Senin, 31 Desember 2018

KERUSAKAN TAUHID DALAM PERAYAAN NATAL & TAHUN BARU



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

         💎M a T e R i💎

Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi nya dan keluarganya, yaitu doa dan

Ukhtyfillah jama'ah BS ......
Sebagai manusia kita tidak bisa menafikkan bahwa kita adalah makhluk sosial. Karena dalam hidupnya, manusia tidak terlepas dari adanya manusia lain. Mereka saling berinteraksi, terutama dalam memenuhi hajat hidupnya. Walaupun pada realitanya banyak terjadi perbedaan-perbedaan di antara mereka, tetapi itu semua tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak berinteraksi bahkan saling membenci. Karena pada hakekatnya perbedaan itu adalah sunnatullah yang harus kita sikapi dengan arif dan karena sesungguhnya perbedaan itu sungguh indah. Karena adanya perbedaan banyak keanekaragaman yang dapat kita temukan.

Setiap akhir bulan desember masehi kita menghadapi problem perbedaan yang besar di negeri yang mayoritas Islam ini. Problem itu ialah ajakan untuk merayakan tahun baru dan hari natal, bagaimana alqur’an melihat persoalan ini, kalau secara ilmiyah jelas telah difatwakan oleh Majelis Ulama bahwa kita tidak boleh ikut-ikutan hari natal itu karena akan merusak keimanan kita, karena hari natal itu adalah memperingati hari lahirnya anak Tuhan, tentu ini berlawanan  dengan ajaran kita bahwa.

Kita tahu melalui Alqur’an alkarim bahwa orang Yahudi dan Nashrani menyekutukan Allah Ta’ala, sebagaimana orang Yahudi menyekutukan Allah dengan orang yang bernama Uzair,

وَقَالَتِ    الْيَهُودُ    عُزَيْرٌ    ابْنُ    اللّٰـهِ    وَقَالَتِ    النَّصٰرَى    الْمَسِيحُ    ابْنُ    اللّٰـهِ    ۖ    ذٰلِكَ    قَوْلُهُم    بِأَفْوٰهِهِمْ    ۖ    يُضٰهِـُٔونَ    قَوْلَ    الَّذِينَ    كَفَرُوا۟    مِن    قَبْلُ    ۚ    قٰتَلَهُمُ    اللّٰـهُ    ۚ    أَنَّىٰ    يُؤْفَكُونَ    ﴿التوبة:٣۰﴾

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” ﴾QS. At Taubah: 30﴿.

Ini adalah persoalan intinya, jangan sampai kita tertipu bahwa ini hanya sebagai seruan acara kebudayaan dan sebagainya. Bukan seperti itu, ini adalah masalah aqidah, masalah tauhid. Kalau kita ridha saja kepada orang-orang yang mengatakan ‘Isa adalah anak Allah atau ‘Uzair anak Allah, itu saja sudah membatalkan keimanan kita hanya dengan ridho saja, apalagi kalau kita ikut-ikutan acara mereka.

Perlu diketahui bahwa seorang muslim diharamkan loyal pada orang kafir sebagaimana disebutkan dalam ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah: 51)

Di antara bentuk loyal pada orang kafir yang terlarang adalah menghadiri perayaan mereka.

Ibnul Qayyim berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

لا تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخطة تنزل عليهم

“Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.”

Umar berkata,

اجتنبوا أعداء الله في أعيادهم

“Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.”

Diriwayatkan pula oleh Al Baihaqi dengan sanad yang jayyid dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,

من مَرَّ ببلاد الأعاجم فصنع نيروزهم ومهرجانهم وتشبه بهم حتى يموت وهو كذلك حشر معهم يوم القيامة

“Siapa yang lewat di negeri asing, lalu ia meniru yang dilakukan oleh Nairuz dan Mihrajan serta menyerupai mereka hingga mati, maka kelak ia akan dikumpulkan bersama mereka.“ Demikian apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 723-724.

Di bulan Desember ini, persoalan toleransi kembali menemukan momentum untuk dibicarakan. Seolah menjadi ajang diskusi rutin tahunan, isu-isu yang bertemakan toleransi beragama menjadi topik hangat yang mengundang komentar dan sikap dari banyak kalangan. Hal itu karena di bulan Desember ini, Umat Kristiani merayakan hari natal pada tanggal 25 Desember.

🌷🌸🌷
Sebenarnya, garis toleransi dalam Islam telah demikian jelas. Ia terangkum dalam firman Allah, “Lakum diinukum waliya diin.” (untukmu agamamu dan untukku agamaku).

Toleransi seharusnya dimaknai sebagai sikap mengakui dan menghargai eksistensi non-muslim dan agama yang dianutnya, tidak memaksa mereka untuk memeluk Islam karena tidak ada paksaan dalam agama, memberi kebebasan kepada pemeluknya untuk menjalankan agamanya sesuai dengan keyakinannya, tidak mengganggu dan mengusik ketenangan pemeluk agama lain, namun juga mengambil sikap tegas untuk berlepas diri dalam urusan-urusan yang termasuk ranah akidah dan agama mereka.

Penting untuk dicermati, toleransi tidak boleh dimaknai sebagai upaya mencampur adukkan keyakinan, ritual ibadah, tradisi dan simbol-simbol antar agama-agama. Karena itu berarti menghancurkan sendi-sendi agama. Toleransi hendaknya dilandaskan pada pengakuan terhadap keberagaman (pluralitas), bukan dibasiskan pada pengakuan ideologi semua agama adalah sama dan benar (pluralisme).

Dengan demikian, seorang muslim tidak dibenarkan meyakini hal-hal yang ada dalam keyakinan agama lain, melakukan ritual ibadah agama lain, ikut serta meramaikan tradisi agama lain, urun rembuk mensukseskan perayaan hari besar agama lain dan mengenakan simbol-simbol serta atribut-atribut agama lain. Menjadi haram hukumnya dan berdampak serius pada akidah seorang muslim, jika ia melakukan hal-hal seperti itu.

Di antara prinsip seorang muslim adalah, meyakini bahwa Islam satu-satunya agama yang benar dan diridhai oleh Allah.
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (QS. Ali Imran: 19).

Siapa saja yang beragama dengan selain Islam, maka agamanya akan tertolak.

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imran: 85).

Hal ini sangat gamblang diterangkan dalam Kitab suci umat Islam, al Qur`an al Karim. Prinsip ini kemudian terformulasi dalam konsep al Wala (loyalitas) dan al Bara (antiloyalitas) dalam akidah Islam. Loyal kepada Islam dan kaum muslim, serta antiloyal kepada agama selain Islam dan non-muslim. Dan diantara perwujudannya, adalah hanya membatasi diri dalam soal keyakinan, ritual ibadah, perayaan, tradisi, simbol dan atribut Islam, serta menjauhkan diri dari semua yang ada pada agama lain dalam urusan-urusan tersebut, tanpa menghalangi untuk saling berinteraksi, bermasyarakat, bekerjasama dalam kebaikan, hidup berdampingan dan bahkan memperlakukan mereka dengan cara yang baik selama dalam koridor urusan dunia.

Kita jalankan hidup kita ini berdasarkan alqur’an, apa kata alqur’an, apa kata hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Tidak bisa kita ikut ikutan mengucapkan selamat natal dan tahun baru, meski kita lihat di televisi, dimana-mana mengatakan “Selamat Natal Dan Tahun Baru”, hal ini jelas-jelas berlawan dengan Al Qur’an Al Karim. Seperti disebutkan, bahwa ridha saja terhadap kekufuran dan kemusyrikan sudah membatalkan aqidah keimanan kita, apalagi kita ikut-ikutan acaranya, kita rugi secara aqidah, rugi secara ekonomi karena dirayakan dengan pesta besar-besaran dengan membakar petasan dan kembang api yang harganya puluhan miliyaran.

Kita jangan mengikuti cara-cara syaitan, karena syaitan ingin kita hidup musyrik, seperti Yahudi dan Nashrani, syaitan ingin kita hidup mubadzir, berfoya-foya apalagi dalam kondisi kritis ekonomi seperti ini, tentu tidak sesuai sedikitpun dengan ajaran kita al-Islam yang dilandasi oleh Al Qur’an dan sunnah. Kalau kita lihat orang-orang di sepanjang jalan menunggu waktu 00:00, hal itu semua perbuatan syaitan yang merusak masyarakat diri kita semua, kita lihat betapa susahnya aparat mengamankan hal itu, karena hal itu tidak lepas dari berfoya-foya, tidak berlepas dari mabuk-mabukan, bahkan tidak lepas dari musik dari siang sampai pagi sehingga hal ini menjadi ladangnya syaitan untuk mengajak kita ke neraka.

🌷🌸🌷
Al-qur’an mengatakan, ternyata bukan masalah persoalan aqidah, bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi ada persoalan politis yang tersimpan dalam acara tahun baru dan hari natal ini, Allah Ta’ala menjelaskan dalam surat Al Baqorah: 109 :

وَدَّ    كَثِيرٌ    مِّنْ    أَهْلِ    الْكِتٰبِ    لَوْ    يَرُدُّونَكُم    مِّنۢ    بَعْدِ    إِيمٰنِكُمْ    كُفَّارًا    حَسَدًا    مِّنْ    عِندِ    أَنفُسِهِم    مِّنۢ    بَعْدِ    مَا    تَبَيَّنَ    لَهُمُ    الْحَقُّ    ۖ    فَاعْفُوا۟    وَاصْفَحُوا۟    حَتَّىٰ    يَأْتِىَ    اللّٰـهُ    بِأَمْرِهِۦٓ    ۗ    إِنَّ    اللّٰـهَ    عَلَىٰ    كُلِّ    شَىْءٍ    قَدِيرٌ    ﴿البقرة:١۰٩﴾

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ﴾Al Baqarah:109﴿.

Orang kalau sudah hasad maka akan berlaku tidak normal, dia akan berbuat semaksimal mungkin untuk menyesatkan orang agar orang jadi musyrik, jadi kafir seperti mereka, agar orang durhaka seperti mereka kepada Allah Ta’ala, agar orang tersesat dari jalan Allah, dalam surat Al Baqorah: 120 :

وَلَن    تَرْضَىٰ    عَنكَ    الْيَهُودُ    وَلَا    النَّصٰرَىٰ    حَتَّىٰ    تَتَّبِعَ    مِلَّتَهُمْ    ۗ    قُلْ    إِنَّ    هُدَى    اللّٰـهِ    هُوَ    الْهُدَىٰ    ۗ    وَلَئِنِ    اتَّبَعْتَ    أَهْوَآءَهُم    بَعْدَ    الَّذِى    جَآءَكَ    مِنَ    الْعِلْمِ    ۙ    مَا    لَكَ    مِنَ    اللّٰـهِ    مِن    وَلِىٍّ    وَلَا    نَصِيرٍ    ﴿البقرة:١٢۰﴾

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” ﴾ Al Baqarah:120 ﴿.

Jangan kita ragu sedikitpun, puluhan ayat al-qur’an, puluhan hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang melarang kita untuk ikut-ikutan tata cara kehidupan agama umat lain, terkhusus Yahudi dan Nashrani dan kaum-kaum musyrikin lainnya.

Oleh karena itu yang membedakan antara kita dengan mereka adalah tauhidullah (mengesakan Allah Ta’ala) kerena seluruh agama-agama selain Islam hari ini menyekutukan Allah Ta’ala. Ada yang menyekutukan Allah dengan manusia seperti Yahudi dan Nashrani, ada yang menyekutukan Allah dengan patung-patung seperti orang budha dan lainnya, ada yang menyekutukan Allah dengan hawa nafsu, dan hanya Islam yang mentauhidkan Allah Ta’ala.

Tauhid inilah yang paling mahal dalam kehidupan kita, harus kita sadari kalau aqidah kita sudah melenceng kepada syirik dan khurafat,  Allah mengancam kita, sebagaimana firmanNya:

وَلَقَدْ    أُوحِىَ    إِلَيْكَ    وَإِلَى    الَّذِينَ    مِن    قَبْلِكَ    لَئِنْ    أَشْرَكْتَ    لَيَحْبَطَنَّ    عَمَلُكَ    وَلَتَكُونَنَّ    مِنَ    الْخٰسِرِينَ    ﴿الزمر:٦٥﴾

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65 ﴿.

Artinya percuma kita jadi orang Islam, shalat jum’at, shalat sunnah, berinfak, berpuasa, haji, umrah, baca qur’an kalau aqidah kita sudah batal, semuanya tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Kita berdo’a kepada Allah semoga umat ini tidak ikut-ikutan, mulai tahun ini tidak ikut-ikutan menyalakan kembang api, petsa, turun ke jalan-jalan, sampai ditempat-tempat hiburan penuh dengan umat Islam.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Ridha
Semoga kita semua istiqamah dalam iman, Ustadzah.

Saya bingung bagaimana mengambil sikap jika tetangga mengundang makan? Atau undangan selametan?
Tolong pencerahannya Ustadzah.
Jazakillah khair katsira.

🌷 Jawab:
Undangan makan dan selametan....

Kita lihat, apakah ini undangan makan di acara perayaan hari besar mereka atau tidak? Semisal Natal, Tahun baru, valentine, nah kalau itu, maka kita tidak boleh loyal dan tidak boleh ikut, sudah dijelaskan di atas tadi, tidak ada toleransi jika itu berhubungan dengan Aqidah, dan biasanya mereka bisa mengerti jika kita jelaskan.

Dan jika undangannya dalam hal biasa saja semisal pernikahan, maka jangan datang pas acara pernikahan berlangsung, apakah itu di gereja atau di rumah. Jika di rumah, silahkan datang mengucapkan selamat, untuk urusan makan, maka jika bisa dipastikan makanan mereka halal dan baik, maka makanlah, tapi jika tidak, maka sekali-kali jangan makan. Misal mereka adalah kristen adven, mereka tidak makan babi dan anjing.

Jika dikeragui kehalalan dan baiknya makanan tersebut, datang ucapkan selamat dan pulang.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Eyang Jenni
Nah kalau di Depok sekarang beda, Ibu sayang, dari Walikota Depok mengumumkan, dan baru kali ini.

1. Dilarangnya untuk merayakan pergantian tahun di jalan-jalan di tempat umum dan pasang kembang api.

2. Anjuran untuk mengisi dgn do'a menurut agama masing-masing.

3. Menghimbau dan menggalang dana dan bantuan untuk musibah tsunami.

Bagaimana dengan rencana Bapak Walikota Depok ini Ibu sayang?

🌷Jawab:
Inilah salah satu dilema di dalam Islam Eyang, mengkhususkan, atau mengalihkan acara, arti sama saja dengan kita menyemarakkan acara mereka, hanya saja dikemas dalam acara yang Islami. Apa bedanya?

Tapi .... saya tau bahwa merubah kebiasaan itu tidak mudah eyang, kita harus merubahnya secara perlahan-lahan, sesuai kemampuan ummat menerima kondisinya. Dan saat ini mengalihkan dari hal sia-sia menjadi hal yang bermanfaat semoga menjadi jalan untuk ummat bisa memahami bahwa ada keharaman di dalam Tahun baru bagi umat Islam. Setelah kesadaran itu tumbuh, akan lebih mudah untuk menghentikan kegiatan tersebut. Itu harapan kita, Eyang. Tugas para da'i, ustadz sangat berat Eyang, karena ini sudah menjadi budaya masyarakat kita, dan ini by design yang kita tidak menyadarinya. Aqidah kita dikikis perlahan lahan dengan ikut acara mereka. 

Wallahu a'lam.

0⃣3⃣ Eyang Jenni
1. Bagaimana kami yang beragama Islam, ada anjuran berdo'a menurut agama masing-masing sedangkan dalam Islam tahun baru adalah tahun baru Islam?

2. Lalu di perumahan kami bagi yang beragama Islam mengadakan do'a dan kumpul bersama di masjid dengan potluck (bawa makanan ala kadarnya)?

🌷Jawab:
1. Sebenarnya inti permasalahan bukan bagaimana kita berdoa Eyang, tapi apa tujuan kita saat itu, hal ini yang jadi masalah. Di setiap acara kita tak pernah dipaksa ikut dengan cara-cara mereka, tapi dibalik itu pengikisan Aqidah terjadi disaat kita ikut acara mereka.

2. Jawabannya hampir sama dengan yang di atas tadi Eyang, jika itu dalam rangka memperingati tahun baru maka sama saja kita ikut meramaikan acara mereka, tapi dalam balutan Islami, hanya pengalihan saja.

Wallahu a'lam.

🔷Iya betul, berarti kalau tidak hadir walau itu di dalam masjid, tidak apa ya .. Ibu sayang.

🌷In Syaa Allah tidak apa apa Eyang, sebagai muslim dzikiran itu setiap saat, setiap waktu, bukan hanya ngisi malam tahun baru sebagai pengalihan.

0⃣4⃣ Evi
Assalamualaikum,

1. Tiga tahun belakangan ini keluarga besar suami selalu mengumpulkan semua anggota keluarga untuk berkumpul silaturahmi dengan acara tahlilan, membaca Yasin dll di malam penghujung tahun, yang mau saya tanyakan apa kebiasaan kami sama saja dengan merayakan tahun baru?

2. Bagaimana sikap kami ketika beberapa tetangga terdekat mengajak pergi acara tahun baru seperti jalan-jalan ke puncak?

3. Bagaimana kita sebagai orang tua memberikan pengertian tentang haramnya merayakan tahun baru terhadap anak-anak usia 5-6 tahun?

Terimakasih jawabannya.

🌷Jawab:
Wa’alaikumussalam mba Evi.

1. Sebenarnya hal baik bisa menjadi masalah jika dilakukan dengan menentukan atau menetapkan atau mengkhusus secara rutin sesuatu yang tidak dirutinkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat beliau.  Apalagi terkadang kita berujar “MUMPUNG TAHUN BARU KITA ADAIN ACARA YUUK… atau MUMPUNG TAHUN BARU LIBURAN KESANA YUUUKK” , ini hanya sekedar kata, selintas tak jadi masalah, tapi lihat “TAHUN BARU” disana tanpa sadar kita telah ikut meramaikan acara perayaan mereka.

Saran saya, jika memang ingin mengadakan acara, dan kita hanya bisa berkumpul saat liburan, maka hindari ucapan mumpung tahun baru, jadinya hanya akan menjadi acara silaturahim antar keluarga dan teman atau siapa-lah yang ikut. 

2. Kalau memang itu dalam rangka tahun baru, maka tolaklah, dan jika mereka muslim maka ingatkan mereka. Kembali saya jelaskan, silakan adakan silaturahmi, jalan jalan karena ada waktu libur, tapi jauhi kata-kata “dalam rangkanya”, niat adalah inti segala tindakan, jadi berhati-hatilah terhadap apa yang terucap dari bibir kita. Ucapan bisa menjadikan kita Muslim dan ucapan juga yang menjadikan kita kafir di hadapan Allah Azza wajalla.

3. Cari kisah-kisah tentang asal muasal tahun baru yang sesuai dengan usia mereka, dan jelaskan tentang adat dan kebiasaan yang menjadi tanda kekafiran atau tanda keIslaman, di sana bisa dijelaskan kenapa kita tidak boleh ikut tahun baruan, bisa juga dikisahkan bagaimana mubazirkan peringatan tahun baru, dan terangkan kalau Allah membenci orang-orang yang mubazir, tambahkan kisah orang yang ketiduran sholat subuh karena begadang saat tahun baru, dan Allah marah sama orang yang meninggalkan sholat. Banyak cara yang bisa dijelaskan kepada anak-anak tentang tidak bolehnya kita ikut tahun baru. Sesuaikan bahasanya dengan bahasa mereka.

Wallahu a’lam.

0⃣5⃣ Tari
Alhamdulillah di keluarga kami tidak mau ikut-ikut merayakan malam Tahun Baruan. Tapi, moment menikmati liburan bersama keluarga (karena suami dan anak-anak libur panjang) dengan silahturahmi ke saudara, pergi ke tempat wisata dan bermalam, baru esoknya kita pulang.

Apakah ini dianggap meramaikan tahun baru juga? Karena moment bersamaan.

🌷Jawab:
Silakan saja jika memang ini adalah momen kebersamaan di dalam keluarga, asal kita jangan bersembunyi dibalik kata "momen", bersihkan niat hanya karena memang kita ingin menikmati kebersamaan bersama keluarga, bukan karena aji mumpung, "MUMPUNG TAHUN BARU".

Jika sudah keluar kata-kata "MUMPUNG TAHUN BARU" kita liburan kemana gitu... ini sudah sama halnya kita ikut meramaikannya, dan jauhi acara-acara yang memang diadakan khusus untuk mengisi tahun baru, jauhi keramaian yang memang di sana khusus untuk merayakan tahun baru, semisal acara kembang api, band atau sejenisnya.

Wallahu a'lam.

0⃣6⃣ iDha
Boleh saya tanya sedikit di luar tema?

Kantor kami setiap tahun menyiapkan bingkisan hari raya kristiani.

Biasanya kami pesan lewat agent, tapi tahun ini karena lupa pesan, jadilah saya yang menyiapkannya. Yang mau saya tanya apakah itu termasuk murtad?

🌷Jawab:
Kita perhatikan saja peringatan Allah berikut ini di dalam Al Quran.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Janganlah kalian saling tolong menolong dalam dosa dan melanggar batasan Allah.” (QS. Al Maidah: 2).

Mempersiapkan artinya kita membantu mensukseskan kesyirikkan mereka, membantu mereka mendzalimi Allah Azza wajalla. Na'udzubillah.

🔷 Astaghfirullah

🌷 Tapi tidak sampai pada taraf murtad, hanya saja tolong menolong dengan mereka.
Wallahu a'lam.

0⃣7⃣ Rizki
Apakah itu termasuk mensukseskan kesyirikan jika mengirimkan kartu ucapan untuk instansi-instansi ya Uni, walaupun bukan atas nama pribadi (tapi atas nama kantor)?

🌷Jawab:
Na'am, sama saja, apa yang kita lakukan meski itu adalah perusahaan maka akan mewakili kita, tapi jika memang kita tak bisa menolak, maka ingkarilah dengan hati, kutuklah dengan hati, dan perbanyaklah istighfar di saat sedang melakukannya.

Wallahu a'lam.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Sahabat Sholehah Bidadari Surga.

Perkara yang remeh bisa menjadi perkara yang besar jika kita tidak mengetahuinya. Mengucapkan selamat pada suatu perayaan yang bukan berasal dari Islam saja terlarang (semisal ucapan selamat ulang tahun), bagaimana lagi mengucapkan selamat kepada perayaan orang kafir? Tentu lebih-lebih lagi terlarangnya.

Meskipun ucapan selamat hanyalah sebuah ucapan yang ringan, namun menjadi masalah yang berat dalam hal aqidah. Terlebih lagi, jika ada di antara kaum muslimin yang membantu perayaan natal. Misalnya dengan membantu menyebarkan ucapan selamat hari natal, boleh jadi berupa spanduk, baliho, atau yang lebih parah lagi memakai pakaian khas acara natal (santa klaus, dan aksesories lainnya).

Allah Ta’ala telah berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2).

Hati-hati di dalam beramal, jangan sampai salah, Aqidah bukan hal sepele, tapi Aqidah adalah penentu jalan hidup kita lurus atau tidak.

Jangan biarkan lidah yang sering membaca Surah Al Ikhlas ini ikut-ikutan mengucapkan dan mengakui Allah punya anak. Na'udzubillah.

Semoga bermanfaat apa yang kita kaji malam ini. Mohon maaf atas salah-salah kata.

Billahi taufiq walhidayah.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar