Kamis, 30 Desember 2021

TOLERANSI JANGAN KEBABLASAN

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto 

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎TOLERANSI JANGAN KEBABLASAN

Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua yang berada di majlis  ini, kita syukuri rahmat dan nikmat terbesar yang kita terima, yaitu iman Islam yang tidak semua manusia menerimanya, dan juga tidak semua yang telah menerima diberi ketetapan hidayah untuknya. 

Alhamdulillah kita yang berada disini saat ini masih di izinkan dan diridhoi Alloh ﷻ untuk bersyahadat kepada-Nya.

Sahabat sahabat ku...  Bicara toleransi... 

Toleransi (tasamuh)  memiliki arti sikap membiarkan (menghargai), berlapang dada. Jadi, toleransi umat Islam terhadap kaum non muslim yang merayakan hari raya mereka, cukup dengan sikap membiarkan.

Membiarkan di sini maksudnya bukan berarti mengakuinya sebagai kebenaran, tetapi dalam arti arti tidak melarang atau tidak menghalang-halangi. Inilah toleransi yang diajarkan dalam Islam, karena Islam mengajarkan bahwa kaum non-muslim  hendaknya dibiarkan untuk beragama dan beribadah menurut keyakinan mereka, mereka tidak diganggu dan tidak juga dipaksa untuk masuk Islam. (Kitab Muqaddimah Al Dustur, 1/32 Syeikh Taqiyuddin An Nabhani)

Sedangkan toleransi yang diartikan sebagai PARTISIPASI (musyarakah) yang dilakukan muslim dalam hari raya umat non muslim, misalnya dengan mengucapkan selamat kepada hari raya agama lain, atau hadir bersama dalam acara keagamaan mereka, jelas melanggar  syariah Islam, dan bukan seperti ini toleransi yang diajarkan syariah Islam.

Dua alasan utamanya.  
✓ Pertama, karena perbuatan itu termasuk termasuk perbuatan menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bil kuffar). 
✓ Kedua, bentuk partisipasi (musyarakah)  muslim dalam hari raya agama lain ini juga diharamkan dalam Islam.

Islam telah memberikan batasan-batasan terhadap toleransi agar setiap muslim tidak mengorbankan akidahnya hanya karena toleransi. 

Namun, masih banyak muslim Indonesia belum paham dengan hal tersebut atau belum mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan atau bahkan sudah tahu, tapi terhalang hasrat kekuasaan atau takut dicela, diejek dan dikucilkan. Sehingga banyak dari kaum muslim yang masih menjalankan toleransi yang salah.

Toleransi yang kebablasan, sebut saja seperti itu. Hal tersebut dapat menimbulkan sikap pluralis terhadap agama. Pluralis berasal dari kata plural atau jamak, yang berarti mempertahankan kondisi kemajemukan apa adanya dengan menerima gesekan-gesekan antar kepercayaan yang ada di dalamnya. Sebenarnya, Pluralis tidaklah salah, karena dari sini seseorang dapat menerima perbedaan dan mempertahankan kesatuan bangsa. Namun, seiring berjalannya waktu kata ini mengalami pergeseran makna yang membawa paham pluralisme. Paham ini menuntut penyetaraan terhadap agama dalam pandangan setiap orang, yaitu dengan menganggap semua agama benar hanya cara ibadahnya saja yang berbeda. Pemahaman seperti ini akan berimbas pada kerusakan akidah seseorang.

Sahabat-sahabat ku... 

Suatu ketika Rasulullah ﷺ pernah didatangi oleh sekelompok kaum kafir Quraisy dengan membawa proposal toleransi menurut mereka. Mereka berkata:

“Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada Tuhanmu dan kalian (muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami. Kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita. Apabila ada sebagaian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari ajaran kami yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” (Tafsir Al Qurthubi, 14: 425)

Dari peristiwa ini, Alloh ﷻ menurunkan surah al-Kafirun yang secara eksplisit menentang permintaan mereka dan memberikan solusi terbaik, yakni:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Untukmu agamamu, dan untukku lah, agamaku.” (QS. Al Kafirun: 6)

Ibnu Jarir Ath Thobari menjelaskan mengenai ‘lakum diinukum wa liya diin’, “Bagi kalian agama kalian, jangan kalian tinggalkan selamanya karena itulah akhir hidup yang kalian pilih dan kalian sulit melepaskannya, begitu pula kalian akan mati dalam di atas agama tersebut. Sedangkan untuk ku yang ku anut. Aku pun tidak meninggalkan agama ku selamanya. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa aku tidak akan berpindah ke agama selain itu.” (Tafsir Ath Thobari, 14: 425).

Terkait larangan, Ibnul Qayyim rahimahullah  berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab mereka." Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja (tempat-tempat ibadah) mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Alloh ﷻ.”

Demikianlah bahaya toleransi yang kebablasan dan toleransi yang seharusnya. Semoga kita dapat memahami lebih dalam lagi terkait toleransi dan dapat mengaplikasikannya tanpa harus takut cemoohan orang lain. Dan semoga pula kita selalu dalam lindungan Alloh ﷻ dan istiqomah dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. 

Wallahu a’lam bi al-shawaab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Setyaningsih ~ Solo
Assalamu'alaikum Ustadzah, 

Salah seorang family saya bekerja di perusahaan asing (Korea). Bos nya orang Korea, yang notabene seorang Nasrani. Pas hari natal biasanya semua mengucapkan Selamat Natal kepada bosnya. Tapi family saya itu hanya mengucapkan Selamat, begitu saja.

Apakah hal seperti ini diperbolehkan Ustadzah?
Mohon pencerahannya, Syukron..

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh mba,

Kalau selamat saja, tanpa ada tujuan, tidak masalah. Yang tidak boleh itu mengucapkan selamat Natal.  

Tapi, selagi bisa dihindari, lebih baik tidak mengucapkan apapun.  

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Rustia ~ Bekasi 
Assalamu'alaikum ustazah, bagaimana cara menangkal sekularisme, pluralisme, liberalisme?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Caranya tentunya kita harus terus memperdalam ilmu agama, meluruskan akidah, meningkatkan keimanan,  serta kenali musuh-musuh Islam,  bagaimana pergerakan mereka.  Kenali musuh mu maka kamu akan mengetahui kelemahan mereka. 

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Frin ~ Surabaya
Assalamu'alaikum Ustadzah Irna,

Saya punya sahabat cina beragama nasrani, setiap lebaran keluarganya selalu kirim parcel dan begitu sebaliknya kalau setiap tanggal 24 atau 25 Desember saya juga kirim kue tanpa ucapan apa-apa.
Bagaimana ya dzah kebiasaan yang seperti itu?
Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh mba Frin.  

Mengkhususkan pada tanggal ini yang jadi masalah, kecuali yaa selain tanggal itu juga sering bertukar parcel, tujuannya apa itu tanggal segitu?  

Sebaiknya agar kita tidak terjerumus pada hal-hal yang dilarang Agama, sebaiknya hindari saja, kalau memang ingin mengirim juga, jangan mengirim pas dihari perayaan mereka, di mundurkan atau di majukan, dengan niat memberi hadiah saja.  Bukan dalam rangka. 
 
Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatu...

Selamat malam ustadzah Irna 

Saya punya rekan kerja sekaligus sahabat nonis dan dia aktif di gereja dan Dzah hampir 4 tahun kebelakang saya selalu menyiapkan dan membantu dia kalau natal, seperti menyiapkan kado-kado untuk anak-anak dan di subang anak-anak nonis hanya 14 orang di gereja tersebut. Hadiah itu saya pack hampir 200, sisanya bagian saya bagaikan ke anak-anak yatim muslim, karena hadiahnya berupa alat tulis, kadang mainan, dan natal besok tas popit, dan tahun kemarin dan tahun ini saya hanya membantu mencari supplier, tidak membantu pack dan membagikan ke anak yatim muslim, dan saya tidak keluar uang sepeserpun. Apakah itu juga masuk tolerance atau tidak ustadzah?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Dalam sebuah ayat Al Quran, Alloh ﷻ berfirman, “Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Alloh ﷻ, sesungguhnya Alloh ﷻ amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2).

Dari sini jelas bahwa, kita dilarang tolong menolong di dalam kemaksiatan, salah satu maksiat terbesar yang Alloh ﷻ benci adalah mengatakan Alloh ﷻ mempunyai anak.  

Tidak terkecuali dalam perayaan keagamaan mereka, maka sama saja tolong menolong dalam kedzaliman. Kecuali dalam acara amal kemanusiaan yang tidak ada hubungan dengan perayaan keagamaan, maka itu boleh.  

Wallahu a'lam

🔹Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah.

Note dzah.
Terimakasih banyak.

Sedih sih, karena tidak akan lihat anak-anak kecil tersenyum bahagia mendapatkan kado.

Lantas bagaimana hukumnya anak-anak muslim yang mendapatkan kado nya ustadzah?

🌸Kita yang muslim, hayo bahagiakan mereka, ini tugas kita, ciptakan senyum di bibir mereka,  jadilah orang tua asuh bagi anak-anak yatim, kalau mampu, atau adakan galang dana untuk mereka. Jangan sampai mereka malah berpikir bahwa toh meski mereka bukan Islam, mereka baik, tapi orang Islam sendiri tidak perhatian, mending milih agama mereka saja.  Ini banyak terjadi loo, anak-anak terpedaya dengan kebaikkan mereka, jadi kita juga harus waspada, apalagi dihari-hari keagamaan mereka yang di up sedemikian rupa,  sekaligus untuk pencitraan, bahwa agama mereka adalah agama kasih. Dan yang harus kita lebih waspada adalah daerah-daerah bencana, mereka akan langsung terjun kesana, dengan membawa bekal, sekaligus menyebar bible, dan brosur-brosur agama mereka, ini fakta yaa,  beberapa teman-teman dari team yang menangani bencana, selalu menemukan hal ini.  

Anak-anak, mereka tidak mengerti,  jadi mereka tidak mendapat hukuman apa-apa. Hanya saja seperti yang saya tulis di atas tadi, dihati mereka akan tertanam bahwa mereka orang baik,  agama mereka mengajarkan kebaikan.  Dan mereka akan dengan mudah menerima kehadiran agama tersebut.  
Na'udzubillah.  

Hati-hati kristenisasi akan terus berjalan dengan cara-cara yang licin dan halus. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabatku...

Islam telah menarik batas yang jelas dan tegas terkait toleransi. Batasnya adalah akidah. 

Jangan karena atas nama toleransi beragama, kita mengorbankan akidah. 

Ini tidak hanya berlaku untuk umat Muslim namun juga untuk saudara-saudara saya yang non-Muslim. 

Marilah kita hidup saling menghormati dalam pergaulan dunia ini. 

Mari kita berinteraksi dan bersosialisasi seperti dua orang bersaudara karena memang pada dasarnya kita semua ini hadir di dunia dari satu moyang. 

Mohon maaf lahir batin

Wassalamu'alaikum  warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar