Senin, 28 Februari 2022

ISRA MI'RAJ NABI MUHAMMAD ﷺ

 


OLeH: Ustadz H. Syahirul Alim

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🔷ISRA' MI'RAJ NABI MUHAMMAD ﷺ

Mungkin tidak banyak riwayat yang dianggap sahih mengenai bagaimana peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad  ﷺ, dimana hampir keseluruhan cerita-cerita mengenai peristiwa itu dianggap banyak hal yang tidak masuk akal.

Adalah Ibnu Jarir at-Thabari (w.932M) yang menyusun tafsirnya berdasarkan peristiwa historis yang banyak mengambil dari cerita-cerita masa lalu yang banyak sekali dikritik para ulama hadis belakangan, dimana cerita-cerita yang ditampilkan seringkali merujuk pada kisah Israiliyat (cerita bohong yang dibuat-buat oleh bani Israil) sehingga diragukan kebenarannya. Layaknya sebuah peristiwa spiritual dalam sebuah pengalaman keagamaan yang tidak banyak diketahui orang, Isra Mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad lebih didasarkan pada pengalaman keagamaan tersebut yang menuntut pembenaran iman bukan sebatas upaya pendekatan nalar.

◾Peristiwa Isra Mi’raj yang diabadikan secara khusus dalam al-Quran disebut oleh para ulama terjadi pada tanggal 27 bulan Rajab beberapa waktu sebelum Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Madinah. Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan tepatnya pengalaman spiritual Nabi ini, ada yang menyebut antara tahun 620-621 M meskipun banyak diantara sejarawan muslim yang juga menepisnya, seperti Syekh al-Mubarakfury misalnya.

Ketika peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad dihubungkan dengan masa berkabung Nabi Muhammad, setelah ditinggalkan para “pelindung”nya, termasuk Khadijah istrinya dan pamannya Abu Thalib, maka peristiwa Isra Mi’raj tidak terjadi di bulan Rajab, tetapi pada bulan Ramadhan, mengingat Khadijah wafat di bulan itu, 10 tahun setelah masa kenabian Muhammad di Mekkah.

Terlepas dari soal kapan waktu tepatnya peristiwa Isra Mi’raj yang dialami Nabi Muhammad, terdapat banyak keterkaitan peristiwa spiritual para nabi sebelum Nabi Muhammad. Tidak hanya Nabi Muhammad yang mengalami peristiwa spiritualitas seperti ini, hampir seluruh nabi-nabi yang disebut dalam sejarah juga mengalami hal yang sama. Berdasarkan sumber-sumber historis yang ada, terdapat peristiwa spiritual yang merujuk pada pengalaman keagamaan sekaligus memberi makna bagi perjalanan spiritual manusia, seperti peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim kepada anaknya Nabi Ismail atau peristiwa dialog Tuhan dengan Nabi Musa di Bukit Tursina.

◾Puncak spiritualitas para nabi selalu diceritakan melalui serangkaian pengalaman diluar nalar, hanya keimanan dan keyakinan yang mampu menyerap dan meneladani berbagai hikmah dibalik peristiwa tersebut.

Sebelum peristiwa Isra Mi’raj yang dialami Nabi Muhammad, terdapat serangkaian cerita yang menggambarkan seolah Nabi Muhammad sedang tidak “disapa” oleh Tuhan, karena sekian lama firman Alloh ﷻ tidak pernah turun lagi kepada Nabi ﷺ. Peristiwa lain, seperti wafatnya Khadijah dan Abu Thalib, membuat Nabi sangat sedih dan hampir kecewa dalam menghadapi sekian banyak problematika kehidupan.

Penolakan sebagian besar masyarakat Arab atas bukti kenabian Muhammad telah di abadikan dalam al-Quran sebagaimana surat al-An’am ayat 6: “Dan mereka berkata: Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?" dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun).”

Tuntutan masyarakat Arab yang begitu besar atas bukti kenabian ini kemudian dijawab Alloh ﷻ melalui peristiwa Isra Mi’raj yang semakin menguatkan bahwa Nabi Muhammad benar-benar sebagai utusan Tuhan.

◾Banyak hal yang menarik dalam peristiwa yang dialami Nabi Muhammad ini dari sisi kemanusiaan, terutama pada hal proses perjalanan kehidupan manusia yang tidak seluruhnya dimaknai dalam kerangka fisik-rasional, namun terdapat penguatan nilai-nilai spiritual.

Isra Mi’raj Nabi Muhammad justru menyadarkan dan menggugah ruang spiritualitas manusia agar lebih peka terhadap berbagai realitas sosial yang ada. “Isra” yang berarti “perjalanan” sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad dari suatu tempat ke tempat yang lain justru mengandung makna “perubahan” yang dinamis, sehingga setiap manusia terus berubah untuk menjadi lebih baik. “Perjalanan” merupakan istilah yang sarat makna karena hidup itu terus berubah tidak statis dan diam di tempat.

Istilah “Mi’raj” yang berasal dari kata bahasa Arab “’araja” berarti “naik” atau “menaiki” yang ketika kata ini dibendakan menjadi “mi’raj” memiliki konotasi “menaiki anak tangga” sehingga jika diperluas, makna perjalanan hidup manusia sesungguhnya adalah proses “menaiki” dan “meniti” dari “tingkat bawah” sampai kepada “tingkat atas”. Anak tangga yang dianalogikan sebagai pijakan naik pada akhirnya akan mengantarkan perjalanan manusia pada puncaknya, yaitu bertemu dengan Sang Pencipta. Proses perjalanan manusia yang dilalui secara step by step adalah kenyataan individual-sosial yang dapat kita teladani dari sebuah perjalanan kehidupan Nabi Muhammad. Walaupun peristiwa tersebut sulit untuk diterima nalar, namun sejatinya memiliki “tanda-tanda” yang mudah kita aktualisasikan.

Terlebih peristiwa ini merupakan momentum peningkatan spiritual secara pribadi yang hanya dapat dirasakan dan dipahami secara personal, sehingga hanya iman-lah yang dapat menerimanya dan bukan nalar yang memiliki serba keterbatasan untuk memahaminya.

◾Peristiwa Isra Mi’raj yang tertulis dalam hadis-hadis Nabi sesungguhnya tidak harus dipahami sebagai sesuatu hal yang sulit dicerna akal, seperti perjalanan Nabi begitu yang begitu singkat hanya dalam waktu kurang dari satu malam mengunjungi dua tempat sekaligus dan “naik” ke Sidratul Muntaha.

Peristiwa Mi’raj ada yang menganggap seperti peristiwa “ru’yah al-shodiqoh” (mimpi yang benar) akan sama halnya ketika merujuk pada peristiwa yang sama ketika Nabi Ibrahim diperintahkan menyembelih Nabi Ismail dalam mimpinya dan menjadi sebuah kenyataan.

Tentunya banyak pelajaran di ambil dari peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad yang juga diabadikan dalam sejarah umat muslim yang di agungkan dan senantiasa diperingati. Selain memaknai perjalanan kehidupan manusia agar mencapai derajat yang lebih tinggi secara keduniaan, juga tidak luput untuk memperteguh nilai-nilai spiritual untuk “dibumikan”. Kehidupan manusia sesungguhnya adalah sebuah “perjalanan” yang dinamis, kreatif yang terus mengikuti arah perubahan.

Untuk dapat mencapai derajat yang lebih tinggi, manusia tidak mengabaikan nilai-nilai spiritual yang hidup dalam dirinya, sehingga ia tidak jatuh dalam kesombongan dan kepongahan yang justru akan menghinakan dirinya sendiri. “Mi’raj” juga dapat berarti “doa” dimana kewajiban sholat lima waktu dimulai dari sini.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum tadz.

Berarti perintah sholat atau menjalankan ibadah sholat itu baru d zaman Rasulullah ﷺ setelah peristiwa Isra' Mi'raj itu sendiri njih tadz. Berarti pada zaman Nabi-nabi sebelumnya apakah belum ada perintah sholat dan Agama Islam itu sendiri?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Sholat itu secara bahasa artinya "doa" sebab kata "Shalla"dalam kamus bahasa Arab itu doa, dan sholat dalam pengertian fiqih adalah doa yang diawali oleh gerakan takbir dan di akhiri dengan salam. Sholat dalam artian gerakan-gerakan dari takbir hingga salam sudah ada sejak zaman Nabi Adam as dan disyariatkan sejak zaman Nabi Nuh as dan disempurnakan menjadi rakaat-rakaat sejak zaman Nabi Muhammad ﷺ dan zaman Nabi sholat nya ditambah menjadi 5 waktu yang ditentukan.

Ketika Nabi ﷺ Mi'raj, beliau bertemu dengan para Nabi yang lain (seperti dalam hadis Bukhari) lalu sholat berjamaah, seperti dengan Nabi Musa, Isa, dan Ibrahim as. Itu artinya sholat sudah ada dan dikenal dari zaman Nabi-nabi terdahulu, karena takbir, ruku' dan sujud itu di semua syariat para Nabi sudah ada.

Wallahu a'lam.

0️⃣2️⃣ Atin ~ Pekalongan
Matur nuwun Ustadz, luar biasa materinya. Ternyata ada filosofi tersendiri dari kisah Isra Mi'raj. 
Selama ini dianggap hanya sebagai cerita yang sulit dicerna akal. Juga negosiasi Rasulullah ﷺ kepada Tuhannya masalah kewajiban shalat. 

Perjalanan hidup manusia dinamis, melalui proses untuk mencapai puncak. 
Nah, bagaimana jika perjalanan manusia tidak mengalami perubahan. Dia berusaha bergerak tetapi ternyata jalan di tempat. Tidak terlihat ada kemajuan. 

Misal, dia ngaji tetapi perilaku tidak menunjukkan itu. 
Dia sedekah tetapi berhitung cermat. 
Dia salat tetapi lisannya tajam dan seterusnya. 

Bagaimana kalau begini Tadz?

🌸Jawab:
Perubahan bisa diartikan secara fisik dan non fisik. Perubahan fisik berarti manusia itu berubah dari kecil menjadi besar, dari tidak berakal menjadi berakal dan seterusnya. Perubahan ke arah yang lebih baik dalam arti keseluruhan untuk kesempurnaan memang yang senantiasa di dambakan, hanya saja ada yang cepat dan ada yang lambat.

Perubahan itu selalu bertahap. Hampir tidak ada manusia yang diam di tempat, sebab manusia itu makhluk peziarah. Hari ini mungkin depan HP sedang WA, bisa jadi sejam kemudian sudah berpindah tempat ke ruang tamu atau ruang tidur atau berpindah ke tempat lain.

Bahkan, disaat manusia diam sekalipun detak jantung berdenyut dan darah mengalir tanpa henti. Intinya, manusia itu bergerak sesuai konteks alamiahnya. Perubahan perilaku itu selaras dengan hidayah Alloh ﷻ, dan justru kita harus melihat suatu perubahan karena dia mau mengaji. 

Persoalan perubahan sikap yang tetep tidak berubah, terkadang hanya penilaian mata kita, subjektivitas kita, yang mungkin tidak penilaian objekytif.

Selama seseorang terus ingin berubah ke arah lebih baik, itu justru suatu kemajuan, keinginan berubah. Biarlah serahkan kepada Alloh ﷻ, bukan urusan kita menilai seseorang itu baik atau tidak. Cukup kita sering-sering muhasabah diri sendiri, sudahkah kita menjadi lebih baik? Sudah kah Alloh ﷻ ridho kepada kita dan kita ridho kepada Alloh ﷻ? Ridho terhadap sesuatu yang baik dan yang buruk?

Jangan-jangan kita belum bisa ridho atas apa yang Alloh ﷻ berikan kepada kita, sementara kita menuntut terus menerus bahwa Alloh ﷻ sudah ridho atas apa yang telah kita kerjakan.

Wallahu a'lam.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Semoga kita tetap semangat untuk perubahan ke arah yang lebih baik, sekecil apapun perubahan itu.

Karena semua berproses dan proses lebih baik daripada hasil.

Semoga dapat memberi manfaat di pertemuan online kali ini.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar