Senin, 28 Februari 2022

MULAI PUDARNYA JATI DIRI MUSLIM

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🔷MULAI PUDARNYA JATI DIRI MUSLIM

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh sholehah...

Segala puji hanya untuk Alloh ﷻ yang telah memberi cahaya iman Islam kedalam jiwa kita, yang akan membawa keselamatan diakhirat kelak. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah ﷺ, keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Sahabat-sahabatku... 

Dari sekian banyak kekhawatiran-kekhawatiran terhadap Muslim, krisis generasi menjadi kekhawatiran terbesar. Generasi terancam kehilangan jati diri. Salah satunya hilangnya identitas “budaya asal” yang positif seperti sopan santun, hormat orang tua, gotong royong dan kebersamaan, dan lain-lain.

Tapi yang terpenting dari semua itu adalah hilangnya jati diri yang paling mendasar sebagai manusia. Yaitu iman dan Islam yang menjadi modal atau fondasi kehidupannya.
Bahkan meninggalkan keyakinannya sebagai orang-orang Muslim. 

Pada masa lalu, umat Islam bisa menjadi pelopor peradaban dunia. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa tokoh muslim yang memegang peran di dalam roda perkembangan dunia.

Selama beberapa abad menjadi umat yang paling teguh dalam berpegang pada agama, paling luhur akhlaknya dan paling sempurna kebudayaannya. Semua keunggulan itu menjadikan mereka sebagai pemimpin dunia dengan wawasan yang luas dalam bidang politik, sosial dan pemikiran.

Hal ini terjadi karena mereka menjalankan syariat dengan keluhuran akhlak dan rasionalitas yang matang, sehingga mereka bisa mengungguli umat lainnya. Pada akhir-akhir ini, umat Islam telah mengalami krisis yang menyerang banyak sendi kehidupan. Terbelenggu dalam kebodohan dan kemiskinan, dekadensi moral dan hedonisme yang merupakan sikap hanya untuk memuaskan syahwat jasmani. Kondisi ini terjadi karena mereka makin menjauh dari nilai-nilai Islam.

Fakta-fakta "kemunduran" atau bisa dikatakan sebagai kelemahan adalah sebagai berikut:

◼️1. Kehilangan identitas (personality). Tahap ini merupakan tahapan tidak tahu identitas dirinya sebagai seorang muslim. Dikisahkan Ada seorang pemuda beragama Islam ditanyakan, "Rukun Iman ada berapa?" Dijawab oleh pemuda itu, "5 apa 7 ya."

Sebagai orang yang beragama Islam harus sudah faham tentang Rukun Iman dan Rukun Islam. Kehilangan identitas ini sejalan dengan makin jauhnya seorang muslim dengan ajarannya. Ini laksana ikan yang jauh dari air, ikan sebagai seorang muslim dan air adalah ajarannya. Ikan akan mengalami kesulitan hanya untuk hidup, apalagi ingin berkembang pasti tidak bisa. Hal ini sudah merupakan penyimpangan dari tujuan yang hendak dicapai. Adapun yang paling berbahaya adalah "kehilangan arah."

◼️2. Lupa diri. Sesuai firman Alloh ﷻ, "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh ﷻ, lalu Alloh ﷻ menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri." ( QS. al-Hasyr: 19 )

Kita jumpai beberapa kejadian di masyarakat, di mana diperlihatkan ada beberapa elite muslim yang mempunyai kecenderungan mengikuti arah angin, bisa ke kanan atau ke kiri, ke arah timur atau ke barat. Mereka telah menjauh dari jalan orang-orang yang diberi nikmat Alloh ﷻ.

Ini merupakan akibat melupakan Alloh ﷻ, tidak menyuruh berbuat kebaikan dan tidak mencegah dari yang munkar. Bahwa Alloh ﷻ sudah mengingatkan untuk bersatu pada umatnya, namun fakta saat ini mereka terpecah belah seperti menghadapi persoalan agresi Israel pada Palestina. Firman Alloh ﷻ, "Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku." (QS. al-Anbiya' : 92 ).

Terpecahnya saat ini salah satu penyebabnya ada "ketergantungan" pada pihak tertentu.

Ketergantungan ini menunjukkan adanya kelemahan belum ketemu solusinya atau bisa juga karena kemalasan mencari jalan keluar. Coba kita simak pernyataan Amirul Mukminin Umar bin Khathab, "Awalnya kami adalah kaum yang paling hina, kemudian Alloh ﷻ memuliakan kami dengan agama Islam. Kendatipun kita senantiasa mencari kemuliaan, namun tanpa agama Islam Alloh ﷻ akan tetap membuat kita hina dina!"

◼️3. Menjadi yang terbelakang. Dalam kemajuan zaman saat ini yang ditunjukkan dengan inovasi teknologi dan lain lain, pada umumnya para penemu bukan dari umat Islam. Umat Islam tidak lagi dapat mengungguli umat-umat lainnya dalam menegakkan kehidupan perekonomian dan militer. Produksi pangan yang menjadi sandaran kehidupan, umat ini belum bisa memenuhinya. Adapun untuk menjaga kedaulatannya, sebagian besar negara berbasis Islam belum mampu memproduksi alat militernya. Bukan bermaksud mengagungkan kejayaan masa lampau, namun fakta bahwa ummat Islam pernah menjadi "pencerah dunia" pada masa abad pertengahan.

◼️4. Kemampuan yang ada, belum digunakan secara optimal. Ketertinggalan dikarenakan keterlenaan, yang semestinya dikejar agar bisa memberikan sumbangsih atau kontribusi pada peradaban. Namun faktanya umat Islam belum bisa melakukan itu dan masih mempunyai anggapan yang kurang tepat seperti:

> a. Kurang menghargai waktu. Dalam praktek kehidupan sehari-hari waktu dianggap sangat murah, banyak terbuang percuma, janji yang mundur, jadwal rapat yang jarang tepat waktu dan lain-lain.

> b. Kerja dianggap sesuatu yang berat. Bekerja dalam ajaran Islam adalah perintah, bagaimana mau menjadi pribadi yang takwa jika perintah bekerja sulit dilakukan. Sebenarnya kemalasan merupakan musuh kemajuan, maka janganlah bersahabat dengannya.

> c. Sumber Daya Manusia belum dianggap sesuatu yang mendatangkan banyak manfaat. Kemajuan suatu bangsa selalu berlandaskan kemampuan mengoptimalkan SDM di negara tersebut. Sumber daya alam akan efisien dikelola jika negeri tersebut mempunyai SDM yang unggul.

◼️5. Belum sempurna memanfaatkan anugerah akal. Kemampuan akal umat Islam belum optimal di gunakan, kita cenderung mengtaklid dan jarang berijtihad. Kita hanya mengikuti dan tidak mempeloporinya. Lebih senang menukil dari pada berkreasi. Menghafal dan jarang berpikir, yakni menggunakan pemikiran orang lain daripada pemikiran sendiri.

Inti dari semua kelemahan ini adalah, meninggalkan atau sudah menjauh dari pesan-pesan yang diberikan dalam Al-Qur'an dan sunah Rasulullah ﷺ. Erosi terhadap spiritual dan akhlak yang terjadi dalam sebuah masyarakat pasti akan berakibat terputusnya anugerah Ilahi. Tiada lain solusi yang harus dijalankan yaitu, kembali ke jati diri sebagai seorang muslim. Laksanakan perintah dan jauhi hal-hal yang dilarang serta bertawakallah pada Alloh ﷻ. Maka jadikanlah semboyan persatuan dan kemajuan, sementara sumber kekuatan kita adalah iman dan kebenaran. Semoga Alloh ﷻ akan memberikan petunjuk-Nya menuju kehidupan yang aman, damai dan berkemajuan. @AR

Demikian dari saya, semoga bermanfaat. 

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Rustia ~ Bekasi 
Dibalik kemunduran seperti yang disebutkan ustadzah tadi, ada fase kebangkitan Islam, mulai yang klasik sampai modern hingga saat ini. Tentu juga ada tokoh-tokoh pembaharu dan pengikutnya yang berpegang pada agama.

Artinya masih banyak pejuang-pejuang kebenaran. Namun tentu penguasa yang liberal sekuler tidak tinggal diam. 

Mohon tanggapannya ustadzah.

🔷Jawab:
Dibalik kemunduran, memang ada kebangkitan, kita juga tidak memungkiri itu,  karena Alloh ﷻ akan menjaga Islam, tentu dengan caranya, namun seperti yang kita lihat, ghirah sudah jauh berkurang pada rata-rata ummat, dan bangkit disaat ada pemantiknya.  

Disinilah kita perlu kembali menata kehidupan kita, agar kita paham agama kita, tidak takut dengan identitas, dan menguasai ilmu keagamaan.  

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabatku... 

Kalau nurani masih bersih, pasti umat Islam akan mengelus dada menyaksikan babak demi babak kehidupan yang kini berkembang, karena saat ini nyaris seluruh sektor kegiatan kaum Muslimin terpuruk.

Kita sangat prihatin dan sangat menyesal dengan hidup jahili (yang diharamkan) itu yang melingkupi sebagian besar umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir Rasulullah ﷺ.

"Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka". Kami bertanya, "Ya Rasulullah ﷺ, orang Yahudi dan Nasrani?" Jawab Nabi, "Siapa lagi?" (HR. Al-Bukhari dari Abu Sa`id Al-Khudri).

Hadis tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mereka telah terisi oleh jenis kepribadian lain. Mereka kehilangan gaya hidup hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. 

Saatnya kita kembali kepada ajaran Islam dengan kaffah.  

Mohon maaf lahir dan batin. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar