Minggu, 31 Juli 2022

UMMU SULAIM, IBU TELADAN YANG VISIONER


OLeH: Ustadzah Chichi Mulyaningsih

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎UMMU SULAIM, IBU TELADAN YANG VISIONER

The True Wonderful Muslimah

Dia adalah ar-Rumaisha' binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundab bin 'Amr bin Ghanam bin 'Ady bin Zaid Manat bin 'Ady bin 'Amr bin Malik bin an-Najja. Lebih dikenal dengan sebutan Ummu Sulaim.

Ummu Sulaim termasuk wanita cemerlang akalnya. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. Ya, kecerdasan biasanya melahirkan kecerdasan, kesabaran melahirkan kesabaran, dan keberanian melahirkan keberanian.

Sebelum menikah dengan Abu Thalhah, suaminya adalah Malik bin Nadhar, ayah Anas. Ketika dakwah Islam terdengar oleh Ummu Sulaim, segeralah ia dan kaumnya menyatakan ke-Islamannya. Ummu Sulaim kemudian menawarkan Islam kepada suaminya yang ketika itu masih musyrik. Namun diluar dugaan, Malik justru marah kepadanya dan meninggalkan dirinya juga anaknya yang telah mengikuti keyakinan ibundanya. Malik akhirnya pergi ke negeri Syam dan meninggal di sana.

Karena seorang anak selalu membutuhkan figur seorang ayah dan ayah Anas tidak tidak bisa menjadi figur teladan untuk anaknya, maka Ummu Sulaim memiliki ide luar bias. Dia berpikir menjadikan putranya itu sebagai pelayan Rasulullah ﷺ. Ia relakan semua pertimbangannya. Dia ingin agar putranya mendapatkan figur ayah dari manusia terbaik, Rasulullah ﷺ. Juga, agar ia tumbuh di rumah seorang yang sangat mulia dan banyak belajar agama darinya.

Sejak pertemuan pertamanya dengan Rasulullah ﷺ, Anas langsung menjadi orang terdekatnya. Ia tidak sekadar jadi pembantu setia Rasulullah ﷺ. Lebih dari itu, ia akan menjadi "asisten pribadi" beliau. Sebagai asisten pribadi, pasti Rasulullah ﷺ mengkhususkan Anas dalam masalah-masalah tertentu yang tidak diketahui sahabat lainnya. Tak ketinggalan satu kebaikan dunia dan akhirat dimohonkan Rasulullah ﷺ bagi Anas bin Malik. Kemudian beliau berdoa, "Ya Alloh ﷻ, banyakkanlah harta dan anaknya, serta berikanlah berkah kepadanya.

Dengan doa Rasulullah ﷺ itu, Anas bin Malik menjadi seorang yang berlimpah ilmu, harta, dan banyak keturunan. Anas adalah satu dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis Nabi ﷺ. Dialah sahabat terakhir yang wafat di Bashrah, setelah berumur lebih dari seratus tahun. 

Sejak iman merasuk dalam kalbu Ummu Sulaim, kemuliaan selalu menjadi pilihannya dan miliknya. Banyak perubahan dalam hidupnya terutama saat ia harus menentukan dengan siapa ia akan kembali membangun rumah tangga. Bukan gemerlap permata mahar yang dipilihnya, melainkan semata ke-Islaman dari calon suaminya. Kesabaran, keberanian, kecintaannya kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya, menjadi motivasi terbesarnya untuk meraih surga.

Akhirnya, setelah diketahui bahwa suami pertamanya telah tiada, Ummu Sulaim menikah dengan Abu Thalhah. Ketika meminangnya, Abu Thalhah masih dalam keadaan musyrik. Sehingga Ummu Sulaim menolak pinangannya tersebut sampai Abu Thalhah bersedia masuk Islam. Anas mengisahkan cerita ini dari ibunya.

"Sungguh tidak pantas seorang musyrik menikahi ku. Tidaklah engkau tahu, wahai Abu Thalhah, bahwa berhala-berhala sesembahan mu itu dipahat oleh budak suku Fulan," sindir Ummu Sulaim. "Jika kau sulut dengan api pun, ia akan terbakar," lanjutnya lagi. 

Maka Abu Thalhah berpaling dari rumahnya. Namun, kata kata Ummu Sulaim tadi amat membekas hatinya. "Benar juga," gumamnya. Tidak lama kemudian, Abu Thalhah menyatakan keIslamannya. "Aku telah menerima agama yang telah tawarkan," kata Abu Thalhah kepada Ummu Sulaim, maka berlangsunglah pernikahan mereka berdua. "Dan Ummu Sulaim tidak meminta mahar apapun selain ke-Islaman Abu Thalhah," kata Anas.

Dari pernikahannya dengan Ummu Sulaim, Abu Thalhah dikaruniai dua orang anak. Satu di antaranya amat ia sayangi namanya Abu 'Umair tak berumur panjang. Ia dipanggil Alloh ﷻ ketika masih usia kanak-kanak.

Anas bercerita, "Suatu ketika, Abu 'Umair sakit parah. Tatkala adzan Isya' berkumandang, seperti biasanya Abu Thalhah berangkat ke masjid. Dalam perjalanan ke masjid, anaknya (Abu 'Umair) menghadap Alloh ﷻ, meninggal dunia."

Dengan cepat Ummu Sulaim mendandani jenazah anaknya, kemudian membaringkannya di tempat tidur. Ia berpesan kepada Anas agar tidak memberitahu Abu Thalhah tentang kematian anak kesayangannya itu. Kemudian, ia pun menyiapkan hidangan makan malam untuk suaminya. Tidak lupa malam itu iya berdandan untuk sang suami tercinta.

Sepulangnya dari masjid, seperti biasa Abu Thalhah menyantap makan malamnya kemudian menggauli istrinya yang memang saat itu berbeda penampilannya dari hari-hari biasa. Di akhir malam, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, "Bagaimana menurutmu tentang keluarga si fulan, mereka meminjam sesuatu dari orang lain, tetapi ketika diminta, mereka tidak mau mengembalikannya, merasa keberatan atas penarikan pinjaman itu."

"Mereka telah berlaku tidak adil," kata Abu Thalhah.
"Ketahuilah, sesungguhnya putramu adalah pinjaman dari Alloh ﷻ, dan kini Alloh ﷻ telah mengambilnya kembali," kata Ummu Sulaim lirih.

"Innalillahi wa Inna ilaihi Raji'un, segala puji bagi-Mu ya Alloh ﷻ," ucap Abu Thalhah dengan pasrah. Setelah sedikit tenang Ummu Sulaim mengajak suaminya untuk memakamkan putra mereka.

Keesokan harinya, Abu Thalhah mengadukan peristiwa yang dialaminya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau berkata, "Semoga Alloh ﷻ memberkahi malam kalian berdua." 

Setelah itu, Ummu Sulaim mengandung. Beratnya masa mengandung tidak menyurutkan semangat dan kecintaan Ummu Sulaim kepada Rasulullah ﷺ. Saat pecah perang Hunain, Ummu Sulaim turut bersama suaminya untuk memberi minum dan merawat luka pasukan Muslim dengan membawa pisau besar yang terselip di pinggangnya.

Hari terus berlalu. Tatkala lahir bayinya, Ummu Sulaim berpesan kepada Anas, "Antarkan dia (bayi) kepada Rasulullah ﷺ, beserta kurma ini. Nanti beliau yang mentahniknya dan memberinya nama." Anas pun melaksanakan pesan ibunya. Dia bawa adiknya ke hadapan Rasulullah ﷺ, Beliau bertanya : "Siapa ini, wahai Anas?" "Wahai Rasulullah ﷺ, ini adik. Ibuku menyuruhku untuk membawanya kepadamu," kata Anas. 

Beliau pun mengambil bayi itu, kemudian meminta kurma yang dibawa Anas. Beliau mengunyah kurma itu hingga halus, lalu meleletkannya ke mulut sang bayi. Bayi kecil itupun mengecap dan merasakan manisnya kurma. Lalu beliau memberinya nama 'Abdullah. Dari 'Abdullah ini, kelak lahir anak-anak yang semuanya menjadi ulama besar di zamannya.

MaaSyaaAllah. Dari kisah ini kita benar-benar menemukan sosok seorang ibu yang mendambakan kemuliaan bagi putra-putranya. Kehidupannya diwarnai keindahan cintanya kepada Rabbnya, serta pada Rasul,-Nya, hingga akhir hayatnya. 

Rasulullah ﷺ bersabda: Dari Jabir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Ketika aku masuk Jannah, tiba-tiba aku melihat di sana ada Rumaisha", istri Abu Thalhah." (HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain disebutkan: 

"Dalam hadis Anas dikatakan bahwa ketika masuk Jannah, Nabi ﷺ mendengar suara terompah seseorang. "Itu suara Ghumaisha' binti Milhan, ibunda Anas bin Malik." (HR. Muslim). 

MaaSyaaAllah, betapa bahagia menjadi sepertinya. Semoga kita bisa mengikuti jejak Ummu Sulaim; seorang istri yang tidak tergiur materi melebihi keinginannya memperoleh imam yang sama keyakinannya. Seorang ibu yang merelakan putranya, untuk menjadi seorang pelayan; bukan sekedar agar ia bisa makan sebagaimana di zaman sekarang, tetapi agar ia terdidik menjadi orang yang beriman. 

"Perempuan yang baik adalah untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk perempuan yang baik pula. Mereka itu bersih dari yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (Surga). (QS. An Nur: 26)

Pertanyaan saya, kenapa Ummu Sulaim dikatakan Ibu yang cerdas?
Kecerdasannya yang pertama adalah, 

Ketika Ummu Sulaim ditinggal suaminya maka dia tetap ingin mendapatkan anaknya Anas bin Malik mendapatkan ilmu ke-Islaman yang baik dan langsung dari Rasulullah ﷺ. Anas di didik menjadi anak yang shalih dan pintar dan banyak meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah ﷺ

Bagaimana dengan kita?
Ketika Alloh ﷻ berikan ujian ekonomi, apakah masih tetap bisa menyekolahkan anak kita dengan bekal ilmu syariah yang baik dan benar? 

Pesantren mahal ya, karena di pesantren lah anak-anak kita akan mendapatkan ilmu syariah terbaik. 

Lalu apa lagi hal yang kita contoh kecerdasan kedua? 
Ketika Ummu Sulaim ditinggal suaminya meninggal, maka dia jadi janda yang penuh dengan harga diri, izzah dan iffahnya dia jaga.

Ummu Sulaim tidak obral kecantikannya, Ummu Sulaim menjaga harga diri dari laki-laki yang bukan muhrimnya. Maka ketika seorang Abu Thalhah melamarnya dengan cerdasnya dia menolak dengan halus karena dia menginginkan Abu Thalhah masuk Islam dulu. 

Tidak seperti maaf artis di negeri +62, atau mungkin ada tetangga kita atau contoh saudara kita banyak yang keluar dari Islam karena pernikahannya. 

Maka merayu Abu Thalhah sampai masuk Islam dan Abu Thalhah dengan masuknya Islam dijadikan mahar, suami belajar Islam ke istri.
Keren yaaa... 
Bagaimana dengan wanita akhir zaman kini? 
Pasti banyak nih yang pengennya lihat calon suami, cari calon suami karena materinya dulu. 

Realistis memang tapi kebaikan aqidah kita tidak teruji. Memang akan lelah jika kita menilai sendi kehidupan kita hanya lewat materi. Akan lelah dan lelah. 

Coba pilihkan anak kita, atau calon kita yang baik agamanya, InSyaaAllah akan berkah dan bertambah hidup kita.

Pemirsa shalihah yang dirahmati Alloh ﷻ, banyak kisah para shahabiah yang begitulah hidup mereka hanya ingin untuk Alloh ﷻ saja jalan hidupnya, hanya ingin ridho Alloh ﷻ saja hidupnya.

Ummu Sulaim dengan sabarnya memberikan kabar kematian anaknya Abu Umair dengan ketenangan, dengan mau bicara baik-baik dengan cara terbaik, karena tahu emosi suaminya yang begitu mencintai anaknya akan meledak jika diberitahukan lebih cepat.

Lalu dimana kita wanita akhir zaman yang lebih sering tidak sabar kepada suami kita?

Kita tidak memperlihatkan kebaikan dalam bentuk syukur kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya. Kita nih kadang sulit bersyukur, suami pulang kerja sering disambut aduan macam-macam, apalagi jika nafkah yang diberikan suami kurang, rasanya akan ada perang dunia ketiga dalam rumah tangga kita. 

Kita kadang sulit melihat kebaikan suami kita, kebaikan anak-anak kita karena apa? Karena hanya nilai materi yang ada dalam hati kita, cinta dunia kita masih besar, akhirnya hati kitalah yang merasa lelah. 

Saya mohon maaf lahir batin ya, semoga bisa diambil ibrohnya. 
Kita akan mencontoh yang baik-baik saja, idola hidup kita hanya Alloh ﷻ, Rasulullah ﷺ, para shahabiah dan orang-orang yang beriman. 

Alhaqqu mirRabbiik falaa takunannaa minal mumtariin. 

Maaf lahir batin. 

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Kiki~Dumai
MiChi, "Kita kadang sulit melihat kebaikan suami kita, kebaikan anak anak kita karena apa? Karena hanya nilai materi yang ada dalam hati kita, cinta dunia kita masih besar, akhirnya hati kitalah yang merasa lelah."

Bagaimana tipsnya, MiChi, agar hal di atas dapat dihindari ya MiChi?

🔷 Jawab:
1) Sekali lagi tegakkan nilai Islam dalam diri kita, asah ketakwaan hidup dengan memperbanyak ibadah sunnah, dan ajak keluarga kita untuk takwa terus dan terus, InSyaaAllah Alloh ﷻ yang akan berikan kepada kita dan keluarga kita hidayah yang tanpa putus.

2) Banyak berdoa di setiap sujud dan ba'da sholat, mintalah ke Alloh ﷻ ilmu syariah yang bermanfaat yang dengan ilmu syariah itu Alloh ﷻ mudahkan kita paham dan mengerjakan amal shalih ikhlas hanya untuk Alloh ﷻ. 

3) Latih dan jaga keikhlasan tiap amal shalih kita, agar Alloh ﷻ terus bukakan lagi hidayah tanpa putus.

4) Latih keikhlasan kita beramal shalih dengan istiqomah, lagi dan lagi lakukan sholat sunnah yang banyak disamping sholat wajib tepat waktu.

5) Perbanyak sedekah, disertai doa agar rejeki yang sampai di tangan kita tak menjadi "Tuhan" di hati kita. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Menjadi wanita akhir zaman memang sangat berat dakwahnya, wabil khusus dakwah untuk diri sendiri, bentuklah karakter ILahiah, jadilah ahli ahli ibadah yang mau berdakwah untuk ummat nya.

Letakkan syukur kita hanya untuk Alloh ﷻ saja, dengan menegakkan sholat wajib tepat waktu, juga menjaga sholat sunnah yang mengikuti sholat wajib.

Jangan cari idola lain selain para bunda shahabiah yang Alloh ﷻ sudah jaminkan hidupnya menjadi penduduk surga lebih awal. 

Wallahu 'alam bishowab, 
Semoga Alloh ﷻ menjaga kita dan anak-anak kita hanya lurus pada agama Islam nan indah. 

Aamiiin ya Rabbal Alamin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar