Kamis, 30 Desember 2021

MARI BERAMAL

 


OLeH: Ustadz Abdillah Noor Rahmat

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸MARI BERAMAL

Assalamu'alaykum akhowati fillah

Bismillah, alhamdulillah wassalamu 'ala rosulillah wa 'ala alihi wa man waalah

Amal adalah setiap perilaku mahluk hidup yang disertai suatu maksud, apakah perilaku tersebut baik ataukah buruk. 

Alloh ﷻ berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh.” (QS. Al Baqoroh: 277)

مَن يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ

“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.” (QS. An Nisa:123).  
(Raghib Ar Ishfahani, Mufradat Alfadz Al Qur`an : 587)

Sedangkan amal sholeh adalah:

الأفعال الذي يجمع  فاعله بين العلم و الإخلاص و كان مؤمنا

“Perilaku yang mana para pelakunya memiliki ilmu dan keikhlasan serta dalam keadaan beriman.”

Beramal shaleh memiliki kedudukan yang cukup mulia di dalam Islam berdasarkan beberapa pandangan berikut ini:

1) Amal shaleh merupakan sebab memasuki surga setelah rahmat Alloh ﷻ serta meraih ridho dan kecintaan-Nya

Alloh ﷻ berfirman :

لَهُمْ دَارُ السَّلاَمِ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَهُوَ وَلِيُّهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi Rabbnya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An`am:127)

Sedangkan di sisi lain, para penghuni neraka disungkurkan ke dalamnya dengan sebab amal-amal mereka yang buruk.

وَمَن جَآءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلاَّ مَاكُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka.Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. 27: 90)

2) Amal shaleh merupakan salah satu unsur keimanan

Karena Iman terdiri dari unsur Qaul (perkataan) Qalbu dan Lisan serta unsur Amal (perbuatan) Qalbu dan anggota tubuh. Bahkan didalam ayat Al Quran, Alloh ﷻ mengiringi kata amal shalih dengan Iman di lebih dari 50 ayat. Karena itu, Al Hasan Al Basry rahimahullah berkata:

لَيْسَ الإِيْمَان بِالتََّحَلِّيْ وَلاَ بِالتََّمَنِّيْ وَلَكِنََّهُ مَا وَقََّرَ فِيْ الصَّدْرِ وَ صَدَقَتْهُ اْلأَعْمَالُ

“Iman bukan dengan hiasan dan angan-angan. Akan tetapi, Iman adalah sesuatu yang tertancap di dalam dada dan dibuktikan dengan amal.” (Ibnu Abi Al `Izz, Syarah Al Aqidah  Ath Tha Hawiyah:339)

3) Amal merupakan tempat pandangan Alloh ﷻ

Rasulullah ﷺ bersabda:

إنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ  وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Alloh ﷻ tidak memandang rupa dan harta kalian. Akan tetapi Dia memandang Qalbu dan amal-amal kalian.“ (HR.Muslim Kitab Al Bir wa Ash Shilat, Tahrim Dzulm Al Muslim Al Khadzalih: 2567)

4) Perpedaan derajat manusia di hari kiamat akan tergantung tingkat amal-amal mereka

Alloh ﷻ berfirman :

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ

“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Alloh ﷻ mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.” (QS. 46: 19)

ِAl Qurthubi berkata : “(dan bagi mereka masing-masing mereka derajat) artinya: setiap satu diantara dua golongan, yaitu kaum muslimin dan kaum kafirin dikalangan bangsa jin dan manusia memiliki derajat- derajat di sisi Alloh ﷻ pada hari kiamat dengan sebab amal-amal mereka.” (Al Jami` Li Ahkam Al Qur`an : 16/198)

 ◼️Motivator Amal 

A. Bertambahnya Iman

Sesungguhnya motif terbesar yang mendorong seseorang untuk beramal shalih adalah keimanan kepada Alloh ﷻ. Setiap kali iman di dalam hati bertambah, setiap kali itu pula dorongan untuk beramal semakin membara. 

Alloh ﷻ berfirman: 
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh ﷻ, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. 49: 15)

B. Berilmu Untuk Beramal

Ilmu pada dasarnya adalah motif untuk beramal bagi seseorang yang mewajibkan dirinya untuk beramal dengan ilmunya. Seperti yang diriwayatkan dari Imam Ahmad, bahwa beliau tidaklah menulis satu buah hadits dalam musnadnya yang di dalamnya mencakup sebuah amal melainkan ia mengamalkannya.

Saat beliau menulis hadits tentang tinggalnya  Rasulullah saw di Gua Hiro selama 3 hari, maka beliaupun mencari tempat menyendiri selama tiga hari.

Abu Darda rda: 

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ إِذَا وَقَفْتُ عَلَى الْحِسَابِ أَنْ  يُقَالَ : قَدْ عَلِمْتَ فَمَاذَا عَمِلْتَ فِيْمَا عَلِمْتَ

"Sesungguhnya yang paling aku takuti adalah apabila aku berdiri untuk dihisab,aku  akan ditanya : "Kamu mengetahui? Maka apakah yang telah engkau perbuat dari yang  telah engkau ketahui?” (HR. Ad Darimi : 267)

C. Amal Jama'i

Seseorang sangat lemah jika sendiri, akan tetapi akan kuat bersama saudara lainnya. Apabila ia lupa, mereka mengingatkannya.  Apabila ia sadar, mereka membantunya. Mereka adalah kekuatan imaniyah yang memberikan dorongan atau motivasi serta keberanian untuk beramal. 

Alloh ﷻ berfirman :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. 5: 2)

Ini merupakan tafsir ta'awun imaniyah, manhajnya adalah ketakwaan, dan tujuannya adalah kebaikan. Betapa banyak orang yang meninggalkan saudaranya yang akhirnya diterkam serigala, mati seperti sedia kala.

D. Memiliki Tanggung Jawab Diri

Setiap masing-masing kita akan dimintakan pertanggung jawaban sendiri-sendiri, dan akan di hisab tentang amalnya, seperti firman Alloh ﷻ:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (QS. 74: 38)

Banyak sekali di antara kita yang mengubur keahliannya dan menyia-nyiakan kemampuannya, menunggu adanya orang lain yang akan menggerakan dan mengarahkannya. 

Mereka kehilangan rasa percaya diri untuk mengembangkan kemampuannya dan keahliannya.

E. Mengingat Hari Kiamat

Hal yang terbesar mendorong seseorang untuk beramal shalih adalah perenungannya akan keadaan manusia nanti pada hari kiamat dan ketika di alam Barzakh.

Ia akan mengingat, apabila ia diletakkan di dalam kuburnya, apa yang ada hadits al bara' bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"Datang kepada mayit dalam kuburnya, seseorang dengan wajah baik, pakaian yang baik dan wangi yang harum, ia berkata: "Bergembiralah dengan yang memudahkanmu, ini adalah harimu yang dijanjikan." Mayit itu berkata kepadanya: "Siapakah Engkau? Wajahmu datang dengan penuh kebaikan, maka ia menjawab: "Aku adalah amal sholih mu."
Ia akan mengingat akan dahsyatnya situasi di padang mahsyar, manusia dalam keadaan haus yang amat sangat dan matahari membakar kepada mereka ia mengingat: "Ada tujuh golongan yang mendapat naungan Alloh ﷻ, dalam ... pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya."

Ia mengingat shirat dan kegelapan nya, kemudian ia mengingat sabda Rasulullah ﷺ : "Manusia akan diberikan cahaya sesuai batasan amal mereka, beliau bersabda: "Diantara mereka ada yang diberi cahaya seperti gunung yang berada di hadapannya, ada yang diberi lebih dari itu dan diantara mereka ada diberi cahaya seperti pohon kurma di tangan kananya, hingga orang yang terakhir diberi cahaya pada jempol kakinya, kadang bercahaya dan terkadang padam. Apabila bercahaya ia melangkahkan kakinya dan apabila padam ia diam berdiri." Dia bersabda :

Maka ia berjalan, mereka berjalan di atas siroth (jembatan), seperti setajam pedang, dikatakan kepada mereka: "Berjalanlah kalian sesuai cahaya kalian."

F. Do'a

Sesungguhnya amanat yang diemban manusia sangatlah berat kecuali bagi orang-orang yang dimudahkan Alloh ﷻ. Maka Alloh ﷻ menjadikan ia mencintai keimanan dan amal shalih oleh karena itu senantiasa Rasulullah ﷺ dalam do'anya berkata: "Ya Allah tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan baik dalam beribadah kepada-Mu." Dan Nabi ﷺ memohon perlindungan dari kelemahan dan kemalasan, bahkan beliau memperbanyak memohon perlindungan dari keduanya.

Anas bin Malik ra berkata: "Aku membantu Nabi ﷺ dan aku mendengar beliau banyak berkata: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan ketakutan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang."

Sebagaimana Nabi ﷺ memohon perlindungan dari amal yang tidak membuahkan amal shalih yang bermanfaat, Nabi ﷺ bersabda: Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak takut, dari jiwa yang tidak pernah kenyang, dan dari ilmu yang tidak bermanfaat serta do'a yang tidak di  ijabah."_

G. Introspeksi Diri

Seyogyanya  bagi seorang muslim untuk menilai dirinya akan kekurangan dan kelebihannya, serta merasa takut kehilangan hal-hal yang utama dan tertinggal dari ahlu fadhl dalam beramal dan kesungguhan mereka.

Ibnu Rajab berkata: "Seharusnya seorang mu'min senantiasa melihat dirinya rendah pada derajat-derajat yang tinggi, sehingga ia dapat mengambil dua manfaat bagi jiwanya, yaitu bersungguh-sungguh dalam menggapai keutamaan dan berupaya meningkatkannya serta senantiasa memandang kepada dirinya dengan pandangan serba kurang."

"Orang yang cerdik adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk akhirat, sedang orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Alloh ﷻ."

◼️Tangisan Salaf dari Hilangnya Amal 

A. Abu Hurairah ra

Ketika kematian datang menjemputnya, beliau menangis. Maka dikatakan kepadanya; "Apa yang membuat anda menangis?, beliau menjawab: "Aku tidaklah menangisi dunia kalian ini, akan tetapi aku menangis karena jauhnya perjalanku dan sedikitnya perbekalanku. Dan sekarang aku mendaki untuk menuruni ke arah jannah dan neraka, dan aku tidak tahu kemana Alloh ﷻ akan mengambilku?"

B. Yunus Bin Ubaid

Seorang tabi'in Jalil yang telah bertemu dengan Anas ra, mereguk akhlak dan perangainya. Ketika kematian menjemputnya, beliau tidak berpikir pada maksiatnya atau fitnah yang telah dia terjerumus padanya dan dia tidak mengetahuinya  bahwa ia telah berjalan di atasnya. 

Akan tetapi ia membatasi pikirannya hanya pada kebaikan yang belum ia peroleh atau ia perbuat. 

Sehingga ia sangat menyesal telah meninggalkan urusan yang sangat besar ini. Ia melihat pada ujung kedua kakinya seraya menangis. Lantas orang-orang di sekitarnya tidak mengetahui apa yang membuat ia menangis atau yang membuat jiwanya goncang maka mereka bertanya kepadanya: "Wahai Abu Abdillah apa yang membuat Anda menangis? Lantas beliau berkata: "Kedua kaki tidak pernah berdebu di jalan Alloh ﷻ." Beliau menangis karena tidak merasakan debu pada kakinya di medan-medan jihad. Beliau menangis karena kehilangan pahala jihad ketika ia tidak memiliki anak panah.

C. Aku Berharap Seandainya Aku Syahid

Abu Junaid berkata Kholid bin Walid ketika menghadapi kematian, menangis dan berkata: "Aku telah menghadapi pasukan ini dan itu dan tidaklah satu jengkalpun dalam tubuhku melainkan terdapat tebasan pedang atau tusukan panah dan sekarang inilah aku mati di atas ranjangku. Mati seperti matinya dedaunan maka janganlah mati seperti mati para pengecut."

D. Mereka Berpaling Dan Mata Mereka Berlinangan Air Mata

Mereka ini adalah shahabat-shahabat yang miskin, kemiskinan mereka harus mengahalngi mereka dari jihad fii sabilillah dan menolong dien-Nya.  Maka mereka mendatangi Rasulullah ﷺ mengharapkan sesuatu yang dapat membawa mereka untuk berperang bersama Beliau dan dapat membela agama Alloh ﷻ dengan jiwa-jiwa mereka, hal ini terjadi pada saat perang 'usroh.  Maka Rasulullah ﷺ memohon maaf pada mereka dengan apa yang telah Alloh ﷻ kabarkan pada kita: (Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu). Maka jiwa mereka tidak pernah merasa nyaman berdiam diri tanpa berbuat, serta kehilangan kesempatam berjihad bersama Rasulullah ﷺ sehingga mata mereka basah bercucuran air mata, sedih dan sakit karena tidak dapat berinfaq untuk menolong dien ini. Alloh ﷻ berfirman (QS. At Taubah:92)

Akan tetapi tidak semua amal memiliki nilai di sisi Alloh ﷻ, diantara amal-amal yang dilakukan manusia, terdapat beberapa amal yang hanya membuat kita rugi, bahkan menyesal tanpa balasan mereka yang mulia disisi Alloh ﷻ, di antara amal-amal yang justru merugikan tersebut antara lain ialah:

Syirik akbar, ashgor, beramal menyelisihi sunnah Nabi dan mendzhalimi orang lain. 

Wallohu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Afni ~ Garut
Assalamualaikum ustadz,

Apakah besar kecilnya amal atau pahala itu dilihat dari nilai yang kita berikan?
Maksud nilai disini dari sisi uang atau barang.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Di lihat dari kadar keikhlasannya dan dari mengharap rahmat Alloh ﷻ ukhti. Akan lebih baik bila lebih besar nominalnya dan ikhlas dalam bersedekah disertai mengharapkan rahmat dan ampunan Alloh ﷻ.

Wallohu a'lam

🔹Terus apakah tepat ketika memberi hanya ada kesempatan saja ketika ada yang meminta atau ketika melihat kotak amal?

🌸Berinfak atau bersedekahlah disaat lapang maupun sempit ukhti. 

Jangan membatasi diri beramal hanya ketika ada kesempatan. Tapi buatlah kesempatan itu.

Dan beramal lah dengan amalan lainnya. Ingat usia kita ini sangat mahal, setiap saat berkurang. 

Wallohu a'lam

0️⃣2️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatu....

Tadz Bagaimana cara mengetahui, apakah seseorang beramal dengan ikhlas?
Terkadang dalam hati sudah berkata ikhlas karena Alloh ﷻ, tapi kadang timbul rasa bangga terhadap diri sendiri. Ustadz .

بَارَكَ اللّٰهُ فِيْكِ 
جَزَاك اللّٰهُ خَيْرًا

🌸Jawab:
Wa'alaykumussalam warohmatulloh wabarokatuh. 

Orang yang ikhlas itu beramal hanya mencari wajah atau keridhoan Alloh ﷻ dan... 
1) Tidak akan menyebut-menyebut atas amalannya, 
2) Segera melakukan amalan lainnya setelah mengerjakan suatu amalan.
3) Berupaya menjauhkan rasa bangga. 
4) Tidak. Memikirkan pujian atau celaan orang lain. 

Maka bila ada hal yang keliru, segera memohon perlindungan kepada Alloh ﷻ dari keburukan diri, godaan setan dan dari amalan yang tidak Alloh ﷻ terima. 

Wallohu a'lam

0️⃣3️⃣ Aisya ~ Cikampek
Kita diajarkan bertawasul dengan amal shaleh sbagai wasilah, apakah itu menghilangkan keikhlasan kita dalam beramal tadz?? 
Sebab kita mengungkit kembali amal yang sudah dikerjakan?

🌸Jawab:
Diperkenankan oleh syariat berarti tidak sampai derajat menghilangkan keikhlasan. 

Kita menyebut amal dalam rangka berwashilah penuh harap kepada Alloh ﷻ. Bukan mengungkit kepada orang yang kita bantu. 

Wallohu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Bismillah...
Kawan-kawan sekalian beramal lah guna mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ, selagi Alloh ﷻ masih berikan kesempatan. 

Ingatlah waktu yang Alloh ﷻ berikan terus berkurang, maka sibukkan diri dengan amal ketaatan. 

Jangan pernah menunggu sempat, tapi sempatkanlah. Jangan menunggu luang, tapi luangkanlah. 

Ingat, harimu atau waktumu yang kau lewati tanpa amal hanya akan menjadi penyesalan.

Jangan jatuhkan dirimu pada lembah kehinaan dan kedurhakaan hanya karena banyak mengabaikan amalan. 

Mari beramal, semoga Alloh ﷻ mudahkan kita sekalian.

Baarokallohu fiikunna. 
Wassalamu'alaykum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar