Minggu, 31 Juli 2022

BAITI JANNATI (RUMAHKU SURGAKU)


OLeH: Ustadzah Hj. apt. Wahyu Tusy Wardhani, S.Si, M.Farm

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 BAITI JANNATI (RUMAHKU SURGAKU)

Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

🔹MOTIVASI MEWUJUDKAN RUMAHKU SURGAKU

Ukuran keberhasilan kita di dalam meniti karir keluarga kita, diukur dari sejauh mana kita menghantarkan seluruh anggota keluarga kita ke gerbang pintu surga.

Dalam hidup ini, sekurang-kurangnya kita mempunyai 3 karir, yaitu: 
✓ KARIR PENDIDIKAN, ada selesainya, 
✓ KARIR PEKERJAAN, ada pensiunnya,
✓ KARIR KELUARGA, tidak pernah berhenti, berlaku selamanya.

Setelah hari ini kita membentuk keluarga, maka akan kita demonstrasikan seumur hidup kita.

Dan bahkan jika pada hari ini, di dunia kita telah berhasil membentuk keluarga sakinah, maka kita akan dipertemukan insyaAllah dengan keluarga kita di surga nanti. 

Sehingga menjadi jelas bahwa karir keluarga bukan hanya karir dunia, tapi dapat menembus dimensi akhirat nanti.

🔹FUNGSI-FUNGSI RUMAH
 
Berikut akan saya terangkan fungsi-fungsi rumah yang harus ditegakkan supaya terbentuk BAITI JANNATI, Rumahku Surgaku.

🔸1. RUMAH TANGGA SEBAGAI PUSAT KETENTRAMAN BATIN DAN KETENANGAN JIWA

✓ Ketika sang suami pulang bekerja, ia akan merindukan untuk pulang ke rumah. Karena rumah adalah sumber ketenangan yang tidak didapatnya dari hiruk pikuknya kehidupan sehari-hari.

✓ Demikian juga seorang anak akan selalu merindukan untuk pulang, karena di sana ada ayah dan ibu yang bagaikan pelepas dahaga. 

✓ Istri pun akan merasa nyaman berada di rumah untuk menikmati perjumpaan dengan suami dan anak-anaknya.

🔸2. RUMAH TANGGA SEBAGAI PUSAT ILMU

Dengan ilmu, menjadikan Rumah tangga yang derajatnya di tinggikan ALLOH ﷻ.

Ditinggikan oleh ALLOH ﷻ orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.

Barang siapa menginginkan dunia harus dengan ilmu.

Barang siapa menginginkan akhirat harus dengan ilmu.

Dan barang siapa menginginkan dunia dan akhirat juga harus dengan ilmu.
 
Berumah tangga tanpa ilmu, ibarat orang yang memasuki hutan belantara tanpa membawa peta.

Oleh karena itu, pastikan kekayaan kita adalah ilmu.

Alloh ﷻ menjanjikan, jikalau Alloh ﷻ cinta kepada sebuah keluarga, cirinya ialah dibukakan hati mereka untuk belajar ilmu agama.

Maha Suci ALLOH ﷻ yang menjanjikan kemuliaan bagi orang yang beriman dan berilmu.

🔸3. RUMAH TANGGA SEBAGAI PUSAT NASIHAT

 Rumah tangga yang bahagia adalah  rumah tangga yang dengan sadar menjadikan  kekayaannya saling menasihati, saling memperbaiki serta saling mengkoreksi di dalam kebenaran dan kesabaran.

🔸4. RUMAH TANGGA SEBAGAI PUSAT KEMULIAAN

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya, begitu juga sebaik-baik keluarga adalah yang paling banyak manfaatnya.
 
Pastikan kita jadikan rumah tangga bagaikan cahaya matahari. Ia menerangi kegelapan, menyegarkan yang layu, selalu dinantikan cahayanya, dan membuat gembira yang terkena tebaran cahaya.  

Sehingga rumah tangga bisa menjadi cahaya kebahagiaan bagi semua orang.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh ustadzah, 

Bagaimana cara membangun baiti jannati karena anak lebih suka main keluar sampai nekat melompat pagar?
 
Jazakillah khoir

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bunda Widia yang dirahmati Alloh ﷻ...

Ketika anak lebih suka bermain di rumah, kita Perlu Evaluasi. 

✓ Dalam bahasa inggris, kita mengenal istilah Home dan House.

HOME = is where your heart is. Home itu, dimana hati kita, suami dan anak kita berada. 

HOUSE = Bangunan fisik rumah.

Bagaimana kita bisa menjadikan Home anggota keluarga kita ada di House kita. 

Kalau kasus seperti putra bunda widia, maka perlu ditingkatkan bonding (ikatan) antara anak dan ibu.

~ Dekat dengan anak.
~ Mendengar cerita anak.
~ Menyentuh anak.
~ Memberi hadiah untuk anak.
~ Merasakan apa yang dirasakan anak.
~ Dan semua yang membuat ikatan kita dekat dengan anak. 
~ Buat anak nyaman di rumah.
~ Dan terakhir, doakan anak. Alloh ﷻ lah yang menggenggam hati anak kita. Maka kita langsung kontak ke Alloh ﷻ yang mampu membolak-balik hati anak kita.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Syukron Ustadzah juga moderator.

Bagaimana kalau seorang Imam itu tidak memberikan teladan?

🌸Jawab:
Bunda Cucu Cudliah yang dirahmati Alloh ﷻ...

Mendapatkan suami yang ‘sempurna’ adalah harapan setiap wanita. Namun, seringkali wanita mendapati suaminya tidak selalu sama dengan harapannya. 

Seorang istri yang baik, istri yang penuh cinta kepada suaminya, istri yang mengharapkan keluarganya menjadi sakinah mawaddah wa rahmah; ia tidak menyalahkan keadaan. Ia sadar kini ia telah menjadi istri. Ia pun sadar bahwa keluarganya adalah medan amal menuju surga. Maka ia membantu suaminya menjadi lebih baik. Ia tak bosan mengingatkan suaminya menjadi lebih dekat kepada Allah Azza wa Jalla. Ia memotivasi suaminya agar semangat beribadah.

“Orang yang lebih buruk dari suami yang buruk adalah istri yang membiarkan suaminya berakhlak buruk.”

Teruslah berdoa kepada agar Alloh ﷻ memperbaiki suaminya. Menjadi imamnya. Menjadi pemimpinnya di dunia dan menjadi pasangan abadi di surga.

Wanita yang baik, ia sadar bahwa Alloh ﷻ-lah Yang Maha Kuasa membolak-balikkan hati manusia. Maka sebagaimana doa Nabi yang sering dipanjatkan: Allahumma yaa muqallibal quluub, tsabbit quluubanaa ‘alaa diinik, maka ia pun berdoa dengan doa yang sama. Ia meminta kepada Alloh ﷻ agar menjadikan ia dan suaminya istiqamah di atas agama-Nya, ia memohon kepada Alloh ﷻ agar selalu membimbing suaminya, ia terus berdoa agar Alloh ﷻ memberi hidayah dan taufiq kepada suaminya.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Lia ~ Citayem
Afwan ustazah, ilmu disini ilmu yang seperti apa. Apa bisa dinilai seorang suami sudah  terlihat berilmu, tapi tidak memakainya. Lantaran rumah tangga itu sesuatu yang dianggap mudah tetapi banyak hal kecil jadi besar dan hal besar jadi kecil. Jadi ilmunya disini seperti apa? Afwan.

🌸Jawab:
Bunda Lia yang dirahmati Alloh ﷻ... 

Islam tidak membedakan ilmu dunia dan akhirat. Semua adalah ilmu Alloh ﷻ. 

Maka, milikilah semua ilmu yang memungkinkan bisa kita dapatkan.

Ilmu yang mendasar harus dipunyai, ada 3. Seperti hadis di bawah ini.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tabrani dari Ali bin Abi Thalib RA bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Didiklah anak-anakmu atas tiga hal: Mencintai Nabi mu, mencintai ahli baitnya dan membaca Al Qur'an.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣4️⃣ Zee ~ Kalsel
Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh Ustazah,

Ustazah bagaimana kalau anak tidak pernah merasakan ketentraman dan tidak mendapatkan ilmu juga dalam rumah tangga, yang anak dapatkan hanya melihat pertengkaran orang tua yang saling menyalahkan dan perilaku-perilaku orang tua yang memang tidak baik, dan apa anak perempuan wajib menafkahi orang tua di saat si anak harus memikirkan keperluan dirinya sendiri, masa depan nya sendri dan orang tua yang hanya berharap kepada anaknya?

Mohon pencerahan nya ustadzah 

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh

Ada tiga sebab, yang biasanya wanita di kalangan masyarakat Indonesia untuk memilih beraktivitas atau bekerja. Yaitu:

~ Karena ketidakmampuan kepala keluarga memberikan nafkah, contohnya karena sakit.
~ Kurangnya penghasilan.
~ Faktor kebiasaan wanita bekerja.

Secara hukum, seorang anak perempuan tidaklah berkewajiban untuk menafkahi orang tua dan adik-adiknya. Namun itu merupakan kewajiban dari kepala keluarga dan mahramnya yang laki-laki dewasa atau suami bagi yang telah menikah.

Adapun jikalau seorang perempuan bekerja dan memberikan penghasilannya kepada keluarganya, maka itu merupakan birrul walidain dan amal ibadah berupa sedekah untuk adik-adiknya.

Berapa dan sampai kapan ia memberikan nafkah pada orang tuanya? Ia memberikan nafkah secukupnya berupa makanan dan pakaian. Sedangkan untuk adik-adiknya, silahkan untuk dilatih sehingga ketika baligh sudah dapat mencari nafkah.

Jikalau kita mampu sedangkan adik-adik sedang dalam masa belajar agama di pondok, maka memberikan bantuan dan menafkahi kebutuhan mereka adalah sangat dianjurkan.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣5️⃣ Tia ~ Bandung
Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Ustadzah, bagaimana jika yang mengatur rumah tangga kita orang tua?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bunda Tia yang dirahmati Alloh ﷻ...

Ketika menikah, Bunda Tia dan pasangan sebagai orang dewasa seharusnya sudah memiliki wewenang penuh untuk mengatur rumah tangga sendiri. Namun kenyataannya, masih ada saja orang tua atau mertua yang kekeuh ikut campur mengurus rumah tangga anak-anaknya sampai menjadi pengambil keputusan. Jika ini yang sedang bunda Tia alami, Mungkin disini saya sampaikan sedikit cara untuk menghadapi orang tua yang suka ikut campur rumah tangga anak-anaknya.

(1) Satukan Suara Dengan Suami
Dalam pernikahan, Anda dan pasangan adalah satu kesatuan. Oleh karena itu, semua hal yang Anda berdua lakukan terutama dalam menghadapi orang tua harus satu suara. Artinya Anda dan pasangan harus lebih dulu menyepakati suatu hal secara bersama-sama tanpa ada pihak yang merasa keberatan.

Pertama-tama, tanyakan pada pasangan mengenai perasaannya ketika orang tua Anda atau orang tuanya terlalu ikut campur urusan rumah tangga berdua.

Setelah mengetahui perasaan masing-masing, diskusikan apa yang sekiranya bisa dilakukan untuk menghentikan hal ini. Anda dan pasangan perlu membuat batasan kira-kira mana hal yang boleh dicampuri dan mana yang tidak.

Diskusikan juga pada pasangan kira-kira bagaimana cara tepat menyampaikan batasan ini pada orang tua. Jangan sampai orang tua atau mertua merasa tersinggung hanya karena cara penyampaian yang kurang tepat.

Sebagai contoh:“Bu, aku dan istri udah sepakat untuk masukin anak ke sekolah negeri, bukan sekolah swasta seperti yang ibu mau. Pertimbangannya karena kita merasa… Tapi, nanti kita akan tetap coba mendaftarkan anak ke sekolah pilihan ibu, kok.”

Ketika Anda dan pasangan sudah kompak satu suara, tidak ada lagi alasan untuk orang tua memaksa kehendaknya.

(2) Dekatkan Diri Pada Orang Tua Atau Mertua
Ketika Anda sudah keki melihat orang tua suka ikut campur urusan rumah tangga anaknya, jangan justru menjauhinya.

Anda mungkin merasa menjauhi orang tua bisa membuat mereka berhenti ikut campur. Akan tetapi, hal ini malah akan membuat hubungan Anda dengan mereka merenggang. Sebaliknya, Anda perlu terus berusaha mengakrabkan diri.

Kenali karakter orang tua dan mertua Anda lebih jauh. Dengan mengenal mereka lebih dalam, Anda akan menemukan celah bagaimana cara tepat untuk menghadapinya. Selain itu, ketika Anda lebih dekat dengan mertua dan orang tua, Anda akan lebih mudah memberikan pengertian padanya.

Kedekatan ini perlu terus dibangun untuk menunjukkan bahwa Anda peduli dan menyayanginya. Di lain sisi, beri pengertian pada mereka bahwa Anda ingin menjalani rumah tangga dengan usaha sendiri.

Katakan juga bukan berarti Anda tidak sopan tetapi lebih pada ingin belajar berumah tangga bersama pasangan. Katakan pada orang tua bahwa Anda akan meminta bantuan jika memang memerlukannya.

(3) Kendalikan Emosi Di Depan Orang Tua
Sangat wajar jika Anda merasa kesal saat orang tua atau mertua Anda selalu ikut campur urusan rumah tangga. Apalagi jika sudah menyangkut pola asuh anak. Akan tetapi, Anda tetap harus menahan diri untuk tidak meluapkan emosi di depan orang tua atau mertua.

Lalu, bagaimana cara meredam emosi yang tak tertahankan? Ingat saja bahwa apa yang dikatakan oleh orang tua atau mertua Anda hanyalah pendapat alias masukan. Artinya, tidak semua yang mereka katakan harus selalu dituruti. Ingat, Anda dan pasangan lah “BINTANG UTAMA” dalam rumah tangga sendiri. Anda berdua lah yang paling tahu baik buruknya satu sama lain.

Jadi, jangan terlalu mengambil pusing tentang apa kata orang tua atau mertua Anda. Di sisi lain, Anda juga perlu memiliki argumen yang kuat dan masuk akal untuk “menolak” apa yang mertua atau orang tua Anda sarankan jika tidak sesuai.

Pasalnya, salah satu alasan turut campurnya orang tua dalam rumah tangga anak karena mereka merasa tahu mana yang terbaik. Dengan argumen yang jelas dan berdasar, orang tua tidak akan memaksa Anda untuk mengikuti apa yang menurutnya benar.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣6️⃣ Evi ~ Jakarta 
Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh Ustadzah,

1. Baiti Jannati rumah sebagai tempat berteduh bagus hati dan perasaan kita jikalau kita tinggal di rumah suami dengan anggota keluarga suami seperti ayah ibu dan adiknya. Bagaimana kita bisa memanage hati dan perasaan kita, sebab akan ada rasa canggung dengan orang baru meskipun dia sudah menjadi bagian keluarga kita?

2. Bagaimana seharusnya peran ayah dan ibu untuk anak-anak ketika mereka butuh sosok yang bisa mendidik memberikan ilmu tapi ayah ibu sibuk bekerja?

🌸Jawab:
1. Bunda evi yang dirahmati Alloh ﷻ...

Terkadang, beberapa keadaan memaksa kita harus hidup bersama mertua. Walaupun bukan keadaan ideal yang diinginkan, tapi kondisi ini harus dijalani dengan ikhlas.

Di bawah ini, Mungkin sedikit tips yang bisa membantu bunda untuk hidup nyaman di rumah mertua.

(1) Menghargai Mertua
Orang yang berusia lebih tua cenderung untuk dihormati. Jika ada kebiasaan yang kurang berkenan, jangan tegur secara langsung. Gunakan cara yang lebih halus. Apresiasi hal kecil yang mereka lakukan untuk Anda dan keluarga.

(2) Santai Dan Full Senyum
Tidak harus selalu bersikap manis. Sewajarnya saja. Tapi, tidak ada gunanya juga memasang muka cemberut. Meski hati mendidih, coba tetap kalem. Jika ada masalah dengan mertua, tahan beberapa waktu, lalu bicarakan tanpa meninggikan suara dan merendahkan mereka.

(3) Jangan Suka Berburuk Sangka
Pikiran negatif melahirkan sikap negatif. Itu benar. Karena itu, cobalah selalu berpikir positif, maka akan selalu hadir segala yang positif dalam hubungan Anda bersama mertua. Hidup bersama mertua juga bermanfaat. Misalnya, jika Anda bekerja, ibu mertua bisa membantu memasak atau setidaknya mengawasi gizi makanan yang dibuat ART untuk anak-anak Anda. Ayah mertua mungkin bisa membantu antar jemput anak sekolah.

Dan masih banyak tips yang lainnya.

2. Tidak ada salahnya menjadi orang tua yang sibuk bekerja. Selain untuk memenuhi kebutuhan sang anak, bekerja juga merupakan bentuk aktualisasi potensi diri. Meskipun begitu, orang tua yang sibuk bekerja bukan berarti lantas lalai dengan urusan keluarga, terutama anak. Di satu sisi, anak adalah titipan dari Yang Maha Kuasa untuk dididik dan dijaga. Di sisi yang lain, kehadiran orang tua sangat penting untuk tumbuh kembang sang anak.

Orang tua yang sibuk bekerja di luar rumah hingga tak mempunyai banyak waktu bersama anak dapat membuat sang anak mengalami stres mental. Tanpa disadari, mungkin orang tua pernah tidak menanggapi anak ketika anak sedang bertanya atau bercerita. Padahal hal itu dapat melukai hati sang anak.

Sibuk bekerja bukan berarti orang tua harus menggadaikan kebersamaan dengan anak. Orang tua harus pandai membagi waktu antara pekerjaan dengan aktivitas bersama anak. Ada beberapa tips untuk orang tua yang sibuk bekerja agar tetap dekat dengan anak.

✓ Pertama, buat jadwal. Orang tua perlu membuat jadwal untuk membagi waktu antara pekerjaan dengan aktivitas bersama anak. Tentukan, misalnya, dalam sehari berapa jam ayah dan ibu harus menghabiskan waktunya bersama anak.

✓ Kedua, menjaga komunikasi. Orang tua dapat bertanya, mendengarkan, dan menanggapi setiap cerita yang disampaikan anak. Hal ini menjadi sangat penting sebagai bentuk rasa kepedulian dan kedekatan orang tua dengan anak, sehingga anak dapat merasakan kehadiran orang tuanya.

✓ Ketiga, membuat agenda rutinitas. Sebagai contoh, sebelum berangkat bekerja, orang tua bisa melakukan aktivitas sarapan bersama, dan ketika libur kerja melakukan olahraga bersama anak, atau bisa mengajaknya memasak. Contoh simpel tersebut dapat membangun kedekatan antara orang tua dengan anak, meskipun masing-masing mempunyai kesibukan.

✓ Keempat, memanfaatkan waktu luang. Urusan pekerjaan sebaiknya dilakukan ketika di kantor saja, sehingga ketika di rumah, waktu benar-benar bisa dilimpahkan untuk bersama anak sepenuhnya. Ketika di rumah jangan sibuk dengan bermain gadget sehingga anak menjadi terabaikan.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

BAITI JANNATI, Rumahku, Surga Kecil Dalam Naungan Cinta-Nya

Menjadi penting bagi kita untuk melihat                                                    BAGAIMANA SEBENARNYA VISI KITA DALAM BERKELUARGA.

Pastikan VISI KELUARGA kita adalah :

SEMUA MASUK SURGA dan Tidak ada satu pun anggota keluarga tersentuh api neraka.

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar