Minggu, 31 Juli 2022

AKHLAK PENGHUNI SURGA


OLeH: Ustadzah Tribuwhana

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎AKHLAK PENGHUNI SURGA

Apa itu surga?
Surga adalah suatu pembalasan yang agung dan pahala tertinggi bagi para hamba Allah Ta’ala  yang taat. Surga merupakan suatu kenikmatan sempurna. Tidak ada sedikit pun kekurangannya. Tidak ada kemuraman di dalamnya.
Penggambaran surga yang difirmankan oleh Allah Ta’ala dan disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, memang hampir tidak mampu kita gambarkan dengan otak dan imajinasi kita yang terbatas ini. Betapa sulit membayangkan  kenikmatan yang demikian besar. Sungguh kemampuan imajinasi kita akan terbentur pada keterbatasannya.

Para sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, para tabi’in dan tabi’ut-tabi’in, ahli sunnah dan ahlul Hadits seluruhnya termasuk para fuqaha, pengikut aliran tasawwuf dan orang-orang yang zuhud meyakini keberadaan surga dan mengesahkannya berdasarkan nash-nash (teks-teks) Al-Qur’an, sunnah dan informasi para rasul terdahulu dan terakhir. Para rasul tanpa terkecuali mengajak umat manusia kepada surga. Mereka membeberkan gambaran surga secara utuh dan gamblang.

إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jika seorang dari kalian meninggal dunia maka akan ditampakkan kepadanya tempat duduk (tinggal) nya setiap pagi dan  petang hari. Jika dia termasuk penduduk surga, maka akan (melihat kedudukannya) sebagai penduduk surga dan jika dia termasuk penduduk neraka, maka akan (melihat kedudukannya) sebagai penduduk neraka lalu dikatakan kepadanya inilah tempat duduk tinggalmu hingga nanti Alloh ﷻ membangkitkan mu pada hari qiyamat.” (HR. Bukhari No.1290)

Penghuni Surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ آدَمَ عَلَى صُورَتِهِ طُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمَّا خَلَقَهُ قَالَ اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ وَهُمْ نَفَرٌ مِنْ الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ فَاسْتَمِعْ مَا يُجِيبُونَكَ فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ قَالَ فَذَهَبَ فَقَالَ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ قَالَ فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى الْآنَ

“Allah ‘azza wajalla menciptakan Adam seperti gambaran-Nya, panjangnya enam puluh dzira’. Setelah menciptakannya, Alloh ﷻ berfirman: ‘Pergilah lalu ucapkan salam pada mereka itu, mereka adalah kelompok malaikat yang tengah duduk lalu dengarkan jawaban mereka, itulah salammu dan salam keturunanmu.’” Beliau bersabda: “Adam pergi lalu mengucapkan: ‘Asslaamu’alaikum? ‘ Mereka menjawab: ‘Assalaamu ‘alaika wa rahmatullaah’.” Beliau bersabda: “Mereka menambahi: ‘wa rahmatullaah’.” Beliau bersabda: “Setiap orang yang masuk surga wujudnya seperti Adam, panjangnya enampuluh dzira’ dan setelah Adam postur tubuh (manusia) terus berkurang hingga sekarang.” (HR. Muslim)

Setiap muslim sangat menginginkan kebahagiaan abadi di surga kelak. Kenikmatannya tiada terkira. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

قَالَ اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ )

“Alloh ﷻ berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah: 17) (HR. Bukhari no. 3244 dan Muslim no. 2824)

Ada pelajaran penting dari surat Qaaf (surat yang biasa dibaca Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam saat khutbah Jum’at) mengenai sifat-sifat penduduk surga. Ada 4 sifat penduduk surga yang disebutkan dalam surat tersebut sebagai berikut,

وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ (31) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (32) مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (33) ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ (34) لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ (35)

“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu,  (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Alloh ﷻ) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, Itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” (QS. Qaaf: 31-35)

Ada empat sifat yang disebutkan dalam ayat yang mulia ini, yaitu: (1) awwab (hamba yang kembali pada Alloh ﷻ), (2) hafiizh (selalu memelihara aturan Alloh ﷻ), (3) takut pada Alloh ﷻ, dan (4) datang dengan hati yang muniib  (bertaubat).

✓ Sifat Pertama: Awwab

Yang dimaksud dengan awwab adalah kembali pada Alloh ﷻ dari maksiat kepada ketaatan pada-Nya, dari hati yang lalai mengingat-Nya kepada hati yang selalu mengingat-Nya.
‘Ubaid bin ‘Umair  rahimahullah  mengatakan, “Awwab adalah ia mengingat akan dosa yang ia lakukan kemudian ia memohon ampun pada Alloh ﷻ atas dosa tersebut.”
Sa’id bin Al Musayyib  rahimahullah berkata, “Yang dimaksud awwab  adalah orang yang berbuat dosa lalu ia bertaubat, kemudian ia terjerumus lagi dalam dosa, lalu ia bertaubat."

✓ Sifat Kedua: Hafiizh

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Ia menjaga amanat yang Alloh ﷻ janjikan untuknya dan ia pun menjalankannya.”
Qotadah rahimahullah  mengatakan, “Ia menjaga kewajiban dan nikmat yang Alloh ﷻ janjikan untuknya.”
Ibnul Qayyim  rahimahullah  menjelaskan, “Perlu diketahui nafsu itu ada dua kekuatan yaitu kekuatan offensive (menyerang) dan kekuatan  defensive (bertahan). Yang dimaksud dengan awwab adalah kuatnya offensive dengan kembali pada Alloh ﷻ, mengharapkan ridho-Nya dan taat pada-Nya. Sedangkan hafiizh adalah kuatnya defensive yaitu menahan diri dari maksiat dan hal yang terlarang. Jadi hafiizh adalah menahan diri dari larangan Alloh ﷻ, sedangkan awwab adalah menghadap pada Alloh ﷻ dengan melakukan ketaatan pada-Nya.”

✓ Sifat Ketiga: Takut Pada Alloh ﷻ

Dalam firman Alloh ﷻ (yang artinya), “Orang yang takut kepada Rabb yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya),” terkandung makna pengakuan akan adanya Alloh ﷻ, akan rububiyah-Nya, akan ketentuan-Nya, akan ilmu dan pengetahuan Alloh ﷻ yang mendetail pada setiap keadaan hamba. Juga di dalamnya terkandung keimanan pada kitab, rasul, perintah dan larangan Alloh ﷻ. Begitu pula di dalamnya terkandung keimanan pada janji baik Alloh ﷻ, ancaman-Nya, dan perjumpaan dengan-Nya. Begitu pula di dalamnya terkandung keimanan pada janji baik Alloh ﷻ, ancaman-Nya, dan perjumpaan dengan-Nya. Seseorang dikatakan takut pada Alloh ﷻ (Ar Rahman) haruslah dengan memenuhi hal-hal yang telah disebutkan tadi.

✓ Sifat Keempat: Datang Dengan Hati Yang Muniib

Yang dimaksudkan dengan datang dengan hati yang muniib  dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, “Kembali (dengan bertaubat) dari bermaksiat pada Alloh ﷻ, melakukan ketaatan, mencintai ketaatan tersebut dan menerimanya.”
Intinya yang dimaksud dengan sifat penghuni surga yang keempat adalah kembali kepada Alloh ﷻ dengan hati yang selamat, bertaubat pada-Nya, dan tunduk pada-Nya.

Semoga dengan mengetahui empat sifat penghuni surga ini membuat kita semakin dekat pada Alloh ﷻ, bertaubat, menjauhi maksiat dan kembali taat pada-Nya. Sehingga kita dapat berjumpa dengan Alloh ﷻ dengan hati yang selamat. Aamiin Yaa Mujibas Saailin. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Atin ~ Pekalongan
Maaf Bun, kok saya masih bingung beda yang pertama dan keempat. 
Yang pertama taubat setelah terjerumus maksiat.
Yang keempat kembali bertaubat dari maksiat. 
Begitu yang saya cerna. Bukankah itu sama saja? 

Kemudian dengan adanya 4 sifat penghuni surga artinya, yang tidak memiliki sifat tersebut bukan penghuni surga kan? 

Lalu bagaimana upaya kita untuk terus membangun diri bisa memiliki sifat tersebut?

🔷Jawab:
Al-Munib, seorang yang bertaubat kepada Alloh ﷻ karena malu telah berbuat maksiat kepada-Nya. Ini tingkatan pertengahan.

Al-Awwab, seorang yang bertaubat kepada Alloh ﷻ karena mengagungkan dan memuliakan-Nya. Ini merupakan tingkatan tertinggi.

Bagaimana agar kita bisa memiliki sifat tersebut? Dengan tetap istiqomah melaksanakan perintah Alloh ﷻ dan meninggalkan larangan-Nya.

Tetap berada dalam lingkungan yang bisa mengingatkan kita ketika kita futur.

Tetap berdoa setiap hari agar Alloh ﷻ menetapkan kita dalam agama ini hingga kita dipanggil pulang.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Atin ~Pekalongan
Ada titipan pertanyaan Bun, 

Kita sudah berusaha istiqomah, berusaha ibadah semaksimal mungkin. Tetapi rasa hampa tetap ada. Merasa yang dilakukan tifak bermakna hingga sangat khawatir tidak diterima. 
Bagaimana mengatasi rasa ini?

🔷 Jawab:
Meluruskan niat bahwa semua yang dilakukan hanya untuk meraih ridho Alloh ﷻ, memutaba'ah diri sendiri bagian mana yang perlu diperbaiki sehingga tidak perlu khawatir dan was-was; dan karena was-was datangnya dari syaithon, perlu memperbanyak dzikir dan berlapang dada sehingga syaithon tidak ada celah untuk masuk.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh

Bund, di sifat yang ke tiga yaitu takut kepada Alloh ta'ala.

Tapi pada kenyataan sekarang ini malah banyak sekali yang seolah tidak takut sama sekali kepada Alloh ta'ala akan perbuatan yang dilakukannya yang sebenarnya tahu perbuatan itu salah dan dosa. Misal, zina itu dosa, tapi banyak sekali yang melakukannya baik dari yang sudah berkeluarga ataupun para muda-mudi sekarang yang sudah tidak punya rasa malu dan takut sama sekali.
Belum lagi para pemimpin yang banyak berjanji tidak ditepati malah menyengsarakan rakyatnya, belum lagi dikorupsi. Astagfirullah...

Bagaimana bund biar bisa menerapkan rasa takut yang sebenarnya takut akan dosa dan neraka bukan hanya takut saja tapi masih menikmati kenikmatannya.

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

Konsep khouf (=takut) kepada Alloh ﷻ harus disertai dengan sikap roja' (=harapan) dengan adanya rasa takut, seseorang akan menjauh dari kemaksiatan. Dan dengan harapan, seseorang akan memperbanyak ketaatan.

🌷Ngapunten bund, maksudnya harapan yang seperti bagaimana njih?

🔷 Tema roja' dan khouf bisa jadi satu kajian tersendiri.

Rasa khawatir atau takut terhadap sesuatu di masa depan yang belum diketahui dengan pasti dan dianggap membawa suatu bahaya atau keburukan.

Jadi perasaan berharap hanya kepada Alloh ﷻ untuk menghilangkan rasa takut dan khawatir yang berlebihan.

Memasrahkan semua urusan hidupnya dibawah kendali Alloh ﷻ.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Ukhtifillah rahimakumullah

Para muslimah sebenarnya mudah sekali kalau mau masuk surga, ada syaratnya tapi; yaitu menjaga sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatan dan taat kepada suami (jika sudah menikah).

Cuma itu syarat dari Alloh ﷻ untuk kita wahai para muslimah...

Maka marilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan untuk meraih ridho Alloh ﷻ.

Wallahu a’lam bishawab

Mohon maaf atas segala khilaf karena kesempurnaan hanya milik Allah Ta'ala.

Billahi taufiq wal hidayah

Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar