Kamis, 30 Desember 2021

BUAH HATI

 


OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 BUAH HATI

Alhamdulillah bertemu kembali. Saat ini masuk ke dalam buah hati.

Siapa yang tidak cinta dengan anak? Demi mereka, kita sebagai orang tua siap melakukan apa saja untuk kebahagiaan dan kegembiraan si buah hati. Anak menjadi pelipur lara di kala galau dan sedih. Sepenat apapun diri kita, apabila melihat "si kecil", maka akan hilang semua kepenatan yang ada pada raga ini. Sebaliknya, jika permata hati sedang mengalami gangguan kesehatan, aduh hati ini menjadi sedih dan pilu melihatnya. Bahkan, kalau bisa biarlah kita yang merasakan derita itu asalkan buah hati kita sembuh. 

Itulah besarnya perhatian dan kasih sayang untuk anak-anak kita. Se nakal dan se bandel apapun mereka tetap saja tidak mengurangi kasih sayang kita kepada mereka. Mereka adalah mahluk kecil yang seringkali mencuri sebagian besar perhatian kita.

Setiap kita sebagai orang tua, tentulah mempunyai obsesi dan harapan untuk anak di masa depan. Karakter serta sifat anak biasanya tidak jauh dari kreativitas, kemampuan serta kebiasaan kedua orang tuanya. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Ada anak umur lima tahun lihai memainkan drum, pasti orang tuanya seorang drummer. Ada juga yang pandai olah vokal, ya sudah dapat dipastikan orang tuanya seorang penyanyi. Ada juga yang masih ingusan sudah pandai main sulap, sudah diduga karena ayahnya seorang pesulap. 

Dari berbagai aktivitas serta keahlian anak yang diturunkan dari orang tuanya, ada satu bapak yang menarik perhatian saya. Bapak ini mempunyai tiga orang anak laki-laki yang masih kecil. Yang menjadi perhatian saya adalah, setiap waktu sholat Shubuh tiba, ketiga anaknya selalu dibawa ke masjid. Dan ini bukan sekali atau dua kali, tapi setiap hari. Sampai ada orang lain iba melihat anak-anak yang masih ngantuk sudah harus bangun pagi dan pergi ke masjid. 

Bapak itu memang mempunyai alasan dan pendirian yang luar biasa. “Saya hanya ingin memperkenalkan kepada anak saya sedini mungkin tentang kewajiban manusia kepada Tuhannya. Dan jika sudah besar nanti, mereka sudah terbiasa dan mudah untuk menjalani kebiasaan yang baik ini. Biarlah orang lain menilai apapun terhadap diri saya, tapi yang terpenting adalah penilaian Alloh ﷻ terhadap diri saya. Saya bangga mengorbankan anak saya untuk agama, sebagaimana orang lain senang mengorbankan anaknya untuk dunia,” begitulah penjelasan bapak tersebut.

Menanamkan akidah yang kokoh merupakan tugas utama orang tua. Orang tualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya sendi-sendi agama dalam diri si anak. 

Rasulullah ﷺ bersabda, "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (HR. al-Bukhari)

Memang, memperkenalkan agama sedini mungkin kepada anak merupakan pekerjaan yang memerlukan contoh dan suri teladan. Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami serta mengamalkan agama jika dia melihat contoh riil pada orang tuanya.

Orang tua adalah guru sekaligus orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan. Karenanya, orang tua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal sholeh. InsyaAllah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.

Lihatlah contoh dari seorang sahabat wanita di zaman Rasulullah ﷺ yang bernama Al Khanza binti Amru. Khanza, seorang ibu yang begitu taat kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya. Dia memiliki empat orang anak laki-laki yang gagah berani hasil didikannya di masa kecil. 

Saat kaum muslimin menghadapi peperangan di Al-Qadisiyyah, Sahabiah Khanza mengirimkan putranya yang pertama dalam peperangan tersebut, dan beberapa hari kemudian dia mendapat kabar dari utusan pasukan muslimin, bahwa anaknya yang pertama syahid di medan pertempuran. Namun, tidak ada setetes air matapun yang membasahi pipi dari ibunda Khanza, malah dia memanggil putranya yang kedua untuk pergi bersama utusan kaum muslimin turun kemedan perang. 

Tidak lama, utusan itupun datang memberi kabar, bahwa putra keduanya pun syahid. Lagi-lagi Khanza pun tidak menampakkan kesedihan yang mendalam atas gugurnya anaknya yang kedua. Maka dipanggillah putranya yang ketiga dengan perintah yang sama, untuk membantu kaum muslimin di medan peperangan. 

Nasib yang sama pun menimpa anaknya yang ketiga, yakni mati syahid. Dan dengan suara sedikit gemetar, dia panggil putranya yang keempat. “Nak, bantu perjuangan kakak-kakakmu. Lanjutkan perjuangannya, dan semoga engkau mendapat kemuliaan di sisi Alloh ﷻ,” nasihat Khanza menyemangati untuk putranya yang terakhir.  

Subhanallah, putra keempatnya pun mati di medan pertempuran. Dan menangislah Khanza di hadapan Allah Azza wa Jala, membuat utusan kaum muslimin ini bingung. “Wahai Khanza, ketika anakmu yang pertama syahid, engkau tak meneteskan airmata. Begitupun anak yang kedua dan yang ketiga, engkau tidak menangis. Namun, ketika putramu yang keempat gugur, barulah engkau menangis. Apakah anak yang keempat ini sangat istimewa bagimu?” Kata utusan kaum muslimin. “Bagiku, anak yang pertama, kedua dan seterusnya, semuanya istimewa dalam kehidupanku. Yang aku tangisi bukan kematian mereka, tetapi yang ku tangisi adalah saya tidak memiliki anak lagi yang bisa aku berikan untuk Alloh ﷻ dan Rasul-Nya demi membela agama ini. Dan kematian putra-putraku telah memuliakanku, dan aku berharap kepada Rabb-ku, semoga Dia mengumpulkan diriku bersama mereka di dalam kediaman yang penuh dengan Rahmat-Nya (surga),” jawab Khanza. (Disebutkan dalam Thabaqat Asy-Syafi’i (1/260), Al-Ishabah (7/6/4))

Semoga dengan kisah di atas, kita sebagai orang tua mulai berbenah dan menata kembali untuk kehidupan masa depan anak-anak kita. Tidak ada salahnya mendidik mereka menjadi orang yang pintar serta memiliki keahlian untuk dunia. Namun, alangkah lebih baik jika pintar ilmu dunia dibarengi juga pintar dan ahli dalam ilmu agama. 

Berapa banyak kita sebagai orang tua, begitu risau dan sedih jika hasil ulangan Matematika atau Bahasa Inggris anak kita di bawah nilai lima? Maka, akan kita panggilkan guru privat untuk mereka. Tapi, sedikit sekali orangtua yang risau dan sedih jika anaknya tidak sholat atau tidak bisa membaca Al-Qur’an. 

Bahkan, untuk mengisi waktu luang, mereka kita kursuskan musik, teater, drama atau menari yang tidak satupun ada kaitannya dengan agama. Dunia sudah penuh dengan orang yang pintar dan kreativitas tinggi. Jika satu Doktor mati, maka seribu Doktor sudah mengantri sebagai penggantinya. Begitupun selebritis, politikus, teknokrat atau pengusaha sudah banyak penggantinya. Tetapi, sangat sedikit orang yang alim dan berakhlak mulia serta paham ilmu agama sebagai pengganti Ulama di zaman yang sudah semakin maju ini.

Saya baru menyadari, kenapa bapak yang memiliki tiga orang anak laki-laki yang masih kecil tersebut, rajin membawa anaknya ke masjid di waktu Shubuh. Kini, setelah anaknya yang pertama berusia 13 tahun, dan yang kedua 10 tahun, ada atau tidak ada orang tuanya, mereka sudah terbiasa sholat lima waktu datang ke masjid. Subhanallah. Tidak ada kata terlambat dalam hidup ini, mari kita ciptakan generasi muda yang berwawasan dunia dan akhirat, yang dimulai dari keluarga kita sendiri.

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang ‘Amir (penguasa) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan istri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.” [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829), dan Ahmad (II/5, 54-55, 111), dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma]

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum,

Bagaimana cara menjaga anak 7 tahun yang suka bermain diluar agar perbuatan dan perkataan buruk yang didapat dari luar TIDAK mempengaruhi anak kita? Jazakallah khairan.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Senantiasa rajin mengaji dan ibadah ya agar terjaga.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Afni ~ Garut
Assalamualaikum

Saya di titipi seorang anak dari umur 4 tahun dan sekarang sudah berumur 11 tahun, dan saya didik sesuai prenting pengetahuan saya, tapi setiap saya mendidik pasti beda dengan ibu saya, karena ibu saya tidak mau ribet, jadi yang saya ingin tanyakan bagaimana menghadapi perbedaan itu?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Anak sangat membutuhkan pengetahuan agama yang kuat dan kasih sayang dalam pengetahuan agar berada di jalan yang Alloh ﷻ Ridhoi. Letaknya adalah orang tua agar giat bersama anaknya untuk senantiasa berada di jalan yang Alloh ﷻ Ridhoi.

🔹Apakah saya salah ketika saya mengalah kepada orang tua saya, meski misalnya menurut saya benar? Karena orang tua saya lebih berpengalaman daripada saya yang hanya masih belajar dari materi.

🌸Telah benar. Untuk mengalah jalan terbaik, suatu saat orang tua pun akan memahami yang diharapkan anaknya.

🔹Oh ustadz, jadi lebih baik mengikuti orang tua yang berpengalaman daripada kita yang hanya tahu ilmunya?

🌸Ada kalanya mengalah, kecuali hal prinsip mengacu pada ilmu dan adab.

🔹MaasyaAllah. 
Iya ustadz terima kasih banyak ilmu dan arahannya.

🌸Sama-sama, semoga bermanfaat.

0️⃣3️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Ustadz benarkah kecerdasan ananda tergantung didikan dari bundanya.
Dan karakter ananda tergantung perilaku atau karakter padanya?
Dan bagai mana menurut pandangan Islam ustadz 

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kecerdasan datang berdasarkan pada keimanan dan ketakwaan ya. Karena orang tua hanya wasilah, sebab banyak orang tua yang bukan muslim anaknya menjadi muslim adanya hidayah sampai kepadanya.

🔹Masyaallah.
Jadi tergantung bagai mana kita sebagai orang tua mengarahkannya kah ustadz?

🌸Ya, maka arahkan jalan menuju surga bersama-sama.

🔹Bagaimana jadi jika oran tua tidak saling bersinergi ustadz?
Apakah akan wujud hal demikian.

🌸Akan terwujud hanya yang masuk ke dalam pilihan, hanya saja sinergi akan terjadi orang tua bersama anaknya sebagai orang tua mengantarkan ke jalan yang Alloh ﷻ Ridhoi.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Cikampek
Bagaimana pengkondisian edukasi pada anak.

Dewasa ini lelaki disibukkan pekerjaan di luar karena himpitan dan tuntutan ekonomi. Untuk biaya hidup. Bahkan tidak sedikit wanita harus turun lapangan untuk menambah pemasukan.
(Bukan curhat) tapi fakta.

🌸Jawab:
Edukasi yang terbaik agar orang tua bersama anak saling sinergi hiasi dengan meraih kehidupan akhirat, maka dunia akan mengikutinya.

🔹Kebanyakan suami menganggap tanggung jawab yang utama adalah nafkah ustadz.

🌸Suami tidak hanya sebatas dalam nafkah, karena kepala rumah tangga sebagai leader untuk bersama istri anak ya untuk menuju ridho ilahi.

Wallahu a'lam

🔹Masyaallah. tabarakllah 
Ustadz.

Iya... Tapi teori tidak serumet lapangan, ustadz 
Syahdu saya kalau sudah bahas ini baper.

Pertanyaan dari saya cukup sekian ustadz.
Jazakallahu khair

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Berikan buah hati selalu berada di jalan yang Alloh ﷻ Ridhoi.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar