Minggu, 31 Juli 2022

BELAJAR DARI KELUARGA IBRAHIM


OLeH: Ustadz Abah Kaspin Nur

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 BELAJAR DARI KELUARGA IBRAHIM

”Pelajaran apakah yang bisa kita ambil dari contoh keluarga Ibrahim AS bagi kehidupan berkeluarga kita saat ini?” Subhanallah, tentu kita akan menemukan begitu  banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya.

~ Pertama, sosok Nabi Ibrahim sebagai seorang suami dan ayah yang mampu mendidik keluarganya (anak dan isteri) sehingga menjadi orang-orang yang ridha dan taat pada perintah Alloh ﷻ semata. Hal ini nampak pada perbincangan Nabi Ibrahim dengan putra beliau, Isma’il;

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, Ibrahim berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelih mu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’ Dia (Isma’il) menjawab. ’Wahai Ayahku! lakukanlah apa yang diperintahkan (Alloh ﷻ) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang  yang sabar.’ (TQS. Ash-Shaffat : 102)

Lalu, adakah sesuatu yang seharusnya bisa kita contoh kenapa Isma’il, seorang anak yang masih belia rela menyerahkan jiwanya? Dan bagaimanakah Isma’il mampu memiliki kepatuhan yang begitu tinggi? Rupanya, untuk itu Ibrahim senantiasa berdoa memohon kepada Alloh ﷻ untuk dianugerahi anak yang shalih;

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang shalih.” (TQS. Ash-Shaffat: 100)

Maka Alloh ﷻ pun mengabulkan doanya;

“Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Isma’il).” (TQS. Ash-Shaffat : 101)

Inilah rahasia kepatuhan Isma’il meskipun masih belia ia ikhlas dan sabar menerima apa yang telah Alloh ﷻ perintahkan kepada bapaknya. Semua ini tentu tidak lepas dari peran serta orang tuanya dalam proses bimbingan dan pendidikan yang senantiasa diliputi kasih sayang, kesabaran dan ketaatan hanya kepada Alloh ﷻ semata.

Demikian pula Nabi Ibrahim telah berhasil mendidik istrinya, Hajar sebagai seorang wanita yang yakin pada janji Alloh ﷻ. Wanita yang patuh dan taat kepada suami semata-mata karena kecintaannya kepada Alloh ﷻ, bukan yang lain. Maka tatkala telah pasti bahwa perintah untuk meninggalkan dia dan anaknya di gurun pasir yang gersang adalah perintah Alloh ﷻ, dia ridho dan yakin.

“Apakah Alloh ﷻ yang memerintahkan hal ini kepadamu?” Ibrahim menjawab, “Ya” Hajar berkata, “Kalau begitu Alloh ﷻ tidak akan menyia-nyiakan kami.” (HR. Bukhari)

~ Kedua, sosok isteri sholihah yang ada pada diri Hajar. Hajar, dialah wanita yang diberikan kepada Ibrahim dari pembesar Mesir. Ibrahim pun menikahinya. Hajar adalah seorang istri yang taat dan patuh pada suaminya. Kewajiban taat seorang istri kepada suami di sini tentu bukanlah ketaatan yang buta.

Ketaatan tersebut semata dalam rangka ketaatannya pada perintah Alloh ﷻ. Inilah yang akan meringankan dan melapangkan istri ketika melaksanakan perintah suami, seberat apapun perintah suaminya tersebut. Istri shalihah yakin bahwa dalam memenuhi perintah Alloh ﷻ pasti ada jaminan kemaslahatan dan pahala dari-Nya. Di mana Alloh ﷻ pasti tidak akan menyia-nyiakannya.

~ Ketiga, keluarga Ibrahim adalah gambaran sebuah keluarga yang solid dan komit terhadap perintah Alloh ﷻ. Memiliki visi dan misi hidup yang jelas, semata untuk ibadah kepada Alloh ﷻ dengan segala perintah dan aturan yang telah Alloh ﷻ turunkan. (TQS. Al-An’am: 162).

Sungguh, bangunan keluarga muslim yang kokoh akan terwujud jika ditopang oleh sosok ayah atau suami yang mampu menjadi pemimpin (qowwam) bagi anak dan istrinya; hadirnya isteri shalihah yang akan menjadi pendamping dan pendukung perjuangan suami serta pendidik putra-putri tercinta; serta anak-anak yang shalih yang menyenangkan hati kedua orang tuanya semata-mata karena ketaatannya pada perintah Rabb-Nya.

✓ Kekuatan Iman Membentuk Keluarga Idaman

Ketaatan total kepada Alloh ﷻ yang dibuktikan oleh keluarga Nabi Ibrahim adalah wujud dari keimanan yang kokoh. Hal ini nampak jelas dalam perbincangan antara Nabi Ibrahim dengan isterinya maupun dengan putranya (Ismail), bahwa semuanya senantiasa memastikan “Apakah ini perintah Allah?” Inilah kekuatan keimanan yang lahir dari akidahnya. (TQS. Ash-Shaffat:111).

Iman yang kuat bukan hanya tersimpan dalam hati. Tapi, iman tersebut akan mampu mendorong untuk senantiasa tunduk terhadap ketetapan yang telah di imaninya serta mematuhi setiap yang diperintahkan-Nya. Keimanan yang melahirkan ketaatan dan keridhaan (sami’na wa ‘atho’na). Dan ketaatan yang melahirkan anugerah; ditebusnya Isma’il dengan seekor domba. Ibrahim pun dijadikan pujian di kalangan orang-orang kemudian, dan dilimpahi kesejahteraan. (TQS. Ash-Shaaffat: 107-110).

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Syukron Ustadz juga moderator.

Bagaimana cara menerapkan kepada keluarga kita atau anak didik kita tentang pendidikan Nabi Ibrahim 'alaihissalaam kepada keluarganya?

Syukron

🌸 Jawab:
Bunda Cucu yang baik
Caranya: 
~ Doakan.
~ Berikan teladan.
~ Makan makanan yang halal dan thoyib.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Evi ~ Jakarta 
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

1. Seperti yang telah dipaparkan anak yang mempunyai sifat ikhlas dan sabar tidak lepas dari peran serta orang tua membimbing dan memberikan pendidikan yang meliputi kasih sayang kesabaran dan ketaatan hanya semata-mata pada Alloh ﷻ, namun jika orang tua kita memberikan contoh yang jauh dari Alloh ﷻ bagaimana seharusnya kita bersikap?

2. Bagaimana cara memupuk sifat sabar dan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anak yang masih berusia 8 tahun dimana lingkungan sekitarnya kurang mendukung seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya yang tinggal di pemukiman padat penduduk? 

Terima kasih banyak untuk jawabannya. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

🌸 Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh

1. Bunda Evi yang baik, tetap sayang sama orang tua, terus berbuat baik dan tetaplah menjadi baik.

2. Ceritakan hal-hal yang demikian seperti kisah atau dongeng yang baik.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Tia ~ Bandung
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Ustadz, dari poin ke 2 di atas istri yang taat dan patuh pada suaminya.
Bagaimana kalau kita harus taat dan patuh pada suami yang menyimpang dari ajaran Islam semisal masih suka membakar menyan dan menyediakan sesaji untuk para leluhur? Karena suami ikut jejak ibunya.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh

Bunda Tia yang baik,
Fir'aun itu bukan hanya menyimpang tapi juga dzalim tapi istrinya Asiah tetap Sholehah.

Jadi? Ya taat saja sama suami. Karena suami Bunda Tia masih jauh lebih baik.

🔹Dan bakar menyan di wadah beras katanya untuk kersa nyai biar berasnya tidak cepet habis.

Goreng tahu tempe untuk menghadiahi bapak kakek yang sudah meninggal.

Jadi kita harus mengikuti yang dikerjakan suami ya, Tadz?

🌸Ya taat saja sama suami. Masalah keyakinan seperti itu kan Bu Tia tidak yakin, artinya mengingkari dalam hati.

🔹Iya, Ustadz, terima kasih.

🌸Sama-sama
Tetap semangat ya, Bund,  komunikasi yang baik dengan suami, pelan-pelan berikan pemahaman.

🔹Nggih ustadz, dengan jawaban ustadz yang singkat dan jelas jadi kami tidak perlu ribut-ribut hanya hal sepele seperti ini.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Coba direnungkan kembali bahwa kadang masalah-masalah yang terjadi di dunia maya ataupun dunia nyata adalah "aku lebih baik daripada dia" sehingga menjadi saya benar dia salah, kami benar mereka salah, kami surga mereka neraka dan selebihnya adalah perebutan sumber daya dunia tahta dan harta.

Perhatikan dalam hubungan anak, orang tua, sesama profesi, antar organisasi bahkan antar agama. Pandanglah orang lain dengan pandangan kasih sayang.
Ituh!

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar