Minggu, 31 Juli 2022

IBADAH HAJI DAN KETAATAN HAKIKI


OLeH: Ustadzah Tely Herliyani

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸IBADAH HAJI DAN KETAATAN HAKIKI

Idul adha, adalah hari raya yang penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. Di Tanah Suci, jutaan saudara kita berkumpul menunaikan ibadah haji. Membesarkan asma Alloh ﷻ dan mengharapkan ridha-Nya. Mereka dimuliakan sebagai duta-duta Alloh ﷻ. Mereka berhak mendapatkan kedudukan mulia di sisi-Nya,

الحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللهِ، دَعَاهُمْ فَأَجَابُوْهُ، سَأَلُوْهُ فَأَعْطَاهُمْ

“Sungguh para jemaah haji dan para jemaah umrah adalah para duta Alloh ﷻ. Alloh ﷻ telah memanggil mereka. Lalu mereka memenuhi panggilan-Nya. Mereka memohon kepada Alloh ﷻ. Lalu Alloh ﷻ mengabulkan permohonan mereka.” (HR. Ibnu Majah)

◼️Simbol Persatuan

Sadarkah kita bahwa pelaksanaan ibadah haji dan Idul adha mempersatukan umat ini. Di Padang Arafah, Mina, dan di Muzdalifah, juga di depan Ka’bah, antara Shafa dan Marwah, jutaan muslim dari berbagai penjuru dunia berkumpul. Mereka berasal dari ragam suku bangsa, warna kulit, dan bahasa. Mereka menyatu mempersembahkan ketaatan total kepada Alloh ﷻ dalam ibadah haji.

Di tempat lain, miliaran kaum muslim juga berkumpul bersama merayakan Idul adha. Mereka menunaikan shalat id, lalu berkurban dan mengumandangkan kalimat takbir hingga hari tasyrik usai.

Betapa indah persatuan dan persaudaraan ini. Kita diikat bukan karena suku bangsa, bahasa, atau warna kulit. Kita diikat oleh akidah Islam. Akidah inilah yang menghapuskan sekat-sekat perbedaan suku bangsa, warna kulit, dan bahasa. Akidah ini pula yang menyingkirkan perbedaan kasta dan status sosial, lalu membuat manusia setara di hadapan Alloh ﷻ Yang Maha Pencipta.

Bayangkan pula betapa dahsyatnya kekuatan umat ini bila mereka bersatu. Ada 1,9 miliar muslim di dunia. Tentu dengan ragam potensi dan keunggulan sumber daya alam mereka.

Andai kaum muslim di seluruh dunia dapat bersatu, pasti mereka akan kembali menjadi umat yang disegani oleh berbagai bangsa di seluruh dunia. Mereka akan menjadi kekuatan yang menentukan arah dunia. Mereka akan mampu menciptakan tatanan kehidupan manusia yang berkeadilan dan beradab.

Kaum muslim telah Alloh ﷻ tetapkan sebagai umat terbaik, sebagaimana firman-Nya,

كُنتُم خَيرَ أُمَّةٍ أُخرِجَت لِلنَّاسِ تَأمُرُونَ بِٱلمَعرُوفِ وَتَنهَونَ عَنِ ٱلمُنكَرِ وَتُؤمِنُونَ بِٱللَّهِ

“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf nahi mungkar, dan mengimani Alloh ﷻ.” (QS. Ali Imran: 110)

Namun, pada kenyataannya, hari ini kaum muslim menjadi umat yang terpinggirkan di berbagai belahan dunia. Sebabnya, karena mereka tidak bersatu. Mereka hanya merasakan persatuan semu, seperti ketika melaksanakan Idul Adha atau melaksanakan ibadah haji. Usai peribadatan ini, umat kembali tercerai-berai. Mereka bahkan saling memfitnah. Sebagian mereka bahkan memerangi saudaranya yang lain. Mereka seperti tidak pernah bersaudara.

Dari sudut lain, kita menyaksikan sebagian muslim justru berangkulan dengan orang-orang fasik, bahkan dengan kaum kafir imperialis, yang telah menyebabkan umat menderita. Hal itu mereka lakukan justru ketika tangan mereka tidak mau terbuka menyambut saudara seiman dengan alasan perbedaan mazhab dan golongan. Seolah hilang ingatan, sampai lupa siapa saudara dan siapa kaum durjana. Mereka sibuk mengungkit-ungkit terus perbedaan, lalu saling mencaci-maki saudara seiman. Mereka seolah lupa dengan firman Alloh ﷻ,

مُّحَمَّد رَّسُولُ ٱللَّهِ , وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّاءُ عَلَى ٱلكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَينَهُم

“Muhammad adalah utusan Alloh ﷻ dan orang-orang yang bersama dia itu keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang kepada sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29)

Karena itu pada momen seperti inilah semestinya kita menguatkan kembali makna persatuan umat dalam jalinan kukuh ukhuwah islamiah. Umat ini harus kembali bersatu. Laksana satu bangunan yang kukuh. Tidak tercerai-berai. Alloh ﷻ berfirman,

وَٱعتَصِمُواْ بِحَبلِ ٱللَّهِ جَمِيعا وَلاَ تَفَرَّقُواْ

“Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Alloh ﷻ dan janganlah kalian bercerai-berai.” (QS. Ali Imran: 103)

Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ‏

“Sungguh mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti sebuah bangunan. Sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” (HR. Al-Bukhari)

◼️Ketaatan Hakiki

Selain simbol persatuan kaum muslim sedunia, ibadah haji dan kurban adalah bagian dari perwujudan ketaatan pada hukum-hukum Alloh ﷻ. Bila seorang hamba rela mengorbankan hartanya demi menempuh perjalanan ibadah haji dan melakukan kurban, maka seharusnya ia juga siap mengorbankan segalanya untuk taat pada syariat Alloh ﷻ secara kafah (total). Demikian sebagaimana perintah-Nya,

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدخُلُواْ فِي ٱلسِّلمِ كَافَّة , وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيطَٰنِ . إِنَّهُۥ لَكُم عَدُوّ مُّبِين

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Setiap Idul adha kita diajari ketaatan luar biasa keluarga Nabi Ibrahim as. dalam melaksanakan perintah Alloh ﷻ. Tanpa ragu Nabi Ibrahim as. mengerjakan perintah penyembelihan putranya, Nabi Ismail as. Nabi Ibrahim mengorbankan putra kesayangannya, sedangkan Nabi Ismail mengorbankan hidupnya. Keduanya dengan penuh keyakinan mengerjakan perintah Alloh ﷻ. Pada akhirnya Alloh ﷻ menolong dan memberikan kemenangan kepada mereka berdua.

Demikianlah seharusnya sikap seorang hamba terhadap perintah dan larangan Alloh ﷻ. Bukan menawar, meragukan atau mencari aturan selain hukum Alloh ﷻ. Sikap menyelisihi hukum Alloh ﷻ karena tunduk pada hawa nafsu justru akan mendatangkan kebinasaan, bukan keselamatan. (Lihat: QS. Al-Mu’minun: 71).

Ada muslim yang begitu khusyuk ketika menjalankan perintah sholat, pemurah dalam bersedekah, ringan tangan menolong orang, bibirnya senantiasa basah dengan dzikir dan selawat. Namun, ketika diserukan melaksanakan hukum jinayah, hukum muamalah, apalagi berhukum dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat dengan menggunakan syariat Alloh ﷻ, mereka menjadi ragu; bahkan tidak sedikit yang menolak.

Di antara alasan penolakan tersebut adalah karena masyarakat hari ini sudah dibangun berdasarkan kesepakatan bersama. Hal ini menjadi pertanyaan: Sejak kapan kesepakatan manusia bisa menyingkirkan ayat-ayat Alloh ﷻ dan sunah Nabi-Nya atau menghapus syariat-Nya? Bukankah Alloh ﷻ telah berfirman,

وَإِن تُطِع أَكثَرَ مَن فِي ٱلأَرضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ . إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ ٱلظَّنَّ وَإِن هُم إِلاَّ يَخرُصُونَ

“Jika kalian menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Alloh ﷻ. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Alloh ﷻ).” (QS. Al-An’am: 116)

Bercermin pada ketundukan mereka, kita patut bertanya: Sudahkah kita memiliki ketaatan total kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya? Tunduk dan patuh pada setiap perintah dan larangan-Nya? Ataukah sebaliknya, kita hanya mau tunduk pada sebagian syariat-Nya, tetapi menolak sebagian yang lain? Apakah kita tidak tahu bahwa mengimani sebagian syariat-Nya dan mengingkari sebagian lainnya dapat mengantarkan pelakunya pada kekufuran, mendapatkan kehinaan di dunia, dan siksa yang pedih di akhirat? (Lihat: QS. An-Nisa’: 150-151).

Oleh karena itu, mari teguhkan iman kita pada agama Alloh ﷻ. Mari kita tundukkan diri kita dengan sebenar-benarnya pada syariat-Nya. Itulah bukti nyata iman kita kepada Alloh ﷻ, yang akan menyelamatkan kehidupan kita di dunia maupun di akhirat.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Syukron Ustadzah juga moderator.

Bagaimana dengan fenomena setelah Idul Adha manusia itu seperti terlihat masing-masing?

🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...
Akhwati Fillah rahimakumullah, jika kita perhatikan berbagai ikatan yang mengikat hubungan diantara manusia di dunia ini, ada tiga.

✓ Pertama, ikatan kesukuan. Ikatan ini akan muncul ketika mereka merasa ada persamaan adat kebiasaannya, sukunya. Ikatan ini sangat lemah, karena jika tidak satu suku bahkan berbeda kasta maka tidak akan bersatu.

✓ Kedua, ikatan maslahat. Ikatan ini muncul jika ada kemaslahatan bersama. Misal, membangun jembatan, atau seperti Idul Adha kemarin. Dan ikatan ini juga lemah karena akan lepas lagi ikatannya ketika maslahatnya sudah selesai.

✓ Ketiga, ikatan Akidah. Ikatan ini muncul dari keyakinan yang sama. Sehingga memiliki visi dan misi yang sama. Tapi tidak semua ikatan akidah ini shohih. Tergantung kepada akidah apa yang diemban. Apakah sosialis, kapitalis ataukah Islam.

Jika ikatannya berdasarkan kepada akidah Islam, menjadikan Islam sebagai standar dalam setiap aktivitas kehidupannya dan menjadikan Islam sebagai solusi dalam setiap permasalahan kehidupan, insyaAllah akan menjadi pengikat yang kuat. 

Hari ini, aturan Islam banyak yang dicampakkan. Sehingga suatu hal yang wajar jika kaum muslimin hari ini tercerai berai bahkan terpinggirkan dan tertindas.

Jadi, kalau kita ingin bersatu, harus menjadikan akidah Islam sebagai pemersatu umat.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Atin ~ Pekalongan
Bagaimana jika melihat daftar tunggu haji yang begitu lama sampai puluhan tahun. 
Ini pertanda kesadaran yang semakin tinggi, kemakmuran yang meningkat atau justru euforia belaka? 

Bagaimana dengan isu jual beli kuota agar bisa berangkat haji lebih awal?

🌸Jawab:
Kalau kita perhatikan fakta yang terjadi hari ini di negeri kita tercinta begitu carut marut. Dari sisi ekonomi dengan kebijakan-kebijakan yang mencekik dan menyengsarakan rakyat. Kebijakan harga minyak goreng, kenaikan harga BBM, sampai harga kebutuhan pokok lainnya. Di bidang pendidikan, generasi yang dihasilkan adalah generasi yang serba bebas, sampai diranah pemerintah pun, dipenuhi oleh para koruptor. Alih-alih mengurus rakyat, malah menyengsarakan rakyat. Sampai dana haji para jama'ah saja terpakai 13 Trilyun.

Inilah fakta yang terjadi di negeri ini. Jadi, itulah kenapa keberangkatan jama'ah haji tertunda begitu lama. Karena uang yang sudah terkumpul entah kemana larinya. Sehingga, pemerintah tidak bisa memberangkatkan jemaah haji dalam waktu dekat karena harus mencari dulu gantinya uang yang terpakai itu.

Bahkan beberapa waktu lalu wapres meminta agar para jama'ah haji yang gagal berangkat, mensedekahkan dana hajinya untuk negara.

Wallahu a’lam bishawab

🔸Sediiih yaa, kalau yang mampu, anaknya dari bayi bisa didaftarkan dari sekarang.

Tapi kalau yang tidak mampu, subhanallah... Saya saja mikir ustadzah, belum daftar, umur sudah baya.

Bisa berangkat tidak ya...

🔹Bayi belum bisa, umur 12 tahun yang boleh daftar tambah masa antri 30 tahun jadi 42 tahun, apalah.

🔸Naah kan, bun.
Rasanya sudah pasrah saja.

Padahal ingin sekali haji, sekali seumur hidup saja sudah bahagia sekali.

🔹Temanku bilang rajin berdoa, minta sama Alloh ﷻ semoga bisa berangkat dengan caranya Alloh ﷻ. Aamiin...ya Allah ya Robbal a'lamiin...

🔸Memang itu bentuk pasrah tadi, Bun

Cuma campur tangan Alloh ﷻ langsung ya, bunda ikhtiarnya ya doa dan bersiap diri kalau memang rezeki, tahu-tahu ada jalan saja, entah bagaimana.

🌸Benar, kekuatan doa untuk mengetuk pintu langit harus kencang sekali. 

Tapi selain itu, kita diminta sama Alloh ﷻ untuk berupaya melakukan perubahan, sebagaimana firman-Nya.

“Sesungguhnya Alloh ﷻ tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. 13 : 11)

Maka jika kita ingin ada perubahan, harus ada upaya untuk mengembalikan tatanan hidup ini kepada Islam. Karena hanya sistem Islam lah yang akan membawa kepada kesejahteraan dan keberkahan di dunia dan akhirat.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Ya itu bund, bagiamana kita sebagai ummat yang kadang dak habis pikir juga dengan para ustadz-ustadz dan oknum pejabat yang merasa benar dengan apa yang dilakukan tapi kenyataan malah menyakiti ummat Islam sendiri. Misal, gereja di jagain tapi Ustadz yang mengadakan kajian di Masjid malah di bubarin dengan alasan yang tidak masuk akal kadang.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Alloh ﷻ berfirman,

وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka..." (QS. Al-Baqarah: 120)

Alloh ﷻ telah mengingatkan kita semua bahwa orang-orang kafir akan terus berupaya untuk menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Lewat penghancuran pemikiran umat Islam, menyusupkan ide-ide sesatnya, mereka berhasil merusak kaum muslimin. Dengan ide toleransinya, ide Islam moderat, Islam Nusantara, dan lain-lain, mereka berhasil merusak akidah kaum muslimin.

Sementara disisi yang lain umat Islam yang ingin menjalankan Islam Kaffah karena keimanan nya kepada Alloh ﷻ, dianggap radikal, ekstrimis, fundamentalis, dan lain-lain sehingga tidak sedikit kaum muslimin yang takut dengan keIslamannya.

Itulah kenapa, hari ini kondisinya seperti ini.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣4️⃣ Ridha ~ Bekasi
Ustadzah, sahabat yang bagaimana bisa jadi syafaat diakhirat kelak?

🌸Jawab:
Yang bisa mendapatkan syafaat di akhirat kelak adalah orang-orang yang taat kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya. Jadi, sahabat yang bisa jadi syafaat diakhirat kelak adalah sahabat yang taat kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya dan selalu mengajak kepada ketaatan.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Akhwati Fillah rahimakumullah... 

Dari peristiwa Idul Adha ini seharusnya banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil. Persatuan, pengorbanan dan yang lebih lagi adalah ketaatan kita kepada Alloh ﷻ.

Sejatinya ketaatan kepada Alloh ﷻ itu bukan hanya saat Idul Adha saja, tapi ketaatan dari bebagai aspek. Ketika Alloh ﷻ dan Rasul-Nya sudah menetapkan suatu hukum, maka kita seharusnya mendengar dan mentaati. 

Mudah-mudahan kita di istiqomahkan dalam Islam.

Itu mungkin yang bisa saya sampaikan pada kesempatan malam ini. Mudah-mudahan apa yang kita diskusikan malam ini menjadi ilmu yang bermanfaat.

Saya mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.
Saya undur pamit.
Billaahi fii sabiililhaq, 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar