan pola asuh anak.

Good People Bidadari Surga yang dirahmati Allah.

Saya seorang Ayah, anak saya 2 orang, masih kecil-kecil, 8 dan 9 tahun. Kebetulan saya juga seorang pejuang LDR karena saya harus melanjutkan studi kuliah lagi di luar kota, tapi jauh dari sosok Ibrahim yang seorang Nabi dan Rasul,  walau sama-sama LDR. dan walau saya laki-laki biasa saya juga tidak pantas disandingkan dengan Luqman. 

Saya tidak hendak menggurui karena jauh dari kapasitas saya yang bukan pakar parenting. Saya sharing saja dari referensi-refrensi primer Qur’an dan Sunnah serta buku-buku dan hasil seminar parenting dari Pak Cahyadi Takaryawan, Ustadz Fauzil Adhim, Ustadz Salim A. Fillah, Bu Elly Risman, Bu Wirianingsih dan lain-lain. Serta sedikit pengalaman saya.
Mohon koreksi bila saya keliru.

Saya sering mengibaratkan bahwa memang Ibu adalah madrasah pertama seorang anak. Tapi Ayah merupakan kepala sekolahnya.

Ayah merupakan kepala sekolah bertugas menentukan visi pengasuhan bagi anak sekaligus mengevaluasinya.

Selain juga membuat nyaman suasana sekolah baik guru maupun muridnya (Ibu dan anak) serta karyawan sekolah kalau ada (asisten rumah tangga).

Peran Ayah tidak hanya kasih nafkah, kasih uang belanja atau uang jajan, karena ayah bukan TU atau bendahara sekolah.

Peran ayah juga tidak hanya  benerin TV rusak, keran rusak, atau genteng bocor di  rumah, karena Ayah bukan tukang atau penjaga sekolah.
Lantas apa peran ayah?

◼Peran Ayah terkait pendidikan agama

Dalam surat Lukman ayat 12-17, kita bisa sarikan tentang tahap-tahap mendidik anak, yakni:
1. Menanamkan kesyukuran.
2. Menanamkan tauhid (tidak menyekutukan Allah).
3. Menanamkan muraqabatullah (rasa dekat dengan Allah).
4. Mendirikan sholat.

1) Menanamkan kesyukuran kepada Allah >> Pengajaran syukur tidak sekadar mengajarkan anak mengucap alhamdulillah.

Karena dengan syukur Allah akan limpahkan nikmat yang berkah bagi kehidupan, sebaliknya bila kufur, maka azab Allah amat pedih.

Pernah anak tidak habis makanya? Itu adalah entry point, pintu masuk kita mengajarkan syukur, bagaimana kita harus bersyukur manakala banyak saudara-saudara kita di Palestina, di Syiria atau yang tidak beruntung di kota-kota dan desa di Indonesia yang berada dalam kemiskinan yang makan sehari sekali saja belum tentu.
Padahal saya juga makan cuma sekali sehari, maklum anak kos.

Kok jadi curhat ya saya...
ehm...lanjut.

Ada kisah Imam asy-Syafi’i saat melakukan perjalanan ke Baghdad.

Malam itu, beliau menginap di kediaman Imam Ahmad muridnya. Tentu, sang tuan rumah menghidangkan jamuan makan malam.

Setelah keluarga Imam Ahmad menghabiskan menu santapannya. Imam asy-Syafi’i menghimpun sisa makanan dari seluruh wadah. Lalu, menyantapnya dengan lahap hingga habis tidak tersisa.
“Tamu kita ini rakus sekali, ayah. Makannya banyak sekali,” ujar putra Imam Ahmad.
“Tanyalah ia, nak. Mengapa demikian,” jawab Imam Ahmad, sambil pipinya terangkat karena tersenyum.

“Nak,” kata Imam Syafi’i.
“Sesungguhnya aku yakin bahwa hidangan di rumah keluarga Ahmad Ibn Hambal adalah makanan yang berasal dari salah satu sumber tersuci di muka bumi. Kehalalannya terjamin. Maka Demi Allah, aku berharap berkah dari menikmati jamuan di rumah kalian. Berkah itu sangat berharga, ia menjadikan kita mampu menaati Allah di setiap keadaan. Maka tidak akan kubiarkan satu remah pun tercecer dan sia-sia. Hingga aku santap semua sajian tak tersisa,” tambah Imam Syafi’i.
wow amazing isn't it?

Di meja makan, pada momen yang kesanya receh, karena biasa kita makan mah, tapi bisa menjadi sarana mendidik anak.

2) Menanamkan tauhid (tidak menyekutukan Allah) >> Mengajarkan kepada anak tentang tauhid ini sungguh hal yang luar biasa berat.

Tapi sebenarnya bisa dilakukan dengan hal-hal yang simple. Mengajarkan tentang penciptaan dan pembuatan.

Lagi makan bakso nih, Nak bakso itu dibuat atau diciptakan? Siapa yang membuat? Kalau bakso ini dari daging sapi, sapi diciptakan atau dibuat?

Kok contohnya makan-makan melulu ya....
Memuji atau mendoakan anak. Adek kok ganteng sih, dapat ganteng dari siapa? Dari Allah.

Mengajarkan tentang fenomena alam, pelajaran atau ilmu pengetahuan dikaitkan dengan penciptaan Allah.

Siapa yang mengajarkan induk ayam mengerami telurnya? Alam semesta yang serba teratur ini siapa yang mengaturnya? Bumi delay berputar sepersekian detik apa yang terjadi?

3) Muraqabatullah atau kedekatan kepada Allah >> Amalan kita, sekecil apapun, seberat zarrah (biji sawi) sekalipun, akan dihisab di hadapan Allah.

Pun perbuatan buruk kita, sekecil apapun, juga tidak luput dari perhitungan-Nya. Ayah-Ibu mungkin tidak lihat lho, tapi Allah maha melihat. ada CCTV di rumah, dalam kantor, tapi ada  CCTV Allah itu lebih canggih dan jangkauanya lebih luas.

Bisa dikisahkan tentang santri yang mendapat tugas menyembelih burung dara tapi dengan syarat tidak boleh ada yang tahu.

Dan santri itu gagal karena kemanapun dia pergi dia merasa Allah selalu melihat.

4) Barulah aqimissholah, menegakan sholat >> Puncak dari rasa syukur, mengesakan Allah, dan muraqabatullah, tidak lain dan tidak bukan ialah ringannya kita beribadah kepada Allah.

Sholat menjadi sebuah kesadaran dan kebutuhan manakala ketiga hal sebelumnya sudah tertanam pada anak.

So... sering kali anak susah diminta sholat atau alai, karena tidak memahami akan makna syukur pada Allah yang memberi rizki. tidak memahami ketauhidan bahwa Allah satu-satunya yang layak diibadahi, lalu tidak merasa muroqabatullah, kalau ada ayah-ibunya sholat kalau tidak ada ya tidak sholat, tidak ada yang nyuruh maka tidak sholat.

Dari setelah sholat kita bisa beranjak ke pendidikan yang lain, tentang akhlaq dan tentang kualifikasi menjadi orang yang sukses misalnya. 

Sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar. Perbuatan keji itu yang seperti apa aja? Lha orang sholat kok masih suka bohong, masih jahil atau bullying ke temanya, suka ngomongin jelek temanya.

Orang sholat itu hubunganya baik sama Allah, jadi harus baik pula hubunganya sama sesama manusia.

Sholat itu mengajarkan tentang managemen waktu, sholat itu ibadah yang ditentukan waktunya. Menjaga waktu sholat saja tidak bisa, jangan harap bisa menjaga waktu untuk aktifitas lain, kapan belajar, bermain, melakukan hobi, dan lain-lain.

Hal ini yang saya selalu tanamkan pada anak-anak.

Bayangpun, tidak selalu kita ada bersama anak-anak, mereka seharusnya tidak selalu menunggu perintah kita untuk sholat.

Kelak mereka akan mandiri, berpisah dengan orang tua, mondok atau kuliah di luar kota misalnya, tidak ada lagi kita orang tuanya yang berperan menjadi reminder, sudah jam sekian nih sudah ngerjain tugas atau belum, agenda selanjutnya apa, kapan main, kapan belajar dan seterusnya.

🌸🌷🌸
Good People Bidadari penduduk Surga yang dirahmati Allah.

Pada bagian kedua saya akan menyampaikan hal-hal terkai peran ayah dalam urusan-urusan dunia
sama halnya dengan peran terkait pendidikan agama, peran ayah dalam urusan-urusan dunia juga banyak sekali.

Semoga bisa saya ringkas dan poin-poin pentingnya bisa tersampaikan.

1. Mendorong Kepercayaan Diri Anak >> Ayah punya peran krusial untuk meningkatkan kepercayaan diri anak. Lewat bimbingan dan kasih sayang yang diberikannya, seorang anak diharapkan tumbuh dan memiliki rasa percaya diri yang baik.
caranya bagaimana?
Yaitu dengan menyampaikan kata-kata positif ke anak, ayo kakak bisa, adik itu pintar, tidak apa-apa coba lagi. Yang penting kalian paham nilai jelek tidak masalah masih ada kesempatan lain.

Jangan mengkritik, meremehkan kemampuan mereka. apapun dan bagaimanapun pencapaian mereka, apresiasilah.
Hadir saat mereka tampil, saat lomba, beri support, jangan kalah sama cheeleader.

2. Menumbuhkan Rasa Ingin Tahu Anak >> Ayah yang baik bakal membuat rasa tahu anak terus berkembang. Sehingga anak pun akan mencoba untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar dan mengenal apa yang belum diketahuinya.

Anak usia dibawah 15 th tidak seharusnya dikasih gadget or smartphone, biasakan mereka berkegiatan outdoor; bersepeda, main bola, sepatu roda, memanah, berenang, dan lain-lain.
Memasak?
Ofcourse, bukan hal yang tabu Ayah memasak, mengajarkan memasak bersama anak.
Ajarkan tentang mencintai buku, bukan hanya mengajarkan cara membaca buku. awalnya komik, lalu cerita bergambar, sampai buku yang tanpa gambar. Bertahap.

اَلْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ العَا لَمِيْنَ

Sekarang banyak komik, cerita bergambar dan buku-buku Islami.

3. Membuat Anak Jadi Pemberani >> Dengan didikan yang tepat, seorang anak bisa menjadi pemberani. Di sini peran ayah yang sangat menentukan dalam pembentukan sifat tersebut.
Anak laki-laki dan juga anak perempuan perlu belajar keberanian dari seorang Ayah. Karena sudah sifatnya memang laki-laki atau Ayah lebih pemberani. Walau ada perempuan atau Ibu yang berani juga.
Berani terhadap makhluk halus maupun makhluk kasar.

4. Menumbuhkan Rasa Peduli >> Anak yang punya rasa peduli pada orang lain dan gemar menolong merupakan salah satu hasil dari didikan orang tuanya. Ayah dalam hal ini punya peran yang sangat strategis agar anak memiliki sifat mulia ini.

Anak tabiatnya egois, ke-akuannya lebih dominan saat usianya belum dewasa. Ayah fitrahnya kurang care bila dibanding Ibu. maka akan menjadi pembelajaran yang luar biasa bagi anak manakala menjumpai sosok Ayahnya adalah sosok yang peduli.

Sering kali ayah gengsi menunjukan kepedulian pada keluarganya, itu akan membekas pada alam bawah sadar anak, dan akan membawa pengaruh buruk terhadap karakter mereka saat dewasa.
Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, ia berkata : “Rasulullah mencium hasan bin Ali dan disisi beliau ada Al-Aqra’ bin Haris. Al-Aqra pun berkata : “Saya memiliki sepuluh anak, namun saya tidak pernah mencium seorang pun dari mereka. Rasulullah memperhatikan dirinya lalu bersabda ; “Siapa yang tidak menyayangi, niscaya ia tidak akan disayangi.”

5. Teman Curhat >> Ayah bisa berfungsi sebagai teman curhat bagi anak. Sehingga masalah yang sedang dihadapi anak tidak dipendam sendiri. Ayah bisa dengarkan dengan sabar apa yang diutarakan anak, sambil mengarahkan apa sebaiknya solusi terbaik yang ditempuh.

Bila anak tidak merasa nyaman di rumah, tidak punya fentilasi atas permasalahanya di rumah makadia akan mencari itu di luar.
Warning bila anak lebih ke teman-temannya dibanding ke orang tuanya sendiri. Peluang terjerumus ke salah pergaulan sangat besar.
Bila orang tua, mayoritas peduli akan kebaikan bagi anak-anaknya, orang lain belum tentu.

🌸🌷🌸
Good People Bidadari Masyarakat Surga yang dirahmati Allah.

Pada bagian terakhir saya akan mencoba menyampaikan rambu-rambu Ayah zaman Now

Saya akan memberikan contoh yang ekstrem, tentang Aktifis Dakwah yang justru gagal mendidikan anak-anaknya.

Aktifitas Ayah bisa macam-macam ya, karena pada hakekatnya Ayah yang bekerja mencari nafkah di luar rumah.
Tapi ini aktifis dakwah yang mengerti tentang Islam, mendidik orang lain, tapi justru gagal mendidik anak sendiri.

Ada hasil survei terhadap anak-anak dari keluarga aktivis tersebut. Dan hasilnya, 30% dari seluruh sampel menyatakan harapannya, kelak jika sudah dewasa mereka tidak ingin mengikuti jejak orang tuanya (menjadi aktivis dakwah).

Dan ternyata, anak-anak para aktivis ini menganggap bahwa dakwah telah merebut sebagian besar waktu kedua orang tuanya. Dakwah sudah merebut bahkan hampir seluruh perhatian orang tuanya.

Ternyata yang salah bukan pada aktifitas dakwahnya, melainkan  pada cara orang tua memposisikan diri di tengah-tengah keluarganya, sehingga menimbulkan persepsi yang salah dalam diri anak-anak.

Contohnya saat pulang kerumah. Bagi anak-anak, saat-saat yang paling dinantikan adalah berada di pelukan kedua orang tuanya.

Namun, banyak di antara kita yang ternyata semangat luar biasa saat mau aktivitas ke luar, namun lesu saat pulang ke rumah.

Bahkan sekadar menyambut pelukan anak-anak yang antusias menunggu bapak atau ibunya pulang saja, mereka enggan. Apalagi saat diajak main, apalagi saat diminta gendong dan seterusnya.

“Abiiii!!” teriak seorang balita begitu tahu abinya pulang dan berjalan memasuki rumah.

Tapi, alangkah mirisnya. Jawaban yang diperoleh si anak justru, “Nak, abi capek. Abi tadi habis ngisi kajian ini-itu, sekarang mau istirahat. Kamu main sendiri dulu ya.”

Dan si anak pun kecewa.

Dan itu terjadi tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. Bahkan mungkin setiap hari.

Ketika kita mengajarkan tentang syukur nikmat pada anak justru kita lupa.
Bahwa kehadiran anak merupakan nikmat tidak ternilai dari Allah lebih dari apapun.

Berada di sisinya menyejukkan kalbu. Bercanda dengannya adalah demikian menyenangkan. Bahwa seluruh anggota keluarga adalah qurrota a’yun (penyejuk mata).

Alih-alih seperti itu,  justru hal yang menyejukkan mata kita dari bangun tidur hingga tidur lagi ialah gadget.

نعوذ بالله من ذالك

Kita melarang anak pakai gadget sampai usia tertentu, menganjurkan mereka beraktifitas di luar rumah, tapi kita sibuk sendiri dengan gadget dan tidak bersedia menemani mereka beraktifitas, bermain, eksplore dan seterusnya.

اِ نْ شَآ ءَ اللّهُ

Itu yang bisa saya sampaikan.
Bicara tentang peran anak, banyak sekali hal yang bisa dibahas.
Tapi lebih baik kita diskusi saja.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Eriska Novelita
Assalamu'alaikum ustadz

Dari paparan ustadz tadi, bahwa anak 15 th belum boleh pakai gadget. Namun sejak kelas 6 SD sudah saya belikan hp, yang hanya bisa digunakan untuk telp dan sms. Kenapa saya memintanya membawa hp, dikarenakan anak saya di buliying oleh teman sekolah rame-rame. Hp ini merupakan sarananya untuk sms kepada saya atas perlakuan temannya. Anak saya anak tunggal. Sejak kecil sudah saya bekali dengan iman dan tauhid, umur 3 th sudah sholat 5 waktu, dan mengaji. Di SMP hanya sabtu minggu kita membolehkannya menggunakan hp. Sekarang umur anak saya
15 th sudah kelas 2 SMA, maka kami selaku orang tua, membelikannya gadget. Karena di sekolah menggunakan kurikulum 13, sehingga guru banyak memberi tugas via googling.
Apakah itu salah?

Tapi anak saya bisa memasak, main gitar, berenang, futsal, dan bulu tangkis.

🌸 Jawab:

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Barakallah Mba'Eriska,

in sha Allah sudah benar itu, tidak apa-apa kalau hp hanya untuk telp dan sms.
Semoga anaknya selalu memperoleh taufik dan hidayah Allah swt.

0⃣2⃣ Yayi
Assalamu'alaikum ustadz,

Saat ini saya single parent. Saya punya 2 anak laki-laki, yang sulung 21 thn dan yang bungsu 11 thn. Untuk yang sulung pola asuh ayah yang mungkin terekam dalam memorinya dari 0 th sampai sekarang itu adalah sifat dan karakter ayah yang jauh dari yang diharapkan. Anak adalah mesin copi paste orang tuanya, betul kan seperti itu ustadz? Nah itu terjadi pada anak yang sulung, pulang hampir shubuh, sudah jarang sholat, ikutan geng motor, dan kenakalan-kenakalan yang lainnya. Yang diklaim sama ayahnya bahwa anak inilah penyebab kami bercerai. Tapi alhamdulillah anak yang bungsu justru kebalikan dari sulung. Saya khawatir dengan perkembangan karakter dan sifat anak yang bungsu jika kami tinggal bersama takut menjadi contoh jelek untuk adiknya. Sementara saya tidak bisa dengan alasan itu untuk bicara dengan yang sulung takut menjadi masalah baru karena mungkin dia akan merasa diabaikan lagi dan merasa dibuang. Saya sudah berusaha meraih hatinya. Apa ikhtiar yang harus saya lakukan selain berdo'a? Karena mereka adalah anak-anak yang saya cintai.

🌸Jawab:

وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga diberikan kesabaran dan kekuatan mba’ Yayi.

Pengalamannya lebih banyak dari saya, anak saya baru 9 th yang sulung, ini anknya sudah 21 th. Saya belum punya pengalaman punya anak sudah dewasa.

Anak fitrahnya baik, dan iya anak adalah peniru ulung, sekali anak-anak tercederai fitrahnya maka tidak mudah memang untuk disembuhkan.

Tapi positifnya dengan usia segitu bisa diajak berfikir, berlogika, ajak bicara dari hati ke hati tentang preferensinya akan masa depan. Tetap optimis dan jangan berputus asa, tugas orang tua berikhtiar, Allah yang memberi hidayah. Terhadap adiknya ajarkan kebaikan. Kalau kita sibuk mendidik ank 0-15 th, in sha Allah setelah 15 th kita akan menuai senyum. Sebaliknya bila kita tidak sibuk mendidik anak di usia segitu, maka kepedihan yang akan kita tuai.

0⃣3⃣ Sarah
Ustadz bagaimana peran seorang ayah yang telat memberikan perhatian dan kasih sayangnya selama 16vtahun baru jumpa, dan sekalinya sekarang jumpa, sang anak sedang mengalami kasus sebagai anak kleptomania. Dan peran sang ibu sebagai tulang punggung selama itu menjadikan sang anak bisa dibilang kurang perhatian, dan dia memaksakan apa yang tidak bisa diberikan ibunya.

🌸Jawab:
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Masih ada waktu dan kesempatan untuk mengejar 16 th yang hilang. Memang butuh usaha lebih dibanding mendidik sesuai waktunya. 0-15 th idealnya adalah waktu mendidik anak berdua Ayah dan Ibu. Tapi kadang kondisi jauh dari ideal. Butuh effort tapi tetap optimis.

Rasulullah tidak memperoleh didikan ideal, tidak mengenal sosok ayah, tapi sosok ayah digantikan kakek dan pamanya. Yang saya mau bilang peran ayah tidak boleh absen dalam pendidikan anak. Positifnya, anak masih ketemu ayahnya setelah 16 th. Masih ada kesempatan. Bisa menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis di rumah, mendekatkan anak dengan lingkungan yang Islami dan seterusnya.

0⃣4⃣ Evi
Bagaimana kita menyikapi anak yang banyak bertanya ini itu (kepo) tentang sesuatu bahkan mengkritik suatu tindakan atau perilaku kami sebagai orang tuanya. Terimakasih

🌸Jawab:
Wow... anak yang luar biasa. Konsekwensinya orang tua harus selalu mengupgrade pengetahuan dan senantiasa memperbaiki sikap.

Apa yang lebih baik saat kita juga tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik justru saat kita mendidik anak.

Saya juga mengalami, anak-anak saya, keduanya, Keira dan Kenzie itu rasa ingin tahunya tinggi.

Contoh:
Suatu saat Kenzie Balita, ketika boncengan sama Umminya, doi duduk di depan. Saat di traffic light doi tanya; Mi kenapa kok berhenti, dengan sabar Umminya menjelaskan tentang lampu merah, kuning dan hijau.

Suatu ketika saat buru-buru dan lampu kuning, bukanya memperlambat kendaraan Umminya malah tancap gas. Kenzie komplain, Umminya minta maaf dan berjanji tidak ngulangi.

🔷Alhamdulillah anak-anak saya sangat kritis. Saya kadang-kadang bingung utuk menjelaskan. Anak saya kembar sepasang. Usianya sekarang 5 th 2 bulan, sudqh TK. Yang perempuan adiknya tapi hafalan dan daya tangkapnya lebih cepat dibandingkan kk nya yang cowok.

🌸بَارَكَ اللّهُ

Kuncinya orang tua juga harus mengupgrade diri, kita tidak bisa kasih sesuatu yang kita tidak punya kan. Sekarang zaman internet, kita bisa dapat info apapun by googling. Buku format pdf juga banyak, so... tidak ada alasan bagi orang tua untuk tidak belajar. Apa yang orang tua kita ajarkan pada kita, semakin tidak relevan di zaman anak kita sekarang, hal ini terkait pengetahuan ya. Kalau terkait Dien dan akhlaq dan sopan santun in sha Allah selalu relevan.

0⃣5⃣ Ummi Farhan
Usia berapa anak-anak mampu belajar disiplin dan bertanggung jawab? Salahkah bila kadang kita mendidik anak dengan sedikit tegas disaat usia 6 tahun?

🌸Jawab:
Usia 7 tahun Umm, saat anak mulai diajarkan disiplin melalui disiplin waktu sholat. Mulai tegas diusia 10 tahun, karena diusia itu kalau anak tidak mau sholat boleh dipukul, but still, pukulan yang tidak menyakiti.

0⃣6⃣ Ririn
Bagaimana ibu menjembatani komunikasi antara ayah dengan anak-anaknya yang sudah masuk usia remaja, sementara ayahnya menganggap dan memberlakukan anak-anaknya masih seperti anak berusia TK SD begitu ustadz?

🌸Jawab:
"̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐƗƗɐ˚˚°◦ "̮

Berarti yang harus difahamkan adalah Ayahnya. Bisa dimaklumi sih, apa karena Ayah sibuk di luar sehinga kurang aware dengan perkembangan anak. Ibu harus menyampaikan kondisi aktual anak pada si Ayah agar dia bisa bersikap kepada anak sesuai kondisi aktual anak. Kepada si Anak diberikan pemahaman, tanamkan baik sangka pada anak atas sikap ayahnya.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Seorang ayah hendaknya memberikan pembelajaran kepada anaknya kapan saja dan dimana saja. Bisa saat dalam perjalanan, di mobil, dan tidak terfokus didalam rumah.

Terutama mengajari anak-anaknya perkara agama. Maka menjadi suatu keharusan bagi seorang ayah untuk mengetahui permasalahan agama, paham halal dan haram, memahami berbagai kiat mendidik, prinsip-prinsip akhlak, dan kaidah-kaidah syari’at. Apabila dia telah mengetahui hal tersebut, maka dia harus mempelajari berbagai persoalan agama. Hal ini dimaksudkan agar ayah dapat beribadah kepada Allah berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.

Selanjutnya seorang Ayah juga harus mengerti pengetahuan-pengetahuan dan skill yang sesuai zaman, sehingga anak memiliki bekal-bekal di dunia selain tentunya bekal untuk di akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar