Senin, 28 Februari 2022

HASAD DAN SALING HASUD

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎HASAD DAN SALING HASUD

Teman-teman seiman dan seaqidah... 

Mengawali kajian kali ini, saya mengingatkan kita semua, khususnya diri saya sendiri, agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Alloh ﷻ dengan sebenar-benar takwa. Yaitu, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa adalah “jalan terang” menuju kehadirat-Nya, sehingga kita akan menemukan nilai-nilai kebajikan dan kemuliaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, manusia dianugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu: ruh, akal, hati, dan nafs  (syahwat dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa (soul). Dari komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Masing-masing unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda. 

Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat dengan Alloh ﷻ. Akal berfungsi untuk berfikir, mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati berfungsi untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang berhubungan dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada kesenangan dan kemarahan (nafs al-ammarah). 

Bagi yang mampu mengendalikan “jiwa tirani” (al-nafs al-ammarah) dengan selalu mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ, maka ia akan menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika seseorang dikendalikan oleh jiwa tirani dengan memenuhi kesenangan-kesenangan dasar, maka ia akan menjadi pribadi yang pincang. Sebagai makhluk spiritual, manusia seharusnya mampu membersihkan hatinya dengan melakukan latihan-latihan kebaikan untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang menyukai dosa dan kemaksiatan.

Di dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang dapat menghancurkan diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan sifat sangat buruk. 

Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-sifat tercela lainnya, yaitu:  hasad (iri hati), riya'  (pamer), dan ujub  (angkuh, sombong atau berbangga diri).

Dari ketiga penyakit hati tersebut, yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau dengki. Hasad adalah klaster problem jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan diri, lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa banyak perkelahian, percekcokan, dan peperangan fisik dengan saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan oleh munculnya sikap dengki.  

Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar nyata. Al-Qur’an sendiri dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam Al Quran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab terhadap Rasulullah ﷺ.

اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۚ   

"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Alloh ﷻ kepadanya?" (QS. an-Nisa: 54)

Demikian juga Rasulullah ﷺ menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit hati ini:

اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ

”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud). 

Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Alloh ﷻ menyuruh kita untuk meminta perlindungan Alloh ﷻ darinya:  “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS. Al-Falaq: 5) 

Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.

◼️Secara psikologi, hasad memiliki dampak, diantaranya:

1) Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Alloh ﷻ (kufur nikmat).  

2) Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak nyaman atas kebahagiaan orang lain. 

3) Munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan ikatan persaudaraan sesama.

4) Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang tak terbatas.

Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha’ dan qadar Alloh ﷻ, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim ra:  “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Alloh ﷻ karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Alloh ﷻ atas hamba-Nya; padahal Alloh ﷻ menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Alloh ﷻ benci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Alloh ﷻ.” (Al-Fawa’id, hal. 157).

Yang namanya hasad yang tercela, ketika ada yang membuka majelis ilmu, lalu timbul hasad,  “Seandainya pengajian tersebut bubar saja.” Yang hasad ini merasa iri karena lahan dakwahnya takut beralih pada yang lain. Inilah yang sering terjadi di negeri kita sejak masa silam dan akan terus berlangsung, entah sampai kapan. Jadi penyakit hati pun bisa menjangkiti para da’i. Sehingga dari hasad ini timbullah saling hasud.

Ada juga hasad karena pergaulan, karena merasa orang lain lebih disukai dibanding dirinya, maka terjadilah saling hasud diantara mereka.

Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya menjadi tumpul karena selalu memikirkan dan cemburu atas kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendorongnya untuk berbuat apapun dengan menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah, bahkan membunuhnya.

Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan tumbuh suburnya kebencian. Karena dahsyatnya kehancuran yang ditimbulkan, maka sudah selayaknya kita memelihara hati dari hasad, iri dengki, dan menjauhi saling hasud yang akan mengakibatkan kehancuran.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0⃣1⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh bu.

1. Bagaimana bu menanggapi fenomena sekarang ini yang masyarakat kita dengan mudahnya saling lapor sana sini tanpa di cari dulu kebenaran berita yang ada?

2. Dan mengapa pula bu para ustadz-ustadz juga saling membenarkan apa yang di anggap benar tapi tidak berlandas pada Al Quran dan Sunnah. Tidak mengayomi malahan menimbulkan permusuhan dan pengusiran?

🌀Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

1. Disinilah susahnya ada pasal-pasal karet, dan hal ini tidak berlandaskan hukum Islam. Nah bagi kita yang awam ini sebaiknya menjaga diri, menjaga lisan, menjaga jari di sosmed agar tidak kena. Kita tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak punya kekuatan apa-apa. 

2. Saya juga bingung melihat kondisi seperti ini, ini terjadi karena keberpihakan kepada salah satu kubu, jadinya seperti ini, dukungan bukan kepada yang benar dan lurus tapi kepada yang mendukung kelompok.  

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabatku seiman... 

Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menghendaki nikmat tersebut berpindah kepada dirinya. 

Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat yang diberikan Alloh ﷻ kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dianggap lebih besar. 

Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat dibanding orang lain.

Semoga kota terhindar dari hal seperti ini. 

Mohon maaf lahir batin. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar