Senin, 28 Februari 2022

MENGALAHKAN HAWA NAFSU

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🔷MENGALAHKAN HAWA NAFSU

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Teman-temanku yang dicintai Alloh ﷻ... 

Setiap orang memiliki nafsu dan nafsu itu ternyata menjadi bagian dari diri seseorang. Oleh karena itu perang melawan hawa nafsu menjadi benar-benar amat sulit dan berat, oleh karena musuh itu tidak kelihatan, tidak tampak, dan bahkan tidak dirasakan. Seseorang tidak selalu mengetahui dan menyadari bahwa dirinya sedang memiliki musuh. Oleh karena itu, apa yang sebenarnya musuh dianggap sebagai dirinya sendiri, akunya, dan menjadi kepentingannya.

Posisi nafsu yang demikian itu menjadikan antara dirinya yang sebenarnya dan musuhnya menjadi tidak jelas. Seseorang merasa berjuang untuk membela dan menyelamatkan dirinya sendiri, ternyata perbuatannya itu justru mencelakakannya. Sebaliknya, orang lain yang mengingatkan atas kesalahannya dianggap sebagai musuh. Jika seseorang tidak mampu melawan hawa nafsu, maka sesuatu yang benar dikatakan keliru dan yang salah dianggap benar.

Nafsu yang dimaksudkan itu adalah dorongan dari dalam diri seseorang. Dorongan itu bermacam-macam, misalnya dodorongan agar semakin dihargai oleh orang lain, semakin kaya raya, semakin berpangkat atau memiliki jabatan tinggi, semakin menang dari orang lain, atau semakin hebat dalam berbagai halnya. Dorongan itu kadang tidak terkendali. Bahkan, keputusan akalnya sendiri saja tidak diikuti. Akalnya mengatakan tidak, tetapi nafsunya mendorong terus hingga apa yang diinginkan itu tercapai.

Seseorang yang terlalu mengikuti hawa nafsu akan berakhir dengan merugi dan bahkan celaka. Artinya, tatkala hawa nafsu sudah menjadi sesuatu yang harus diikuti, maka yang bersangkutan telah mengalami kekalahan. Tentu mereka tidak merasakan bahwa dirinya sedang kalah perang, yaitu perang dengan dirinya sendiri. Akalnya berusaha untuk memberikan pertimbangan, tetapi nafsunya tidak berhasil dikendalikan. Oleh karena akal tidak mencukupi itu, maka sebenarnya Tuhan telah menurunkan piranti lain, yaitu agama. Puasa adalah ajaran yang datang dari Alloh ﷻ agar dilaksanakan sebaik-baiknya. Melalui kegiatan puasa agar seseorang mampu menahan diri dari mengikuti hawa nafsu itu.

Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri itu bisa kita temukan pada setiap saat, dan bahkan juga termasuk ada pada diri kita sendiri. Seseorang sudah dikaruniai jabatan, kekayaan, kehormatan dan lain-lain, namun ternyata masih bernafsu menambah yang lebih tinggi. Berbagai usaha tanpa mengenal lelah diusahakan hingga menempuh jalan yang tidak seharusnya dilalui. Untuk memenuhi dorongan nafsu yang terlalu kuat itu, seseorang berani menempuh cara-cara yang tidak patut, seperti misalnya harus memanipulasi, menyogok, korupsi, dan lain-lain. Setelah berpuasa sebulan melawan diri atau melawan hawa nafsu itu. Itulah sebabnya tidak semua orang yang berpuasa mendapatkan hakekat yang sebenarnya dari kegiatan itu, kecuali sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi, ialah lapar dan dahaga belaka. Mereka itu sukses tidak makan dan minum dan segala yang membatalkan puasanya, tetapi sebenarnya masih gagal atau tidak mampu mengalahkan hawa nafsunya.

Sebagai orang yang bertakwa seharusnya mampu mengendalikan diri tatkala harus menghadapi berbagai tantangan dan atau problem yang selalu datang. Seseorang disebut mampu mengendalikan diri manakala menghadapi masalah atau tantangan tidak tampak emosional, tidak berpikir subyektif dan irrasional. Selain itu, seorang disebut mampu mengendalikan diri ketika bisa melihat antara benar dan atau salah, dan bukan hanya menang atau kalah. Namun kemampuan mengendalikan diri ternyata bukan pekerjaan mudah, sebaliknya adalah amat berat, bahkan melebihi perang fisik, maka harus dilatih. 

Tidak mudah memang melawan dorongan hawa nafsu yang begitu kuat. Maka tidak heran jika kemudian Rasulullah ﷺ usai meraih kemenangan pada perang Badar, beliau menyampaikan kepada para sahabat bahwa mereka baru saja menang dari peperangan kecil dan akan menghadapi peperangan yang lebih besar, yaitu perang melawan hawa nafsu.

🔷Untuk mengendalikan nafsu syahwat itu sedikitnya ada lima cara : 

◾Pertama, quwwatul iman. Sesungguhnya iman kepada Alloh ﷻ merupakan benteng untuk melawan segala sesuatu yang berbau haram dan kemaksiatan. Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidaklah seorang pezina berzina ketika dia dalam keadaan beriman.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka tidak heran apabila kita dapati orang beriman yang tidak pernah melakukan dosa. Sebab ia menyadari bahwasanya Alloh ﷻ mengetahui segala sesuatu yang dilakukannya. Oleh sebab itu, ia selalu berusaha untuk melawan godaan setan untuk menjerumuskannya.

◾Kedua, puasa. Ya, ketika begitu banyak godaan dari setan yang menjerumuskan manusia ke dalam kemaksiatan. Sebisa mungkin kita harus bisa melawannya, salah satu caranya adalah dengan berpuasa. Ketika seorang muslim hendak menikah, akan tetapi ia belum mampu. Maka solusi yang tepat bagi dirinya agar terjaga dari kehinaan ialah dengan berpuasa. Puasa mendidik manusia untuk lebih bersabar, dan tahan dalam menghadapi hawa nafsu.

◾Ketiga, menjauhi dosa kecil. Banyak kaum muslim yang mungkin menyepelekan hal ini Mereka banyak yang hanya menghindari dosa besar saja, padahal jika ditelaah dosa kecil juga bisa berpotensi menjadi dosa besar apabila dilakukan terus menerus. Selain itu, dosa kecil juga menjadi media bagi setan untuk lebih menyesatkan manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al A’raf: 17).

◾Keempat, memikirkan nikmatnya surga menjadi salah satu solusi agar kita bisa melawan hawa nafsu. Harapan menjadi salah satu penghuni surga dengan segala kenikmatannya akan membuat seseorang menjadi lebih bersemangat dalam melakukan amalan kebaikan. Selain itu, orang tersebut juga akan sebisa mungkin mengalahkan godaan setan selama hidup di dunia.

◾Kelima, doa. Ya, doa menjadi senjata bagi kaum muslimin, sebab dengan berdoalah seseorang menjadi lebih dekat kepada Alloh ﷻ.

Yusuf ‘alaihis salaam ketika menghadapi fitnah berupa ajakan berbuat nista imroatul aziz, maka ia berdoa, “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)

“Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 34)

Demikian dari saya, semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Bun irna, terkait yang ke 3, menjauhi dosa kecil. 

Apa saja contohnya bun, dari dosa kecil ini yang sering kita sepelekan ya bun? Dan yang tanpa sadar mungkin sering dilakukan bun?

🔷Jawab:
Contohnya kira-kira ini ki, buang-buang waktu, telat menepati janji, berkata jorok, mengolok-olok orang lain, mentelatkan bayar hutang dan lain-lain.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Jenni ~ Depok 
Ibu Hj. Irna Sayang, dosa-dosa kecil itu seperti apa saja?

🔷Jawab:
Contohnya kira-kira, buang-buang waktu, telat menepati janji, berkata jorok,  mengolok-olok orang lain, mentelatkan bayar hutang dan lain-lain.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat ... 

Sebuah ungkapan dari Ali Bin Abi Thalib akan menutup pertemuan kita malam ini.

"Perangi hawa nafsumu, kendalikan amarahmu, dan lawan kebiasaan buruk mu. Maka kamu akan menyucikan dirimu, menyempurnakan akal mu, dan sungguh kamu akan menyempurnakan pahala yang diberikan Tuhanmu." (Ali bin Abi Thalib)

Mohon maaf lahir batin. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar