Minggu, 06 Januari 2019

TIGA WASIAT RASULULLAH ﷺ



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

         💘M a T e R i💘

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat ilahi Rabbi, atas karunia-Nya kita bisa sama-sama berkumpul dalam rangka thalabulilmi, mencari ilmu. Serta kita bisa bersilaturahim,  di majlis yang mulia ini dalam kadaan aman fi amanillah, sehat wal afiat.

Mudah-mudaham setiap kuotayang habis  bisa membuahkan pahala bagi kita semua, bisa menjadi penghapus dosa dan pengangkat derajat di hadapan llah Swt.

Tak lupa semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jungjunan kita Nabi Muhammad Saw., kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi’in, tabiut tabiahum, kepada kita semua, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai uswatun hasanah, suri tauladan yang baik.

Sahabat ku jama'ah RAK yang sayangi Allah

Sungguh beruntung orang yang menghiasi hidupnya dengan sunnah-sunnah yang dicontohkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh bahagia orang yang menjadikan petuah dan wasiat Rasulullah sebagai panduan hidupnya. Berikut ini adalah sebagian dari wasiat yang pernah disampaikan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Shahabatnya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah wasiat yang singkat namun sarat makna serta menyentuh hati. Wasiat yang menghimpun kebaikan dunia dan akhirat dengan sempurna.

Dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ibnu Mâjah juga para imam lainnya terdapat hadits dari Abu Ayyub al-Anshâri Radhiyallahu anhu . Dalam hadits itu diberitakan bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan:

عِظْنِي وَأَوْجِزْ وفي رواية عَلِّمْنِي وَأَوْجِزْ قَالَ: إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمِعِ الْيَأْسَ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

Berilah aku nasehat dengan ringkas! (dalam riwayat lain) Ajarilah aku dengan ringkas! Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kamu berdiri hendak melaksanakan shalat, maka shalatlah sebagaimana shalat orang yang pergi selamanya; Janganlah kamu mengucapkan satu perkataan yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya; bertekadlah untuk tidak mengharapkan apa yang dimiliki orang lain.” [HR. Imam Ahmad, no. 23498 dan Ibnu Majah, no. 4171. Lihat as-Shahihah, no. 401]

Hadits ini adalah hadits hasan dengan banyaknya syawâhid (pendukung). Hadits agung yang singkat ini berisi tiga wasiat yang menghimpun semua kebaikan, dunia dan akhirat. Barangsiapa memahaminya lalu mengamalkannya, maka dia akan meraih semua kebaikan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Syaikh Abdurrazaq bin Abdulmuhsin hafizhahumallâh menuliskan didalam kitabnya yaitu  kitab Ta’zhîmus Shalât, hlm. 49-53 membahas wasiat agung ini.

🔹Wasiat Pertama, Wasiat Tentang Shalat Agar Kaum Muslimin Memberikan Perhatian Ekstra Dan Menunaikannya Dengan Benar.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits  di atas mengajak setiap orang yang hendak melaksanakan shalat agar dia mengerjakannya dengan bersungguh-sungguh sebagaimana orang yang mengerjakan shalatnya yang terakhir, dia tahu dirinya tidak bisa lagi mengerjakan shalat setelah itu. Jika seseorang yang mengerjakan shalat merasa bahwa itu adalah shalat terakhir yang bisa dilakukan, dia tidak bisa mengerjakan shalat setelah itu, maka pasti dia akan bersungguh-sungguh. Dia pasti akan mengerjakannya dengan baik dan benar, dia pasti akan berusaha menyempurnakan semua rukun-rukunnya, seperti ruku’ dan sujudnya juga hal yang diwajibkan atau bahkan hal-hal yang disunnahkan tidak akan ditinggalkan sedikitpun.

Oleh karena itu, semestinya setiap orang yang hendak melaksanakan shalat mengingat wasiat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dalam setiap shalat yang sedang dia lakukan. Barangsiapa melaksanakan shalat dengan baik dan benar, maka shalat tersebut akan memandu dan membimbingnya kepada semua kebaikan dan keutamaan. Dan shalat seperti itu akan menjadi penyejuk mata (penenang baginya) dan mendatangkan kebahagiaan.

Jika hidup kita berasa tak bahagia makaceklah sholat sholat kita. apakah sudah benar sesuai tuntunan, atau hanya sekedar lepas kewajiban.

🔹Wasiat Kedua, Wasiat Agar Menjaga Lisan.

Lisan manusia termasuk anggota badan yang paling berbahaya. Jika sebuah kalimat atau ucapan belum keluar dari mulut seseorang, maka itu artinya si pemilik lisan masih bisa mengendalikan kalimat yang belum terucap tersebut dan ia menjadi penguasa baginya. Namun jika suatu kalimat atau perkataan sudah terlontarkan dari lisan, maka kalimat yang terucap itu akan menjadi penguasa atas si penguacap dan dia akan memaksanya untuk menanggung resiko ucapannya tersebut.

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

"Janganlah kamu mengucapkan suatu kalimat yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya."

Artinya, bersungguh-sungguhlah dalam menahan lisanmu agar tidak mengucapkan perkataan yang kamu khawatir harus meminta maaf karenanya di kemudian hari. Selama anda belum mengucapkan kalimat atau perkataan itu, berarti anda masih memegang kendali, tapi jika sudah diucapkan oleh lisan, berarti ucapan itulah yang memegang kendali atas diri anda.

Dalam wasiat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu,

"Maukah engkau aku beritahu kunci dari semua itu? (Mu’adz mengatakan-red) aku mengatakan, “Tentu wahai Rasûlullâh.” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam  memegang lidahnya secara bersabda, “Tahanlah ini!” (Mu’adz mengatakan-red) aku mengatakan, “Wahai Nabi Allâh! Apakah kita akan disiksa dengan sebab ucapan yang kita ucapkan?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Mua’dz, kasihan sekali kamu! Adakah sesuatu yang menyebabkan seseorang tersungkur wajahnya di neraka selain dari ucapan-ucapan lisan mereka." [HR. Ahmad, no. 22016; at-Tirmidzi, no. 2616 dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’, no. 5136]

Jadi lisan itu sangat berbahaya. Dalam sebuah hadits dari Shahabat Tsabit , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

"Jika bani Adam memasuki waktu pagi, maka seluruh anggota badan manusia tunduk kepada lisan lalu mereka mengatakan, ‘Bertakwalah kalian dalam urusan kami, karena kami selelau bersana kamu. Jika anda lurus, maka kami juga lurus dan jika anda bengkok, maka kami juga bengkok." [HR. Ahmad, no. 11908 dan at-Tirmidzi, no. 2407 dari hadits Sa’id al-Khudriy. Hadits ini dinilai hasan oleh syaikh al-Albani rahimahullah]

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

"Janganlah kamu mengucapkan suatu kalimat yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya."

Dalam potongan kalimat ini, terdapat seruan, ajakan dan himbauan untuk selalu introspeksi diri dalam masalah ucapan-ucapan yang terlontar dari lisan. Hendaklah kita merenung sebelum berucap, jika kita memandang ucapan itu mendatangkan kebaikan, maka ucapkanlah! Namun jika ucapan yang akan kita katakan itu buruk, maka hendaklah dia menahan diri. Jika tidak tahu, apakah ucapan itu baik atau buruk? Maka sebaiknya menahan diri dan tidak mengucapkannya sampai kita benar-benar mengerti tentang ucapan yang akan kita ucapkan tersebut.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa beriman kepadaAllah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam." [HR. Al-Bukhâri, no. 6018 dan Muslim, no. 47 dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Namun banyak orang yang membiarkan atau membebani dirinya dengan banyak bicara dan tidak mau ambil pusing dengan pembicaraannya, akhirnya dia harus menanggung resiko buruk dari ucapannya di dunia dan akhirat. Sebagai seorang yang berakal sehat mestinya seseorang harus menimbang-nimbang ucapan yang akan dilontarkan dan memelihara lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat atau tidak layak sehingga perlu meminta maaf di waktu yang akan datang.

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

"Janganlah kamu mengucapkan suatu kalimat yang kamu akan meminta maaf karenanya pada esok harinya."

Kata “besok” dalam hadits di atas bisa jadi maksudnya hari kiamat, yaitu disaat kita harus mempertaggungjawabkan semua perbuatan anggota badan kita di hadapan Allâh Azza wa Jalla, atau bisa jadi maksudnya adalah besok hari yakni di dunia saat banyak orang yang menuntut konsekuensi dari ucapan kita.

🔹Wasiat Ketiga, Wasiat Agar Qanâ’ah, Menggantungkan Hati Hanya Kepada Allâh Azza Wa Jalla Semata Dan Sama Sekali Tidak Mengharapkan Apa Yang Dimiliki Orang Lain.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Bertekadlah untuk tidak mengharapkan apa yang dimiliki orang lain."

Maksudnya fokuskan hatimu!  Bertekadlah untuk tidak mengharapkan apa-apa yang dimiliki orang lain. Janganlah Anda mengharapkan apapun dari mereka! Hendaklah Anda berharap hanya kepada Allâh Azza wa Jalla semata!

Sebagaimana lisan kita yang hanya meminta dan memohon kepada Allâh Azza wa Jalla semata, maka begitu juga bahasa tubuh kita yang lain, hendaknya hanya meminta dan memohon serta berharap kepada Allâh Azza wa Jalla semata. Kita memutus semua harapan dan ketergantungan hati kita dari semua orang lalu kita arahkan ketergantungan hati kita hanya kepada Allâh Azza wa Jalla. Dan shalat yang dilakukan oleh seseorang merupakan sarana terbesar dalam merealisasikan semua yang menjadi keinginan.

Orang yang tidak menaruh harapan kepada semua yang dimiliki orang lain, maka dia akan hidup mulia dan berwibawa, sebaliknya orang yang selalu mengharapkan apa yang dimiliki orang lain, maka hidupnya akan terhina.

Orang yang hatinya senantiasa bergantung kepada Allâh Azza wa Jalla dalam segala keadaan, dia tidak berharap kecuali kepada Allâh, tidak meminta kecuali kepada Allâh juga tidak bertawakkal kecuali kepada-Nya, maka pasti Allâh Azza wa Jalla akan memenuhi kebutuhannya di dunia dan di akhirat. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

"Bukankah Allâh cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya." [QS. Az-Zumar :36]

Juga berfirman:

"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allâh niscaya Allâh akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allâh melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allâh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." [QS. Ath-Thalâq :3]

Saudari-saudaraiku seiman dan seaqidah ....

Inilah tiga wasiat singkat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam namun sarat dengan makna.

Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan hidayah taufiq-Nya kepada kita semua agar bisa melakukan dan melaksanakan wasiat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini.

Tulisan ini dikutib dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVIII/1436H/2015M
[4/1 20.20]

Demikian dari saya malam ini. majlis saya kembalikan ke Bund Han sebagai momod.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Kiki ~ Tanjungpinang
Apakah untuk mendapat syafaat rasulullah kita harus melakukan 3 wasiat ini berarti ya bunda?
Dan bagaimana tips nya ya bun, agar kita istiqomah hati ini hanya berharap pada Allah saja.

🔷Jawab:
 Istiqomah cenderung berat dan tidak mudah menjalankannya.

Seringkali semangat perubahan dan kebaikan itu mandek atau berhenti di tengah jalan karena rintangan dan tantangan yang menghadang.

Bagaimana caranya agar bisa???

Yaa perlu perjuangan dan pemaksaan kondisi.

Istiqomah itu mutlak pemberian dari Allah, maka dari itu mintalah pada Allah agar selalu diberikan keistiqomahan dalam jalan yang lurus. Senantiasalah berdo’a karena Allah mencintai hamba-hambaNya yang senantiasa berdo’a, dan membenci mereka yang menyombongkan diri dalam menyembah-Nya.

Agar diri tetap istiqomah dalam jalan yang benar setiap individu memerlukan kerabat yang bisa menguatkan setiap langkahnya menuju kebaikan.

Keistiqomahan hati, diperoleh dengan cara terus meng-upgrade iman dalam hati. Menghadirkan diri setiap ada majlis dzikir dan ilmu, guna mempebarui keimanan dalam diri.

Berusahalah agar senantiasa mengamalkan sunnah-sunnah yang biasa dikerjakan Rasulullah. Jika terlalu berat mengerjakan seluruh sunnahnya minimal kita mengamalkan sebagian sunnahnya.

Niat karena Allah adalah inti utama dari IStiqomah, karena jika berbuat karena orang lain dan sesuatu maka kita akan mudah lelah.

Wallahu a'lam.

0⃣2⃣ Bund Sasi ~ Lampung
Assalamualaikum bunda.

Afwan, jika kita ada di sebuah grup keluarga, ada pernyataan dari yang lebih tua itu tidak baik menurut saya. Apa yang sebaiknya dilakukan, tidak menghiraukan atau menegur, bunda?

Tapi kalau menegur, saya merasa tidak sopan dan masih fakir ilmu.

Sedangkan saya menghindari lisan yang menyinggung karena zaman sekarang lisan kita diakomodir melalui jari-jemari.

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam Bund,

Jika sesuatu itu memang hal yang perlu diluruskan maka luruskan, tapi jika tidak, biarkan saja. Tapi disaat meluruskan tentu kita pakai etika berbicara, ingatkan hanya dikala berbua saja dengan bahasa yang baik. Hindari emosi karena emosi kadang tidak terkendali.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Erna ~ Batam
Tentang menjaga Lisan nih Nda, mulut memang tidak bertulang ya nda tapi kenapa ketika kita ghibah, berkata kasar kesannya mudah sekali apalagi kalau sudah di dumay, wuihh... sepetinya lempeng Nda. Nah kiat-kiatnya bagaimana yaa Nda supaya bisa senantiasa menjaga lisan?

🔷Jawab:
Dzikrullah adalah kunci kebaikkan lisan,  lisan yang berdzikir akan terjauh dari ghibah. 

Dan pahamkan diri terhadap agama dan hukum hukumnya, serta menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Hati yang takut kepada Allah akan terjauh dari dosa-dosa. 

Wallahu a'lam.

0⃣4⃣ Bund Atin ~ Pekalongan
Mba Ir, terkadang selisih paham terjadi karena salah paham memaknai lisan yang terucap. Contoh A berasa tersinggung dengan ucapan B.
B merasa itu gaya bicaranya dan tidak bermaksud menyinggung.

Bagaimana mengukur batas kewajaran gaya bicara hingga tidak memunculkan masalah?

🔷Jawab:
Cara mengukurnya adalah memperhatikan kesehariannya mba say. Lihat saja kesehariannya apa memang seperti itu atau tidak. 

Dan untuk si A jadilah pribadi anti baper. Masing-masing orang akan punya cara dalam berkomunikasi. Dan itu dipengaruhi oleh lingkungan, adat dan kebiasaan seseorang. 

Jika memang itu bukan kebiasaannya.  Maka introspeksi diri dulu sebelum baper. Tentunya dia punya alasan tertentu untuk berbuat seperti itu. 

Jika memang kita tidak menemukan kesalahan pada diri sendiri  maka istighfarlah mungkin punya salah pada Allaah hingga Allah memberi peringatan melalui lisan orang lain. 

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Bund Mala Hasan ~ Lampung
Assalamualaikum bunda irna...

Bagaimana menyikapi perbedaan pendapat dalam lingkup keluarga terkadang jika ada yang merasa tersinggung dengan ucapan salah satu maka akan berbicara di belakang. Kalaupun bertemu yang nampak hanya wajah yang kurang bersahabat. Bukan layaknya saudara, dan ini sering kali terjadi!

🔷 Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Ketersinggungan didalam sebuah keluarga itu hal yang lumrah saja, jika memang terjadi, maka tidak ada salahnya jika pihak yang telah menyinggung meminta maaf, meski menurut dia itu bukan hal yang salah, tapi yang namanya manusia akan berbeda cara memandang, cara merasakan dan cara memahami.  Jadi meminta maaf bukanlah sebuah kehinaan.  Dan selesaikan dengan cepat jika ada gelagat yang tidak bagus diantara anggota keluarga. 

Habisi ego didalam hubungan kekeluargaan, karena ego hanya akan membawa kepada kehancuran,  sakit-sakit sedikit jangan dibesar besarkan. Sakit yang besar dibuat kecil saja. Jangan biarkan setan bersuka ria melihat kita berpecah belah.

Wallahu a'lam


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabat RAK yang dicintai Allah

Islam yang dijadikan Allah SWT sebagai jalan menuju kebaikan hamba-hamba-Nya.  Islam tidak hanya mengatur ritualitas (ruhiyah, aqidah dan ibadah) semata. 

Namun Islam juga mengatur aspek kemanusiaan (dimensi politis-sosial). 

Berbeda dengan agama lain yang tidak memiliki aturan yang lengkap, maka Islam adalah agama yang syamil (lengkap). 

Dengan kelengkapannya itulah Islam akan mampu memberi kebaikan.  Sebaliknya, jika Islam diterima sebagian-sebagian ia tidak akan menjadi rahmat bagi pemeluknya. 

Maka benarlah jika Allah SWT memerintahkan setiap muslim untuk menerima Islam secara kaffah (sempurna, QS. Al Baqoroh : 208). 

Perwujudannya akan nampak dari seluruh perilaku kehidupannya, apakah sesuai dengan syariah Islam atau tidak.

Mohon maaf atas salah salah kata malam ini. 
Terimakasih untuk kebersamaannya. 
Semoga bermanfaat. 

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar