Kamis, 30 Desember 2021

10 CARA MENGGAPAI CINTA ALLOH ﷻ

 


OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸10 CARA MENGGAPAI CINTA ALLOH ﷻ

بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد

"Cinta adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan manfaat. Apabila kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka ia dinamakan rindu. Sedangkan sebaliknya, benci adalah kecenderungan untuk menghindari. Apabila kecenderungan itu mendalam dan menguat, maka itu dinamakan dendam." (Imam Ghazali)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ. (رواه البخاري)

“Sesungguhnya apabila Allah azza wa jalla mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Alloh ﷻ mencintai orang ini, maka cintailah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langitpun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Alloh ﷻ di muka bumi.” (HR. Bukhari)

Tentu kita semua berharap agar dicintai Alloh ﷻ. Akan tetapi bagaimanakah caranya agar kita bisa meraih cinta Alloh ﷻ?

◾Di dalam Madaarij As-Saalikin, Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menyebutkan 10 sebab yang dapat mendatangkan kecintaan Alloh ﷻ.

✓ Pertama

قراءةُ القرآن بالتدبر والتفهّم لمعانيه وما أُريدَ به

Membaca Al-Qur’an dengan penuh tadabbur serta berusaha memahami makna-maknanya dan maksud yang terkandung di dalamnya.

✓ Kedua

التقرب إلى الله بالنوافل بعد الفرائض

Mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ dengan melakukan amalan-amalan sunnah sesudah amalan-amalan wajib.

✓ Ketiga

دوام ذكره على كل حال باللسان والقلب والعمل والحال فنصيبه من المحبة على قدر نصيبه من هذاالذكر.

Senantiasa berdzikir mengingat Alloh ﷻ dalam setiap kondisi, baik dengan lisan, hati, perbuatan maupun keadaan. Karena kadar kecintaan tergantung pada seberapa besar kadar dzikir tersebut.

✓ Keempat

إيثارُ محابّه على محابّك عند غلَبَات الهوى، والتسَنُّمُ إلى محابّه وإن صَعُبَ المرتقى.

Mengutamakan segala yang dicintai Alloh ﷻ daripada apa yang engkau cintai ketika hawa nafsu berkuasa. Selalu berusaha mencintai segala yang dicintai-Nya meski harus melewati berbagai rintangan.

✓ Kelima

مطالعة القلب لأسمائه وصفاته

Hati senantiasa menelaah dan merenungi nama-nama Alloh ﷻ dan sifat-sifat-Nya.

✓ Keenam

مشاهدة برِّه وإحسانه وآلائه ونعمه الباطنة

Mengakui berbagai kebaikan dan nikmat-Nya, baik yang bersifat lahir maupun batin.

✓ Ketujuh

انكسار القلب بكليته بين يدي الله تعالى

Tunduknya hati dengan segenap jiwa di hadapan Allah ta’ala.

✓ Kedelapan

الخلوة به وقت النزول الإلهي لمناجاته وتلاوة كلامه، والوقوف بالقلب والتأدب بأدب العبودية بين يديه، ثم ختم ذلك بالاستغفار والتوبة.

Menyendiri bersama-Nya saat Dia turun (pada sepertiga malam terakhir) dengan bermunajat kepada-Nya, membaca kitab-Nya, menghadirkan hati dan bersikap dengan adab penghambaan dihadapan-Nya. Kemudian menutup bacaannya tersebut dengan istighfar dan taubat.

✓ Kesembilan

مجالسة المحبين الصادقين، والتقاط أطايب ثمرات كلامهم كما ينتقى أطايب الثمر، ولا تتكلَّم إلا إذا ترجَّحتْ مصلحة الكلام، وعلمتَ أنَّ فيه مزيدًا لحالك ومنفعةً لغيرك.

Senanantiasa duduk bersama orang-orang yang mencintai Alloh ﷻ dengan jujur. Memetik buah yang baik dari ucapan mereka dan tidak berbicara kecuali tampak jelas adanya maslahat dalam pembicaraan tersebut, serta mengetahui bahwa dalam pembicaraan tersebut ada manfaat bagi dirimu dan orang lain.

✓ Kesepuluh

مباعدةُ كلِّ سببٍ يحولُ بينَ القلب وبينَ اللهِ عزَّ وجلَّ.

Menjauhi semua sebab yang menjadi penghalang antara hati dengan Alloh ﷻ.

(Selengkapnya lihat Madarij As-Salikin: 3/17-18).

Disamping itu, berdo’alah kepada Alloh ﷻ dengan do’a nabiyullah Daud alaihissalam yang berbunyi:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِيْ يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أََحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ

"Ya Alloh ﷻ, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu. Dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cinta-Mu. Ya Alloh ﷻ, jadikan lah cinta-Mu lebih kucintai dari pada diriku, keluargaku, dan air yang dingin (di padang yang tandus).”

"Bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau menggelari nya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Alloh ﷻ." (HR. At-Tirmidzi)

Yuk kita renungkan apa yang dikatakan oleh sahabat Umar.

Berkata Umar bin Khaththab رضي الله عنه :
"Aku tidak perduli keadaan apa pun yang bersamaku, apakah yang aku senangi atau tidak, karena aku tidak tahu kebaikan itu ada pada yang aku sukai atau yang aku tidak sukai." (Mausuu'ah Ibnu Abi Dunya I/414)

Artinya, kondisi apapun ada cinta Alloh ﷻ disana.

Al Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata:

"Berapa banyak nikmat dan karunia besar Alloh ﷻ yang dipetik dari buah ujian dan cobaan."
(Miftah Dar Sa'adah 2/ 848)

Jika saja iman kita kokoh, maka kita akan mencintai atau membenci karena Alloh ﷻ.

عن أبي عبدالله (عليه السلام) 
قَالَ: "مِنْ أَوْثَقِ عُرَى الْإِيمَانِ أَنْ تُحِبَّ فِي اللَّهِ، وَ تُبْغِضَ فِي اللَّهِ، وَ تُعْطِيَ فِي اللَّهِ، وَ تَمْنَعَ فِي اللَّهِ" .

Dari Abu Abdilla, ia (Rasulullah shalallahu alaihi wa salam) bersabda:
Tali iman yang paling kecil kuat,
“Barangsiapa yang mencintai karena Alloh ﷻ, membenci karena Alloh ﷻ, memberi karena Alloh ﷻ dan tidak memberi karena Alloh ﷻ.”
(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan) 

◾Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:

1. Hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa kita harus memberikan kecintaan dan kesetiaan kita hanya kepada Alloh ﷻ semata.

2. Kita harus mencintai terhadap sesuatu yang dicintai Alloh ﷻ, membenci terhadap segala yang dibenci Alloh ﷻ, ridha kepada apa yang diridhai Alloh ﷻ, tidak ridha kepada yang tidak diridhai Alloh ﷻ, memerintahkan kepada apa yang diperintahkan Alloh ﷻ, mencegah segala yang dicegah Alloh ﷻ, memberi kepada orang yang Alloh ﷻ cintai untuk memberikan dan tidak memberikan kepada orang yang Alloh ﷻ tidak suka jika ia diberi. 

3. Dalam pengertian menurut syariat, dimaksud dengan al-hubbu fillah (mencintai karena Alloh ﷻ) adalah mencurahkan kasih sayang dan kecintaan kepada orang–orang yang beriman dan taat kepada Allah Ta’ala, karena keimanan dan ketaatan yang mereka lakukan. 

4. Sedangkan yang dimaksud dengan al-bughdu fillah (benci karena Alloh ﷻ) adalah mencurahkan ketidaksukaan dan kebencian kepada orang-orang yang mempersekutukan-Nya dan kepada orang-orang yang keluar dari ketaatan kepada-Nya, dikarenakan mereka telah melakukan perbuatan yang mendatangkan kemarahan dan kebencian Alloh ﷻ.

5. Ikatan iman yang paling kokoh adalah cinta dan benci karena Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Hadist di atas senada dengan yang dibawah ini.

Dari Abu Umamah al Bahili radhiallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

"Siapa yang mencintai karena Alloh ﷻ, membenci karena Alloh ﷻ, memberi harta karena Alloh ﷻ, menahan harta karena Alloh ﷻ, maka telah sempurna imannya."
(HR. Abu Daud no.4681)

Imam Syafi’i rohimahulloh mengatakan:

“Siapa yang ingin Alloh ﷻ bukakan hatinya, dan Alloh ﷻ berikan hikmah kepadanya; maka hendak lah dia berkholwat (menyendiri dengan ibadah), mengurangi makan, dan tidak bergaul dengan orang-orang yang bodoh dan sebagian ulama yang tidak memiliki sikap obyektif dan tidak memiliki adab.”
[Manaqib Imam Syafi’i lil Baihaqi 2/172]

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
وَبِا اللهِ اتَّوْ فِقْ وَ الْهِدَيَةْ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
جزاكم الله خيرا 
بارك الله فیکم و أهلیکم و في أموالکم 

Sindang barang senin, 6/12/21

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Afni ~ Garut
Assalamualaikum dzah,

Bagaimana dengan orang yang selalu berbuat kesalahan lalu taubat, melakukan kesalahan lagi lalu taubat lagi, dan itu terus berulang-ulang, apakah itu sama dengan mempermainkan Alloh ﷻ?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Apakah orang yang bertobat, lalu berbuat dosa lagi. Bertobat dan berbuat dosa lagi, terus begitu, termasuk orang yang mempermainkan Alloh ﷻ? 
Yang namanya taubatan nasuha itu, dia berjanji untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi. Tidak menentang lagi aturan Alloh ﷻ.

Dalam satu dalil dikatakan bahwa, apabila seseorang sudah bertobat dari dosa besarnya, maka dia akan diampuni oleh Alloh ﷻ, bersih dari dosa-dosa. 

Alloh ﷻ paling membenci orang yang mujahir yaitu orang yang ketika Alloh ﷻ sudah menutup dosa-dosanya, kemudian justru ia ceritakan dosanya kepada orang lain. 

Ketika banyak orang yang tidak tahu kalau ia pelaku maksiat tetapi kemudian dia bercerita kepada orang lain tentang dirinya, Alloh ﷻ sangat tidak suka. 

Aib yang sudah ditutup jangan dibuka kecuali untuk mencari jalan keluar. Itupun harus pada orang yang dipercaya. 

Apakah ini mempermainkan Alloh ﷻ? 
Dikisahkan saat perang sudah reda, ada seorang ibu yang berlari mencari anak bayinya. Begitu ketemu, dia peluk bayi itu dengan penuh bahagia. 

Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah kalian lihat ibu itu sangat menyayangi anaknya?" Para sahabat menjawab, "iya, ibu itu sayang kepada anaknya"
Tanya Rasulullah ﷺ, "Apakah kau pernah berpikir bahwa ibu itu akan melemparkan anaknya ke api yang membakar, yang membara?"
Para sahabat menjawab, "Itu tidak mungkin. Kan itu anaknya. Tidak mungkin seorang ibu melempar anaknya ke api yang membara."

"Begitu juga Alloh ﷻ. Dia sangat mencintai hamba-hamba-Nya asal kalian menjadi orang yang beriman."

Jadi Alloh ﷻ akan selalu membuka pintu tobat, selama kita merasakan telah melakukan dosa. 

Ingat, di surat Al Insan dikatakan bahwa manusia itu dhoif, lemah. Jadi begitu dia ketemu dengan sesuatu yang begitu kuat dan imannya sedang turun maka dia akan tergoda. 

Dalam dalil yang lain dikatakan, tidaklah seorang mukmin akan berzina jika di dalam hatinya ada iman. Tidaklah akan mencuri jika di hatinya masih ada iman. 

Jadi ketika seseorang melakukan maksiat, artinya imannya tidak sedang membersamai. Muroqobatullah, maiyatullah itu tidak sedang ada di dalam hatinya. Yang menguasai hatinya adalah setan sehingga terjadilah perbuatan yang menyalahi aturan. 

Apakah itu mempermainkan Alloh ﷻ? 
Secara logika, jika punya janji, misalnya hutang, janji besok membayar ternyata tidak. Besok janji lagi ternyata tidak juga. Apakah ini tidak mempermainkan? 
Pasti kita akan marah karena merasa dipermainkan. Begitu juga dengan Alloh ﷻ. Tetapi ketika kita benar-benar bertaubat untuk benar-benar kembali maka pasti Alloh ﷻ akan memberikan ampunan.

Dalil yang lain mengatakan, Ketika engkau datang kepada Alloh ﷻ dengan seribu atau banyaknya buih atau di lautan banyaknya dosamu, kau bertobat kepada Alloh ﷻ, maka Alloh ﷻ memberikan ampunan-Nya.

Dalil lain mengatakan, Meski Alloh ﷻ sudah mengampuni bukan berarti Alloh ﷻ menghapus catatan dosa itu. Suatu saat di padang masyarakat, akan ditunjukkan dosa-dosa kita.

Syarat diterimanya taubat, kita beristighfar kepada Alloh ﷻ kemudian berjanji menjauhi perbuatan yang dilarang. Ikuti perbuatan yang buruk dengan perbuatan baik, sehingga maksiat yang kemarin dilakukan tertutup amalan sholih. 

Saat sadar ketika sudah berbuat maksiat, maka bertobatlah dengan kesungguhan, iringi dengan perbuatan baik dan berusaha tidak mengulangi lagi agar tidak termasuk yang mempermainkan Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

1. Bunda, mengapa sebagian kita ini kadang sama anak, suami, orang tua atau keluarga lainnya itu begitu sayang dan cinta bahkan sampai takut kehilangan. 

Bagaimana bund agar kita bisa seimbang atau bisa lebih cinta dan sayang hanya kepada-Nya, walau kita hidup di dunia pasti nantinya juga akan kehilangan orang-orang yang kita sayangi dan cintai?

2. Bagaimana bund mengajarkan anak supaya menghargai, menyayangi orang tua dan juga cinta pada Alloh ta'ala?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Mengapa kita begitu takut kehilangan orang-orang yang kita cintai? 

Kita berkaca pada Rasulullah ﷺ yang sangat bersedih ketika Khadijah berpulang. Juga saat Ibrahim menangis karena kehilangan putranya. 

Tentu ini hal yang manusiawi. Hanya saja bagaimana kita bisa menempatkan rasa keimanan di antara keyakinan pada akidah yang kokoh. 

Kita sadar bahwa hidup itu hanya sementara, seperti orang yang sedang sadar. Hidup adalah perjalanan menuju tempat abadi. 

Ada dalil yang mengatakan, Janganlah engkau menjadi musafir yang memanggul bekal berisi pasir yang berat.

Buat apa? 
Kita harus cerdas ketika perjalanan ke tempat abadi. Bekal apa yang harus dibawa. Perjalanan di dunia menuju ke satu tempat saja kita ribet mempersiapkan berbagai bekal. Kenapa perjalanan ke akhirat tidak kita persiapkan. 

Kaitannya apa dengan pertanyaan kenapa takut kehilangan? 

Kalau ayah, suami, anak kita adalah orang yang beriman yang mengerti kewajibannya, kenapa kita harus takut kehilangan? 

Coba kita berkaca pada Asma. Suaminya gugur di medan jihad. Diberangkatkan anak pertama ke medan perang. Ketika diketahui anaknya gugur syahid dia berucap Alhamdulillah, aku punya tabungan di sana. Seorang yang syahid di medan perang, dia berhak memanggil 70 orang anggota keluarganya masuk ke dalam surga bersama dia. 

Lalu diberangkatkan anak kedua sampai tinggal anak terakhir. Asma adalah seorang perempuan tua yang butuh pertolongan anaknya untuk urusan keseharian. Ketika terdengar panggilan jihad, dia justru mendorong anaknya untuk berangkat. Si anak sendiri bingung bagaimana dengan ibu, jika dia berangkat. 

Sang ibu membekali dengan kalimat yang menguatkan : kambing yang disembelih, tidak merasakan sakit ketika dikuliti. 
Kalimat itu membakar anaknya. Ketika anak berangkat ke medan jihad hanya ada 2 pilihan, pulang selamat atau gugur ditebas senjata. Saat sudah gugur, dicincang musuh, tidak akan merasakan sakit. 

Berangkatlah anak itu dan menjadi syahid. 
Kisah Asma juga yang menguatkan bunda, untuk mendidik ketiga anak sendiri setelah kehilangan suami. 

Ini sekaligus menjawab pertanyaan kedua. 

Baca juga kisah tentang Khonsa yang satu per satu mempersembahkan suaminya untuk berjihad di jalan Alloh ﷻ. Sampai ada yang berkata, jika ingin syahid, menikahlah dengan dia. 

Ini adalah satu tempaan buat kita. Punya anak, tidak bisa 24 jam di depan kita dalam pengawasan kita. 

Satu-satunya jalan, titipkan pada Alloh ﷻ. Ketika kita titipkan kepada Alloh ﷻ dan anak tahu itu. Sehingga ketika dia melakukan perbuatan yang melanggar, maka Alloh ﷻ yang membalas. Beri terus pengertian ini kepada anak. Sebaik-baik penjagaan adalah Alloh ﷻ. Biarlah Alloh ﷻ yang menentukan, karena doa ibu tembus ke hadapan Alloh ﷻ.

Intinya, penanaman akidah kepada anak.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Setiap kita punya kesempatan yang sama untuk meraih surga. Meski dengan jalan yang ditempuh tidak pernah sama.

Kita harus sungguh-sungguh ikhtiar untuk meraihnya. Tidak mudah memang, tapi bukan berarti tidak mungkin. 

Alloh ﷻ tidak melihat hasil akhir, tapi Alloh ﷻ melihat proses.

Kita bisa lihat kisah seorang hamba Alloh ﷻ yang telah membunuh 99 orang dan genap menjadi 100. Tapi Alloh ﷻ menerima taubatnya, meski perjalanan menuju taubat itu hanya sejengkal adanya.

Artinya, jangan pernah patah semangat untuk terus menjadi orang yang baik, memiliki amalan-amalan tersembunyi yang kontinue, sehingga penduduk langit hafal dengan rutinitas amalan kita sampai ajal menjemput. Keep hamasah. 

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar