Minggu, 25 April 2021

SU'UDZON MU MELEMAHKAN IMAN MU

 


OLeH: Ustadzah Chichi Mulyaningsih

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

Bismillahirrohmanirrohiim...

Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’ 

"(Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thoha: 25-28)

Semoga Allah ﷻ senantiasa mengkaruniakan ridho dan barokah-Nya kepada kita. Agar amal sederhana kita malam ini menjadi bekal mendapatkan  Rahmat-Nya.Aamiin

Yang terhormat, Founder komunitas Majlis Perindu Surga Mba Hanny DW, Para Admin Perindu Surga dan Sahabat saya pejuang Al Quran komunitas Perindu Surga yang dirahmati Alloh ﷻ...

Sudah selesai menunaikan sholat Isya dan urusan keluarga?

Mohon tunaikan dulu ya... Selesai semua baru kita belajar bersama.

Salam sayang dari Bogor, untuk pencinta Sunnah Rasulullah ﷺ karena menebar salam kita menebar cinta pada Risalah ini SUUZHONMU MELEMAHKAN IMANMU.

Ukhtifillah sekalian yang saya cintai karena Allah ﷻ.

Taukah antum apa dosa-dosa hati yang sering melalaikan kita? ‘Ujub, riya’, sum’ah (sombong, ingin dilihat, ingin dipuji)? 

Memang 3 dosa ini amat berbahaya, bahkan tercatat termasuk jenis dosa yang dikhawatirkan oleh Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam karena bisa meniadakan ikhlas dalam beramal. Tapi ada satu dosa lagi yang benar-benar melalaikan, dosa yang sering membuat orang terpedaya dan melakukan pembenaran untuk mendukung perbuatannya Suudzon.

Ya, banyak di antara kita yang terpedaya untuk ber-suudzon sampai-sampai membuat berbagai alasan untuk membenarkannya.

Sebagai contoh suudzon terhadap makhluk Rasulullah ﷺ, melihat karyawan yang kalem klemak-klemek, langsung suudzon bahwa dia orang yang lelet, tidak kreatif dan tidak pintar cari duit, apalagi ngomongnya nggah-nggih, njih-njih, padahal memang dia orang solo-yogya, dibesarkan dalam keluarga kraton, bahasa keluarganya pun kromo inggil (Jawa halus )maka wajar kalau dia seperti itu. Jelas beda dengan orang yang besar di tengah keluarga pekerja kasar alias serba otot, seperti hidup di lingkungan pekerja tambang atau offshore. 

Atau kita suudzon dengan Allahﷻ Rabb kita, seperti semisal kita sudah kerja keras tapi hasilnya belum memuaskan, belum bisa sekaya yang lainnya, padahal kita juga berdoa dengan rajin kepada Allahﷻ agar kita menjadi orang yang beruntung dengan memiliki kekayaan. Atau banyak suudzon kita yang lainnya.

Janganlah kita suuzhon dengan Allahﷻ Karena Allahﷻ sebaik-baik pengatur urusan kita.

Suudzon kepada Allah ﷻ selain berdosa juga akan membuat kita cepat berputus asa dari Rahmat Allah ﷻ atau pun akhirnya berujung lemahnya iman kita.

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang membangkitkan semangat kita untuk tetap husnuzhon pada Allahﷻ.

"Katakanlah hai hamba-hambaku yang melampaui batas pada diri mereka sendiri. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allahﷻ. Sesungguhnya Allohﷻ mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."_ ( QS. Az - Zumar: 53 )

Bersyukur ala Rasulullah ﷺ ya dengan banyak ibadah, akhirnya ada atsar (bekas) ibadah kita  berupa akhlak baik.

Maka bisakah sabar, syukur, tawadhu, qonaah, iffah menjadi akhlak dalam diri kita. Akhlak itu sesuatu yang melekat, ciri yang ada pada kita. Bahkan kalau para ulama mengatakan jika ingin rejeki mengalir deras sederas sungai maka peliharalah hati yang bersih atau qolbun salim.

Percayalah, ibadah yang banyak akan merubah kita menjadi orang orang yang hanif atau lurus.

Maka ingin sakinah terhadap ujian ini lakukanlah ibadah wajib tepat waktu dan lakukan terus ibadah sunnah yang Istiqomah. Akhirnya tumbuhlah sikap baik, lurus qolbun Salim karena semua hidayah dari Allahﷻ.

Ketahuilah saudaraku, Alloh ﷻ telah mewanti-wanti kita bahwa secara umum suudzon adalah perkara yang harus dihindari, Alloh ﷻ berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujuraat 12)

Kenapa kok harus dihindari? Karena suudzon dapat mengantarkan pada dosa, bahkan dapat menjadi pintu masuk bagi dosa-dosa lainnya; Tajassus dan Ghibah.

Alloh ﷻ berfirman dalam kelanjutan ayat di atas,

إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

"Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Alloh ﷻ. Sejatinya Alloh ﷻ Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat: 12)

Perhatikanlah ayat ini, orang yang memiliki sifat suka buruk sangka alias mudah suudzon kepada orang lain tanpa dasar akan mudah untuk mencari-cari kesalahan dan keburukan saudaranya demi membuktikan prasangkanya. Inilah yang disebut dengan Tajassus. 

Padahal tajassus itu sendiri juga wasilah menuju dosa berikutnya, yaitu ghibah. Karena orang yang tajassus itu akan berusaha untuk menampakkan dan menyebarkan aib saudaranya yang berhasil ia dapatkan.

Syeikh ‘Abdurrohman bin Nashir As-Sa’di rohimahulloh berkata,

فإن بقاء ظن السوء بالقلب، لا يقتصر صاحبه على مجرد ذلك، بل لا يزال به، حتى يقول ما لا ينبغي، ويفعل ما لا ينبغي

“Sejatinya adanya suudzon di dalam hati tidak akan menyebabkan pelakunya tersebut akan berhenti di situ saja. Akan tetapi, suudzon tersebut akan terus-menerus ada sampai pelakunya berkata dan berbuat yang tidak sepatutnya.” (Taisiir Karimirrahman, 801)

Maksud berkata dan berbuat yang tidak sepatutnya adalah ghibah dan tajassus. Sehingga bisa dikatakan; ‘suudzon adalah bibitnya, tajassus dan ghibah adalah buahnya’. Bermula dari dosa suudzon akan melahirkan dosa-dosa lainnya.

Begitu pula dengan suuzhon akan melemahkan mental ataupun keimanan seorang muslim, Karena kita tidak percaya pada Alloh ﷻ yang sudah mengatur setiap keadaan atau kejadian yang terjadi saat ini.

Sungguh benar kata pepatah: “husnudzon itu mudah, keruh dan kotornya hatilah yang membuatnya susah.”

Bentuk hati kita menjadi pribadi yang tulus, ikhlas dalam berteman, rapatkan barisan dengan kuatnya hati kita semua karena takwa kepada Allahﷻ. Jadilah hamba hamba Alloh ﷻ yang pemaaf karena ciri penghuni syurga adalah Waafina'aninnaas.

Jadi sabar, sabar dan sabar ya dalam bermuamalah kepada Alloh ﷻ juga kepada makhluk Allahﷻ.

Yang kita harus pegang dalam muamalah kepada sesama kita adalah jangan pernah ingin menyakiti siapapun walaupun dalam bentuk tausyiah sekalipun

Ada hamba Allahﷻ yang tersakiti maka kata Allahﷻ dimana ada hamba-Ku yang tersakiti disitu ada aku.

Jadi, jangan pernah menyelesaikan masalah dengan mengghibah ataupun tajasus. Walaupun kedua penyakit itu dari zaman Rasulullah ﷺ sampai zaman kita masih ngetrend dan in terus karena Setan suka sekali sama hamba yang bermusuhan.

Bagaimana mencegah agar kita tidak terjebak dalam Suudzon?

Islam memberikan kecaman yang keras kepada mereka yang berperilaku berdasarkan prasangka. Kita tahu istilah bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Tentu saja, karena fitnah sangat mungkin lahir dari prasangka yang ada di dalam pikiran kita. Lebih jelas lagi, Allah ﷻ menegaskan terkait dengan prasangka yang sangat mungkin memunculkan pergunjingan dengan kecaman yang keras, masih di dalam QS. Al Hujuraat: 12.

"Dan janganlah kalian saling menggunjingkan yang lain. Apakah kalian suka menjadi orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa benci atau jijik untuk memakannya. Dan bertakwalah kepada Allahﷻ. Sesungguhnya Allahﷻ Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (QS. Al Hujuraat: 12).

Landasan moral dari ayat di atas, tentunya dapat menjadi motivasi bagi Muslim untuk menjauhi prasangka yang negatif terhadap orang lain. Pertanyaannya kemudian, bagaimana psikologi dapat membantu proses individu untuk menjauhkan diri dari kecenderungan suudzon terhadap yang lain? 

Beberapa poin yang kita bangun berdasarkan level pikiran dan perasaan kita di bawah ini insya Allah ﷻ bermanfaat bagi kita semua.

★ Pertama, 

Tekankan bahwa pikiran kita atau apa yang kita pikirkan, really matters. Ia bisa menjadi akar dari banyak persoalan, baik yang sifatnya individual maupun sosial. Kita perlu mengelola pikiran kita agar senantiasa objektif dan hati-hati. Kalaupun ia mengandung bias, usahakan agar output-nya bernilai positif. Bahasa kerennya, positive thinking. Tetapi tetap saja, poin utamanya adalah objektifitas dan kejujuran dalam memberikan penilaian atau menarik kesimpulan.

★ Kedua, 

Fokus pada apa yang kita rasakan, maka kita perlu berusaha untuk menumbuhkan perasaan positif di dalam diri kita. Perasaan positif ini dapat dimunculkan dengan mengelola pikiran maupun perilaku kita. Pikiran positif akan memberikan dampak emosi yang positif. Perilaku positif pun demikian. Misalnya apa yang kita rasakan setelah kita memberikan sesuatu kepada orang lain. Orang lain tersebut bisa jadi merasa bahagia, karena menerima apa yang dia butuhkan. Dan kita pun boleh jadi merasa lebih bahagia, karena membahagiakan orang lain. Begitulah, energi negatif yang muncul dalam prasangka, ibarat kotoran yang masuk di dalam air. Ia dapat dibersihkan dengan terus menerus menambahkan air yang jernih ke dalamnya. Cara “menambahkan air” adalah dengan yang pertama memahami terlebih dahulu Suudzon itu muncul karena map (peta) pikiran kita yang sangat sempit. Kita tidak memiliki cukup banyak alternatif informasi untuk memberikan penilaian terhadap situasi eksternal yang kita hadapi. 

★ Ketiga, 

Perluas map pikiran kita. Semakin lengkap dan detail peta yang kita miliki maka semakin kecil peluang untuk tersesat. Demikian juga ketika kita memberikan penilaian terhadap orang, kelompok atau situasi, semakin detail informasi, semakin lengkap gambarannya maka semakin kecil peluang kita melakukan kesalahan judgment. Cara memperluas peta pikiran adalah dengan bertanya, melakukan klarifikasi  dan dalam Islam dikenal konsep bertanya yang keren yaitu tabayyun.

Semoga Allah ﷻ memberikan Taufik hidayah pada kita semua.

Wallahu'alam bisshowab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

❀ TaNYa JaWaB ❀

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ iiN ~ Boyolali

Ummi begini, bagian kedua yang terakhir membahas tentang berpikir positif, apakah itu juga memungkinkan untuk "asal percaya" saja?

Mohon pencerahannya.

🔷Jawab:

Iya Afwan, untuk menjadi orang baik memang susah-susah gampang, maka libatkan Allahﷻ dalam setiap keputusan yang akan kita  ambil, Sunnah Rasulullah ﷺ jika ada hal yang misal meragukan dari tawaran atau cerita atau masalah rejeki yang meragukan, maka Sholat Istikharah ya, terus saja minta petunjuk Allahﷻ Semisal kita punya niat baik InSyaaAllah disertai doa “ya Allahﷻ apakah ini rejeki yang baik yang datang pada saya?“ Dalam masa istikhoroh jauhi maksiat jaga hati kita tetap bening dan minta waktu istikhoroh jangan sebentar minimal 3 sampai 7 hari, agar Alloh ﷻ memberikan petunjuk kebaikan tentunya semisal hati yang tenang memutuskan perkara rejeki yang datang.

Jadi, percaya berdasarkan ikhtiar manusiawi kita juga hasil mendekatkan diri dulu kepada Allah ﷻ

Terus saja berdoa selesai tahajud, istikhoroh minta kepada Allahﷻ dengan kerendahan hati: “ya Allah apakah ini rejeki terbaik dari-Mu? Jika iya maka dekatkan dan mudahkan, serta hamba minta rejeki terbaik dari-Mu.” InSyaaAllah kalau kita tulus ibadahnya Allahﷻ akan bantu dengan jawaban terbaik. 

Wallahu'alam

0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten

1. Ketika kita sedang asik ngobrol sama teman dan mungkin dalam obrolan itu ada ghibah yang keluar dari mulut kita tanpa kita sadari, bagaimana cara kita menyadari bahwa ini ghibah dan kita dapat mengerem dalam pembicaraan agar tidak berlarut kemana-mana?

2. Ketika kita berusaha tidak suudzon sama Alloh ﷻ dan berusah selalu berfikir positif dalam menyikapi semuanya tapi kadang ketika kita di titik terendah terbesit “ya Allah kenapa sih? Alloh ﷻ kenapa gitu?” Bagaimana um?

3. Teman-teman dekat fitri yang sudah mengenal fitri, dan mereka sudah tahu fitri seperti apa,   mereka kadang suka ngomong fitri tuhh diem orangnya tapi sekali ngomong langsung ke hati tapi mereka ngomong begitu sambil bercanda, tapi fitri kadang mikir bun apa iya? Padahal fitri tidak ngomong kasar,  tidak ngomong macam macam katanya “kamu sekali ngomong celetukan kamu itu ngena ke hati” bagaimana yah um kalau begini, tapi emang iya sih fitri kalau bilang jelek yah jelek, kalau bilang tidak suka yah tidak suka apa adanya gitu, apa kita berbicara apa adanya sesuai fakta itu tidak boleh um?

🔷Jawab:

1. Disinilah mudhorotnya kalau ngobrol dengan dosis yang tidak terkontrol bisa jatuh pada ghibah, berat ya dosa ghibah dari kita harus minta maaf sama yang kita ghibahin, yang kita ghibahin juga harus mau memaafkannya, dan yang lebih penting kita minta maaf sama Alloh ﷻ, maka cara kita mengerem membicarakan satu masalah, bikin kesepakatan, misal kita mau ambil hikmah atau ibroh ya, jadi jangan mengghibah, kita bicarakan seperlunya untuk mengambil solusi saja dan setiap bicara atau berketik baca basmallah serta perbanyak istighfar, kalau perlu berdoa dalam hati, “ya Rabb jauhkan hamba membicarakan hal yang sia-sia,” maka para ulama salaf memberitahu kita setiap pagi dan sore baca dzikir pagi dan petang ada bacaan, Laillahailallah wahdahula syarikalahu Lahulmulku walahul Hamdi wahuwa 'ala qulli syaiinn Qodir baca dzikir ini 100 kali dalam sehari InSyaaAllah dijaga Alloh ﷻ dari perbuatan atau pembicaraan sia-sia. 

Wallahu'alam

2. Makanya usahakan jangan ada di titik terendah, kita pasrahkan tawakal saja ke Alloh ﷻ dengan berdoa saat sholat, nangis ya baca doa Nabi Yunus atau doa Nabi Adam, kalau perlu sholat taubat minta ampun karena masalah atau ujian yang datang bisa jadi buah dari dosa dosa kita dan proses penumbuhan keyakinan itu ada dalam sholat yang banyak dan sabar.

Fadzkurunii adzkurqum wadzkurulii walaa takfuruu yaayyuhalladzinastainuu bishobri wa Sholah, 

Ikut ayat ini sholat dan sabar, Alloh ﷻ yang akan menumbuhkan keyakinan kita bisa menyelesaikan masalah itu dan pertolongan Alloh ﷻ tidak akan terlambat, maka mulai taubat kita dengan banyaknya ibadah hingga kita tidak meragukan Alloh ﷻ.

Coba mba Fitri kalau bicara sama saya tentang suatu yang penting lalu saya ragukan kebenarannya mba Fitri kesal tidak? Kalau Alloh ﷻ tidak kesal, hanya Alloh ﷻ diamkan dulu kita hingga kita bisa yakin hanya Alloh ﷻ yang bisa menolong kita. Maka proses sabar dalam menyelesaikan masalah kita harus ada ya, misal kita bisnis rugi terus harus dicari penyebabnya dan sholat berdoa nanti Alloh ﷻ tunjukkan kesalahan kita, semisal ternyata terlibat pinjaman rentenir yang melilit itu berat taubatnya harus janji tidak mengulang kesalahan yang sama.

Maka jangan ragukan Alloh ﷻ sama sekali, mau tahu caranya jaminkan diri kita dalam bentuk ibadah wajib tepat waktu dan ibadah sunnah sampai kita istiqomah melakukannya semua. 

Wallahu'alam

3. Iya kuncinya tadi hadits qudsi yang Alloh ﷻ bilang dimana ada hamba-Ku yang tersakiti ada Aku kata Alloh ﷻ. Memang menyaring kalimat yang kita bicarakan tidak mudah, bahkan maaf ya mba fit beda orang terpelajar faham nilai Islam akan lebih hati hati ngomongnya ketimbang mempertaruhkan syahwat lisan kita. Jadi, pelan pelan dan sabar dalam bicara tak semua keterusterangan itu baik apalagi menyakiti sampai keluar isi lisan kita dan puas itu jangan. Ukur saja dalam diri kita ya say, kalau yang keluar kalimat yang menyakiti kita senang tidak digituin? Yang ada orang akan menjauh karena lisan kita juga.

Jalan keluarnya tilawah Al-Qur'an yang banyak minimal 1 juz dan biasakan shoum InSyaaAllah Allah kasih hidayah. 

Wallahu'alam

0️⃣3️⃣ Han ~ Gresik

Assalamu'alaikum,

Umm, apakah benar ada suudzon yang diperbolehkan? Bagaimana penjelasannya umm.

Dan kapan suudzon itu dianggap boleh um?

🔷Jawab:

Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Mba Han yang namanya suudzon itu dosa, mungkin bukan suudzon ya redaksi kalimat atau sikap kita lebih kepada kehati-hatian ya... Kalau kehati-hatian sangat dibolehkan, bahkan jika kita bohong untuk sesuatu yang benar dengan tujuan menyelamatkan nyawa saudara muslim kita boleh. 

Wallahu'alam

0️⃣4️⃣ Han ~ Gresik

Assalamu'alaikum,

Umm, bagaimana jika seseorang terjatuh dalam prasangka buruk kepada Alloh ﷻ dan manusia (muslim & non muslim)?

Apakah berbeda hukumnya?

🔷Jawab:

Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Ya, berprasangka buruk kepada Alloh ﷻ ya intinya. Kalau seorang muslim itu apa? Kalau orang kafir, apapun sangkaan dia sama Allah ﷻ. Eh, ini prasangka buruk untuk sama orang kafir dulu, orang kafir ke Allah ﷻ ya. Apapun amal orang kafir saja sudah tidak diterima sama Allahﷻ ya kalau dia berprasangka buruk ya sudah memang tempat mereka di neraka begitu ya. Biarkan mereka mencari siapa Allahﷻ. Jadi, apa namanya kalau misalnya mereka berprasangka buruk, amal mereka saja tidak. Bagaimana dengan prasangka-prasangka mereka kepada Alloh ﷻ karena mereka tidak kenal sama Allah ﷻ kan? Mereka tidak kenal asmaul husna sifat-sifat Allah ﷻ begitu jadi bahasanya tinggal menunggu waktu yang tepat bagaimana Allah  ﷻ mengahzab mereka, kan kalau ahzab di dunia. Wallahualam.

Itu ketentuan Allahﷻ ahzab di akhirat pasti masuk neraka. Itu kalau orang kafir ya. Kalau muslim yang terus kita pahami itu yang pertama Allahﷻ itu menjadikan dunia itu sebagai tempat ujian, ujian untuk menyaring mana yang sejati. Mana yang muslim munafik atau mukmin? Ya, mukmin ya. Mana mukmin sejati mana ghairu mukmin. Jadi, orang-orang muslim sejati hendaknya dia hobi belajar. Jadi tahu begitu. Kalau misalnya number one Alloh ﷻ menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian maka kalau misalnya sering kali kita kecebur dalam masalah dan tidak kelar-kelar berarti kan memang ada yang salah. Dalam diri kita yang harus diperbaiki. Tentunya perbaikinya yang terbaik adalah banyak ibadah, terus yang kedua, banyak belajar, banyak ilmu, menuntut ilmu seperti ikut kajian di sini. Itu jangan ada yang pergi. 

Kita pelan-pelan, kalau memang banyak masalah yang ruwet begitu. Insyaallah kalau kita nambah ilmu akan nambah mudah untuk menyelesaikan masalah. Yang pertama kenali dulu medan ini judulnya ini Medan Ujian. Jadi, semua tidak akan unik ya. Kita percaya tidak percaya sama ujian Alloh ﷻ tetap akan Alloh ﷻ uji. Jadi, apakah kita bisa menjadi mukmin sejati atau orang munafik? Dia tidak mau belajar dia ingin tahu Islam kulit-kulitnya saja. Jadi, susah dia untuk memahami Islam dengan baik. Makanya mudah dia berprasangka buruk sama Alloh ﷻ. Kalau seorang mukmin, yang kedua, harus belajar tentang sifat Allahﷻ : Allahﷻ Maha Adil, Allahﷻ Bijaksana, Allah ﷻ Maha Pengasih, Penyayang. Dan Allahﷻ Maha, Allah ﷻ Maha Penerima Taubat. Allah ﷻ Maha Allahﷻ Maha  apa? Pengampun dosa kita, Allah ﷻ Maha Penerima doa kita. Kalau kita kenal sifat Allahﷻ dengan baik, maka kita akan menjadi muslim atau mukmin yang taat, jadi setiap kali diuji kita terus tambah ketaatan kita dan caranya adalah salah satunya banyak muhasabah introspeksi diri. Oh dulu banyak kali ya cobaan buat saya makanya Allahﷻ menyegerakannya di dunia mungkin saya bukan orang yang kuat dengan panasnya api neraka. Makanya Allah ﷻ menguji saya di dunia untuk menghisap dosa-dosa saya agar insyaallah kalau saya sabar maka Allah ﷻ  akan memberikan pahala surga untuk kita begitu. 

Jadi, apa modal kita sabar terus saja dengan ibadah ibadah kita yang lain nanti Allahﷻ menghapus dosa-dosa kita. Apalagi sekarang Ramadhan itu masyaAllah, maksudnya pahala puasa dapat, terus Alloh ﷻ menghapus dosa-dosa kita yang lalu. Ya, jadi diusahakan terus memperbaiki taubat kita. Dan kita harus berpikir positif. Kalau Alloh ﷻ kan dalam ayatnya selalu bilang : hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas. Kata Allahﷻ kita kan sering berbuat zalim sama diri kita sendiri ya. Kita tidak sadar saja kata Allah ﷻ jangan berputus asa dari rahmat-Ku, jangan pernah berputus asa, jadi ketika kita berbuat zalim lalu kita taubat, kita jangan putus asa terus saja ibadah, terus ibadah yang banyak, kalau misalnya belum juga ditolong Alloh ﷻ, apalagi nih, ibadah apalagi yang membuat murka Allahﷻ itu berkurang sama kita atau apa yang dapat menambah Alloh ﷻ sayang kepada kita. Jadi, bikin Allahﷻ jatuh cinta dengan ibadah-ibadah kita dengan ketaatan-ketaatan kita kepada Allahﷻ, insya Allah jika kita menjadi orang baik, rezeki itu akan baik insya Allah ﷻ. 

Jadi, yang harus diperhatikan adalah seiring dengan rezeki kita yang akan datang. Jadi, kalau orang yang sering maksiat memang rezekinya akan susah. Apalagi kalau tidak taubat. Jadi, makanya prasangka buruk itu termasuk suudzan kepada Allahﷻ jatuhnya dosa. Makanya jadi dosa dan jatuhnya maksiat kan? Makanya harus pelan-pelan kurangin, pelan-pelan. Kita banyak ibadah. Terus bagaimana? Banyak-banyak apa? Istighfar. Sebagai bentuk taubat kita. Terus yang ketiga, jangan berputus asa.

Wallahualam bissawab.

0️⃣5️⃣ Phity ~ Yogja

Assalamu'alaykum...

Umm, kalau kita sudah melihat beberapa kejadian janggal yang membuat kita mencurigai seseorang, tapi bukan kapasitas kami mengusut dan memperjelasnya, hanya jadi perbincangan antar teman saja, apakah itu juga termasuk su'udzon dan ghibah?

Berkali-kali pikiran ini menepis biar tidak mikir aneh-aneh, tapi kok susah. akhirnya kepancing lagi ketika ada suatu kejadian. Terus nyambung-nyambung dengan kejadian sebelum-sebelumnya. Normal kah? 

🔷Jawab:

Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Mbak phity memang  itu ujian kita ya, ujian kita kepada sesama manusia. Yang harus kita pahami dulu adalah bahasa Al Quran itu, bahkan sifat-sifat penghuni surga itu adalah saling memaafkan ya jadi manusia itu tempatnya salah. Bisa jadi yang harus kita pahami adalah apa nilai islamiah dulu. Di ukhuwah itu saudara kita punya hak, punya hak di husnuzonin, di baik sangkain oleh kita. Itu Cinta, cinta yang namanya apa kalau hak-hak ukhuwah itu taaruf ya, proses taarufnya. Terus tafahum, saling memahamin, bisa jadi orang ini bikin salah melulu karena memang orangnya ceroboh begitu ya. Jadi, memang  bisa atau tidak kita, perangkat itu adalah iman. Jadi, iman kita harus diperbaiki. Jangan berburuk sangka bersama saudara kita.  Bagian dari ukhuwah itu kita mau tabayun. Tabayun itu saling apa, ngobrol, gitu. Tegur, baik-baik, sesuai kapasitas kapasitas kita. 

Dalam Al-Qur'an diajarkan  saling menasihati lah kamu dalam keadaan sabar untuk bersabar dan saling menasihati, menasihatilah kamu untuk kebaikan. Nilai ukhuwah begitu, jadi kalau saudara kita salah jangan di diemin. Akhirnya kan suudzon. Nih orang tidak tahu ya. Memang dia tidak tahu aslinya. Kalau dia sudah bikin salah dia merasa tidak salah, tidak tahu, atau dia tidak paham Islam sama sekali begitu. Jadi, pekerjaan yang bikin salah, yang dia paham shalat terus begini.  MasyaAllah kalau saudara kita masih shalat, saudara kita masih bayar zakat, itu jangan disuudzonin kalau bisa kita tetap temanin, oh dia tidak paham kita ajak kajian begitu, jadi ditabayunin, tabayun itu saling membicarakan ya, jangan dibicarakan di belakang. Kalau misalnya kita bicara di belakang, jatuhnya sudah suudzon. 

Jadi, langsung seperti bagaimana menghilangkan itu? Kita tabayun, tabayun. Itu memang menimbulkan keimanan yang tinggi, Iman sama Alloh ﷻ. Kenapa? Supaya kita menumbuhkan sifat berani untuk menasihati saudara kita, kalau kita menumpuk-numpuk kesalahan dengan suudzan, suudzan, suudzan akhirnya apa? Kita maksiat sama Allahﷻ kan? Maksudnya itu dosa. Ya mendingan kita ini, jadi mulailah negor dengan basa-basi misalnya baca bismillah, bismillah bagaimana? Apa kabar? “Mbak-Mbak, tahu tidak kemarin yang Mbak buat.” Misalnya kalau dia lebih tua dari kita ya, dia bukan hak kita begitu ya. Terus bagaimana. Tapi walaupun dia bos kita kan dia manusia, yang boleh kita takutin hanya Alloh ﷻ. Makanya jangan mandang manusia itu berdasarkan tahta dan perangkat-perangkat jabatan. Jadi tersekat. Jadi, bagaimana kita baiknya? Ya sudah. Pelan-pelan saja tausiyah sama teman atau bos kita. 

Kalau perlu akhlak kita, persembahkan untuk dia yang baik, lama-lama dia berbuat buruk, tapi kita baik, kita tetap jadi orang baik, dia akan tersentuh. Mudah-mudahan itu bagian dari nilai dakwah. Terus, haknya di husnudzonin itu hak ukhuwah. Kita ta’aruf. Berproses. Ternyata saudara kita benar ya, tidak tahu syariat Islam yang bagaimana, akhirnya dia ceroboh. Dia menyakitin kita, dia tidak tahu kalau misalnya ada Allah ﷻ di setiap orang yang di sakitin sama Dia.  wallahualam  

Sekarang kita berpangka baik dulu sama orang itu. Terus yang kedua, tabayun. Ayo ditegur. Pelan-pelan. Ketiga didoain, doain nih. Orang biar dilurusin hatinya sama Allahﷻ. Terus ya Allahﷻ bagaimana aku menegur orang ini supaya jadi baik? Kalaupun tidak harus lewat tanganku maka bagaimana caranya? Minta-minta petunjuk sama Allahﷻ doain. Jadi baca doa cinta ya. Jadi terus titik-titik panjang tuh ya, itu bacain ketika kita baca doa Robithah bayangin itu Robithah Cinta supaya apa? Kita Sama-sama saling mencintai karena Allahﷻ. ya bersama-sama sama teman kita ini. 

Jadi, sayangin kalau orang salah, jangan dilecehkan. Karena bisa jadi nanti kalau Allahﷻ tidak ridha malah kita berbuat kesalahan yang sama, tidak mau kan? Pertama husnuzon, punya hak di baik sangkain terus kuncinya hak kasih sayang jadinya di kasih sayangin kepada siapa pun, karena Rasulullah ﷺ, kita ikutin dakwahnya Rosul, Rosul tuh sangat berkasih sayang kepada siapapun termasuk sama musuh-musuhnya. Jadi, memang kita sebal, gedek melihat teman kita kok orang ini salah, terus nih orang ini cari masalah nih, orang gerakannya mencurigakan, bisa jadi dia tidak paham apa yang dia lakukan, coba husnudzon tanya, terus yang kedua tabayun beegitu, itu memiliki keimanan, memang akan mengandung risiko bisa jadi kalau dia tidak terima, wah kamu bla, bla, bla, bla. Tapi yakin setiap yang diomongin sama kita kalau mengandung kebaikan insya Allah. Nanti pahalanya banyak buat kita juga, begitu. Terus yang ketiga, nasihatin terus banyak doain. Insyaallah kalau kita doanya tulus sama Alloh ﷻ diijabah ya.

Wallahu alam.

0️⃣6️⃣ Ami ~ Serpong

Assalamu'alaikum wa rahmatullah

Bagaimana caranya menghilangkan suudzon kita kepada ketentuan Alloh ﷻ yang belum bisa kita terima dengan ikhlas. 

Padahal kita sudah berusaha untuk meyakini bahwa pasti setiap kejadian yang terjadi pada diri kita, semestinya semua atas kehendak-Nya.

🔷Jawab:

Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Harus dikoreksi dulu sikap kita. Kalau memang bu Ami paham kalau semua yang terjadi atas kehendak Allahﷻ,  ya kita harus belajar lapang dada. Jadi, kalau kita tidak terima namanya kita tidak paham. Kalau paham itu harus ada amalnya. Jadi buat kita apa? Kita tenang, kita paham benar-benar itu hidayah. Jadi, hidayah kan paham kita jadi dapat hidayah dari Allahﷻ. Kalau misalnya belum terima artinya tidak dapat hidayah. Terus bagaimana caranya? Banyakin ibadah Bu, banyakin ibadah sunah. Shalat rawatib. qobla bakda itu jangan ditinggalin, terus shaumnya jangan ditinggalin. Itu kalau kita belum bisa memaafkan Alloh ﷻ atas takdir yang terjadi kepada kita, mohon maaf ya, berarti kita kan sudah  menyalahkan rukun iman, percaya sama takdir Allahﷻ pasti akan ada yang terbaik. 

Kalau Alloh ﷻ memberikan masalah kepada kita. Masalah takdirnya sudah terjadi hal takdir yang buruk. Kenapa begini? Coba Ibu punya sikap yang positif, terima dulu, Bu. Menerima masalah yang diberikan Allahﷻ. Menerima diri yang diberikan Alloh ﷻ, sama Alloh ﷻ sudah dikasih setengah jalan keluar. Kenapa? Hati kita akan dibikin tenang sama Allahﷻ. Terus yang kedua, coba Ibu banyak ibadah. Mungkin ada yang salah sama Ibu. Mungkin banyak yang kurang dari ibadah, Ibu. Mungkin banyak yang kurang atau selalu sama Ibu. Jadi, biasanya orang yang tidak terima itu karena tidak sabar dan harus banyak shaum. Kalau perlu shaum Daud. Kita banyak salah, tapi Allah ﷻ tidak musnahin hidup kita. Allah ﷻ tidak bikin mati, bisa jadi, kita lebih dzalim. Dzalim sama diri kita sendiri maupun dzalim sama orang, tapi kita tidak sadar. Tapi Allahﷻ kan menguji kita buat apa? Buat mengingetkan kita ada Aku loh, kata Allahﷻ. Kamu jangan berbuat dzalim sama yang lain. Kamu jangan minta. Jadi, sekali lagi masalah ini membuat kita introspeksi diri dosa apa yang sudah kita perbuat sebelumnya. Misalnya, kita sudah paham, misalnya kebanyakan makan riba itu kan haram, kalau riba itu kan umumkan berperang melawan Aku kata surah Al-Baqarah itu ya, perang melawan Allahﷻ manusia mana ada yang menang begitu. Jadi, ujian demi ujian itu kita pahami dulu ada apa dengan perbuatan maksiat kita begitu ya, misalnya kita curang. Terus kita makan barang haram dan lain sebagainya dan banyak deh bu yang kita nyakitin, nyakitin orang tua, nyakitin teman kita itu secara enggak sadar kita tuh sudah bikin dosa. 

Jadi, apa Allah ﷻ pelan-pelan begitu nyakitin anak kita juga begitu pelan-pelan cabut nikmat, supaya apa? Supaya kita kembali taubat kepada Allahﷻ. Jadi, kenali dulu masalah ujian, terus jangan putus asa. Dari ujian itu Allah ﷻ akan nolong kalau kita bertaubat, taubatnya dengan memperbanyak ibadah. Jadi, banyakin ibadahnya terus tilawah. Kalau saya alhamdulillah tilawah sehari tuh empat sampai lima juz itu bukan cuman menenangkan hati, tapi Allahﷻ tarik masalah saya ketika punya masalah yang berat sama Allah ﷻ dibantu pelan-pelan. Tapi Allahﷻ pahami dulu, ini tidak boleh, ini seperti begini tidak boleh, tidak pernah terjebak riba, tidak boleh, ini haram, bahkan dosa riba itu adalah seperti kita menzinai ibu kandung kita, saya sambil berdoa sama Allahﷻ, “ya Allahﷻ, dosa saya apa lagi?” Pelan-pelan nanti Allah ﷻ kasih tahu apa lagi dosa kita. Perbanyak ibadah sampai apa hati kita insya Allah dilapangkan, terus nanti ketika kita makin banyak ibadahnya, misalnya istighfarnya sehari lima belas ribu, seharinya sepuluh ribu, kita tidak tahu. Dosa apa yang pernah kita buat. Atau minimal lima ribu satu hari istighfarnya itu insya Allah akan dibantu. Jadi, perbanyak ibadah-ibadah kita supaya kita sanggup berhusnuzon, berbaik sangka sama Allah ﷻ,  makanya kata Allahﷻ  “Jadi semua yang terjadi  di dunia ini adalah atas kehendak-Ku.”

Jadi, sepertinya kita sudah teliti ya Bu. Ternyata kita ketipu juga. Itu tetap kehendak Allahﷻ. Jadi, supaya kita muamalahnya bersih, supaya kita ingat bayar zakat, supaya kita ingat banyak macam-macam yang kadang manusia itu lupa. Tapi Alloh ﷻ Maha Melihat Maha Cermat. Allahﷻ tidak ingin kita menjadi muslim yang lama-lama di neraka. Allah ﷻ tidak ingin kita lalai terus. Sampai akhirnya dari lalainya sikap kita beribadah sampai akhirnya akhlak kita jadi minus. Lantaran apa? Kita tidak terikat lagi hati kita sama Allahﷻ. Kita tidak takut lagi berbuat maksiat. Itu sudah banyak tumpukan-tumpukan kesalahan kita yang akhirnya ketika kita bertaubat, kok taubat kita lama ya dijawabnya ?, padahal kita tidak lupa ya dosa-dosa kita zaman dulu tuh apa saja, coba di-list begitu. 

Saya sampai kalau ngelist dosa sendiri, saya nangisnya tuh sampai bermalam-malam begitu ya Allah ya Rabbi, untung saja tidak di ambil nyawa saya dalam keadaan berdosa. Saya sering ngomong sendiri. “Ya Allah dosa saya banyak sekali ya pantas, yang ini belum diijabah, yang ini belum dikabulin. Yang ini…”. Terus kita banyak-banyak istighfar. Lima belas ribu. Ternyata saya dikasih hikmah Bu sama Allahﷻ. Oh, kalau kamu misalnya dulu berjodoh sama dia. Oh, kamu cepat cerainya Kenapa dia ternyata orangnya keras ya, gini, gini, gini, gitu. Jadi, saya dulu pernah misalnya suka sama ikhwan. Tapi tidak dijodohin sama Alloh ﷻ, kan kalau tidak dijodohin rasanya sepertinya bagaimana ya sama, sama suka, sempat tidak terima begitu ya. Tapi ketika kita lapang dada, ya sudah, saya mohon jodoh, yang menurut-Mu ya Allahﷻ dikasih yang terbaik. Dan pas kita pelajarin terus banyak sikap kita dan sikap dia yang memang saling bertabrakan. Kalau di jodohin wallahualam. 

Allahﷻ lebih tahu, makanya Allahﷻ Maha Tahu, Allahﷻ lebih tahu dan Allahﷻ tahu yang terbaik buat kita. Itu yang harus kita husnuzon. Caranya dengan apa banyakin ibadah ya Bu. Tahajudnya jangan pernah dijawab delapan rakaat. Tiga rakaat. itu witir. Terus shalat sebelum tidur, biasakan shalat dhuha sama shalat taubat dua rakaat, shalat hajat dua rakaat. Jadi, berhajat supaya kita ingin memperbaiki masalah, ingin berdamai sama orang yang bermasalah, itu shalat hajat terus saja bu, shalat taubat, kitanya taubat sama Alloh ﷻ, ternyata punya salah juga. Ya maaf ya bu, kalau tidak berkenan, saya kalau ngomong suka begini, suka blak-blakan begini, karena kan mudah-mudahan omongan buat belajar saya sendiri, untuk introspeksi diri saya sendiri ya. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Waktu Allohﷻ selalu sempurna dalam hal apapun. Kita tidak bisa selalu memahami ada hikmah apa di baliknya. Tapi kita harus belajar untuk meyakininya.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar