Minggu, 25 April 2021

AMALAN PUASA



OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I.

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸AMALAN PUASA

Bentuk rasa syukur bisa ditunjukan dengan melaksanakan amalan bulan Ramadhan terbaik.

√ 1. Puasa

Pada bulan Ramadhan, puasa menjadi ibadah wajib yang harus dilakukan oleh semua kaum muslim yang mampu.

Setiap amalan di bulan Ramadhan akan dilipatkan mulai dari 10 kali lipat hingga 700 kali lipat kecuali puasa. Sebab, Alloh ﷻ sendiri yang akan membalasnya.

Untuk membahas amalan bulan Ramadhan ini, Rasulullah ﷺ bersabda:

”Barang siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka Alloh ﷻ akan menghapuskan dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

√ 2. Fokus Beribadah di 10 Hari Terakhir

Pada 10 hari terakhir Ramadhan, Alloh ﷻ menjanjikan akan memberikan ampunan kepada umat Islam yang beribadah.

Selain menjalankan sunnah, amalan bulan Ramadhan ini bisa menunjukkan keseriusan dari hari-hari sebelumnya sehingga bisa memberikan amalan bulan Ramadhan yang terbaik menjelang berakhir.

Menjelaskan hal ini, dalam salah satu hadis Rasulullah ﷺ bersabda:

“Rasulullah ﷺ sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim).

√ 3. Melakukan I’tikaf

Amalan bulan Ramadhan ini terkait dengan akan jatuhnya malam Lailatuh Qadar pada satu malam di antara 10 hari terakhir Ramadhan.

Jika berhasil mendapatkan keistimewaan malam Lailatul Qadar, tentu saja pahala yang didapat akan sangat besar.

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Aku pernah melakukan i’tikaf pada sepuluh hari Ramadhan yang pertama. Aku berkeinginan mencari malam lailatul qadar pada malam tersebut. Kemudian aku beri’tikaf di pertengahan bulan, aku datang dan ada yang mengatakan padaku bahwa lailatul qadar itu di sepuluh hari yang terakhir. ‘Siapa saja yang ingin beri’tikaf di antara kalian, maka beri’tikaflah,’. Lalu di antara para sahabat ada yang beri’tikaf bersama beliau.” (HR. Bukhari).

√ 4. Menghidupkan Malam Lailatul Qadar

Menjadi amalan bulan Ramadhan yang utama, setiap malam ganjil terakhir yang diisyaratkan sebagai malam Lailatul Qadar disunnahkan memperbanyak shalat sunnah, dzikir, dan membaca Al-Qur'an.

Namun, amalan yang paling utama di malam ini adalah memperbanyak shalat.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Alloh ﷻ, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari).

Lailatul Qadar merupakan malam seribu malam yang datang pada tanggal-tanggal ganjil di akhir bulan Ramadhan dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27.

Sesungguhnya, satu amal shaleh yang dikerjakan pada bulan Ramadhan lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan.

√ 5. Membaca Al-Qur'an

Amalan bulan Ramadhan ini dikategorikan sebagai amalan khusus, karena bisa digabungkan dengan amalan puasa.

Sehingga seakan-akan, jika seseorang berpuasa namun tidak menfokuskan diri dalam membaca ayat Al-Qur'an tidak mendapatkan fadillah ibadah.

Alloh ﷻ berfirman:

“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al Baqarah: 185).

Selain itu, dalam sebuah hadis Ibnu ‘Abbas RA pernah berkata:

“Dahulu Malaikat Jibril senantiasa menjumpai Rasulullah ﷺ pada setiap malam Ramadhan, dan selanjutnya ia membaca Al-Qur’an bersamanya.” (HR Bukhari).

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Phity ~ Yogja
Ustadz, kalau sedang berhalangan, bolehkah menghafalkan Al qur'an dengan menggunakan al qur'an tikror?

🌸Jawab:
Sangat boleh, bila ada terjemahan.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten
Ustadz secara garis besar i'tikaf itu apa sih? Apa i'tikaf juga ada cara-cara yang baik dan benarnya?

🌸Jawab:
Secara umum i'tikaf berdiam diri di masjid dengan melaksanakan ibadah dalam shalat sunah dan membaca Al-Qur'an beserta mendengarkan tausiyah dengan tidak bolak balik keluar masjid, bila kembali ke masjid niat kembali i'tikaf nya.

💎Kalau perempuan itukan tidak boleh lama berdiam diri di masjid,  terus kalau di bulan ramadhan ini bagaimana tuh ada perempuan perempuan yang i'tikaf di masjid?

🌸Wanita boleh i'tikaf bila ada mahrom ya,
bila tidak ada, cukup di rumah.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Na ~ Semarang
Assalamualaikum,

Ijin bertanya masalah jima' Ustadz.

Maaf. Bukan membandingkan pendapat antara si A dan si B. Namun ada kebimbangan.

Jadi, setahun lalu. Seorang ustadz itu pernah berkata, "Berhubungan badan saat siang hari ketika bulan ramadhan itu tidak akan dijatuhi denda. Dengan catatan: Membatalkan puasa terlebih dahulu dan sudah tidak dapat menahan sekali."

Namun tadi waktu mengaji. Ustadzah di tempat saya bilangnya "Haram. Wajib denda. Meski sudah niat membatalkan."

Lalu teman saya berpendapat (bilang sama saya). "Tidak apa, kalau sudah batalin dulu. Ada di kitab qurotun uyyun."

Yang saya tanyakan.
Manakah pendapat yang lebih kuat?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Yang lebih kuat boleh jima' dalam ramadhan hanya pada malam hari.

Berbeda pada siang hari.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Rasulullah ﷺ, kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau. Lalu pria tersebut mengatakan, ‘Wahai Rasulullah ﷺ, celaka aku,’. Kemudian, Rasulullah ﷺ berkata:

‘Apa yang terjadi padamu?’. Pria tadi menjawab: ‘Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa’. Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya: ‘Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdeka kan?’

Pria tadi menjawab: ‘Tidak’. Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya lagi: ‘Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?’. Pria tadi menjawab: ‘Tidak’. kemudian beliau bertanya lagi: ‘Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?’. Pria tadi juga menjawab: ‘Tidak’.

Kemudian beliau diam. Tatkala dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada beliau. Kemudian beliau berkata, ’Di mana orang yang bertanya tadi?’. Pria tersebut menjawab, ‘Ya, aku,’. Kemudian beliau mengatakan, ‘Ambillah dan bersedakahlah dengannya,’

Kemudian pria tadi berkata: ‘Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah ﷺ? Demi Alloh ﷻ, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku,’. Kemudian Rasulullah ﷺ tertawa sampai terlihat gigi taringnya dan berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis tersebut terlihat bahwa hukum berhubungan suami istri di bulan Ramadhan haram dilakukan saat siang hari. Dan jika seseorang melanggarnya, maka orang tersebut harus membayar denda yang telah ditentukan.

Dalam kitab qurotun uyyun pembahasannya singkat, tetapi kembali kepada dasar yang kuat.

💎Berarti di kitab tersebut memang ada. Namun seharusnya kembali kepada yang paling kuat ya, Tadz?

Berarti meski sudah niat membatalkan tetap bayar denda? Lalu takaran memberi makan 60 orang itu berapa?
Apakah dipatok harus se lepak. Atau hanya sebungkus?

🌸Ya dasar yang kuat, maka dalam Syarah ya di muat dalam hadist rasul.

Ketentuan jima' di siang hari membatalkan puasa tetap membayar kifarat sebanyak 60 orang fakir miskin masing-masing 1 liter beras.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Tia ~ Bandung
Assalamualaikum,

Ustadz berapa hitungan untuk bayar fidyah ibu menyusui? Karena tidak ikut puasa.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Sesuai jumlah yang ditinggalkan puasanya.

Bila tidak puasanya 1 hari maka 1 liter beras diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Dijelaskan oleh Al Jashshosh radhiyallahu ‘anha,

“Keringanan separuh shalat tentu saja dikhususkan bagi musafir. Sedangkan bagi ibu hamil dan menyusui, tidak dibolehkan untuk mengqoshor shalat. Keringanan puasa bagi ibu hamil dan menyusui sama halnya dengan keringanan puasa bagi musafir.  Keringanan musafir yang tidak berpuasa adalah mengqodhonya, tanpa membayar fidyah. Maka berlaku pula bagi ibu hamil dan menyusui. Dari sini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara ibu hamil dan menyusui jika keduanya khawatir membahayakan dirinya atau anaknya (ketika mereka berpuasa) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak merinci hal ini.”
(Ahkamul Qur’an, Ahmad bin ‘Ali Ar Rozi Al Jashshosh, 1: 224)

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Ramadhan meraih amalan yang terbaik agar terjadi ketakwaan yang sejati.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar