Minggu, 25 April 2021

BEKERJA UNTUK DUNIA DAN AKHIRAT




OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Sahabat-sahabat ku, tiba kembali saatnya kita sharing. 

Segala puji hanya tertuju untuk Alloh ﷻ yang telah mengizinkan kita bersama di majelis ini. Sholawat dan salam kita haturkan untuk Rasulullah ﷺ, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

💎 BEKERJA UNTUK DUNIA DAN AKHIRAT

Sholehah...
Manusia diciptakan Alloh ﷻ sebagai khalifah yang memiliki hak dan kewajiban dalam menjalankan syariat Islam. 

Dengan bekerja dan beribadah manusia dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alloh ﷻ memerintahkan manusia selalu berdoa dan berusaha sehingga apa yang dilakukannya membuahkan hasil. 

Bagi manusia yang bekerja dan berusaha mengubah nasibnya jangan lupa tujuan terakhir kita adalah untuk akhirat. Meski demikian, setiap orang bisa terjebak dari salah satunya; dunia atau akhirat.

Orang yang terjerat pada dunia, ia akan selalu bekerja keras dan berusaha agar apa yang dilakukannya di dunia ini dapat membahagiakan dirinya, seakan-akan kehidupan di dunia ini abadi sehingga memunculkan sikap hidup materialisme dan hedonisme.

Sedangkan orang yang terjerat hanya pada kepentingan akhirat, maka ia akan selalu terus menerus beribadah tetapi melupakan kenikmatan di dunia, berusaha menjadikan dirinya agar dekat kepada Alloh ﷻ. Islam mencintai seorang muslim yang giat bekerja, mandiri, apalagi rajin memberi. Sebaliknya, Islam membenci manusia yang pemalas, suka berpangku tangan dan menjadi beban orang lain. 

Alloh ﷻ berfirman:

فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ

“Maka carilah rezeki di sisi Alloh ﷻ...” (QS. Al ‘Ankabut: 17). 

Bekerja dalam pandangan Islam begitu tinggi derajat-nya. Hingga Alloh ﷻ dalam Al Qur`an menggandengkannya dengan jihad memerangi orang-orang kafir.

وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Alloh ﷻ; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Alloh ﷻ.” (QS. Al Muzzammil: 20). 

Rasulullah ﷺ bahkan menyebut aktifitas bekerja sebagai jihad di jalan Alloh ﷻ.

Diriwayatkan, beberapa orang sahabat melihat seorang pemuda kuat yang rajin bekerja. Mereka pun berkata mengomentari pemuda tersebut, 
“Andai saja ini (rajin dan giat) dilakukan untuk jihad di jalan Alloh ﷻ.”

Nabi ﷺ segera menyela mereka dengan sabdanya, 
“Janganlan kamu berkata seperti itu. Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Alloh ﷻ. Jika ia bekerja untuk menafkahi kedua orang-tuanya yang sudah tua, maka ia di jalan Alloh ﷻ. Dan jika ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, maka ia pun di jalan Alloh ﷻ. Namun jika ia bekerja dalam rangka riya' atau berbangga diri, maka ia di jalan setan.” (HR. Thabrani, dinilai shahih oleh Al Albani)

Manusia paling mulia di muka bumi ini adalah para Nabi. Tugas yang mereka emban di dunia ini sangat mulia, yaitu berdakwah kepada agama Alloh ﷻ dan mengajarkan risalahnya kepada manusia yang lain. Alloh ﷻ sering mengisahkan kepada kita perjuangan dakwah mereka dalam Al Qur`an. Namun begitu, Alloh ﷻ dalam Al Qur`an juga menyebutkan sisi lain dari kehidupan mereka. 

Mereka juga seperti manusia yang lain pada umumnya, termasuk dalam hal bekerja dan mencari penghidupan. Alloh ﷻ berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ

“Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (QS. Al Furqan: 20). 

Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya berkata, 
“Maksud-nya, mereka mencari penghidupan di dunia... ayat ini merupakan landasan disyariatkannya bekerja mencari penghasilan baik dengan berniaga, produksi atau yang lainnya.”

Nabi Adam bertani, Ibrahim menjual pakaian, Nuh dan Zakaria tukang kayu, Idris penjahit dan Musa penggembala. Alloh ﷻ mengisahkan dalam Al Qur`an bahwa Nabi Dawud membuat baju besi.

وَعَلَّمْنَاهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِنْ بَأْسِكُمْ فَهَلْ أَنْتُمْ شَاكِرُونَ

"Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperangan mu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Alloh ﷻ).” (QS. Al Anbiya [21]: 80). 

"Dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba`: 10-11). 

Nabi kita yang mulia juga mengabarkan, bahwa beliau pernah bekerja sebagai penggembala kambing. 
“Tidaklah Alloh ﷻ mengutus seorang nabi melainkan pernah menjadi penggembala kambing.” Para sahabat berkata, “Begitu juga engkau?” beliau bersabda, “Ya, aku pernah menggembala kambing penduduk Makkah dengan upah sejumlah uang.” (HR. Bukhari). 

Baginda Rasulullah ﷺ juga berdagang. Beliau pernah melakukan perjalanan bisnis ke negeri Syam untuk menjual barang-barang dagangan milik Khadijah radhiyallahu ‘anha. Oleh karena itu semua, Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja dan berusaha mencari penghidupan. Alloh ﷻ berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mukl: 15). 

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaran lah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Alloh ﷻ dan ingatlah Alloh ﷻ banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al Jumu’ah: 10). 

Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya, 
“Diriwayat-kan dari sebagian salaf bahwa ia berkata, “Barangsiapa yang membeli atau menjual sesuatu pada hari jumat setelah shalat, Alloh ﷻ akan memberkahi untuknya 70 kali.”

Nabi ﷺ bersabda, 
“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari makanan yang dihasilkan dari pekerjaan tangannya sendiri.” (HR. Bukhari). 

Semangat ini juga difahami oleh para sahabat yang mulia –semoga Alloh ﷻ meridhai mereka. Mereka juga para pekerja. 

Diriwayatkan Abu Bakar penjual pakaian, Umar bekerja mengurusi kulit, Utsman bin Affan pedagang, Ali bin Abi Thalib bekerja sebagai pegawai lebih dari satu kali untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Begitu juga para sahabat yang lain seperti Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Az Zubai bin Al Awwam, Amr bin al Ash dan yang lainnya memiliki pekerjaan masing-masing dalam rangka mencari penghidupan di dunia ini.

Sholehah, di atas telah dijelaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk bekerja, hidup dalam kemuliaan dan tidak menjadi beban orang lain. Islam juga memberi kebebasan dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan setiap orang. 

Namun demikian, Islam mengatur batasan-batasan, meletakkan prinsip-prinsip dan menetapkan nilai-nilai yang harus dijaga oleh seorang muslim, agar kemudian aktifitas bekerjanya benar-benar dipandang oleh Alloh ﷻ sebagai kegiatan ibadah yang memberi keuntungan berlipat di dunia dan di akhirat. 

Berikut ini adalah batasan-batasan tersebut:

★ Pertama, Pekerjaan yang dijalani harus halal dan baik. 

Alloh ﷻ berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Alloh ﷻ, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah: 172). 

Setiap muslim diperintahkan untuk makan yang halal-halal saja serta hanya memberi dari hasil usahanya yang halal, agar pekerjaan itu mendatangkan kemaslahatan dan bukan justru menimbulkan kerusakan. 

Itu semua tidak dapat diwujudkan, kecuali jika pekerjaan yang dilakukannya termasuk kategori pekerjaan yang dihalalkan oleh Islam. 
Maka tidak boleh bagi seorang muslim bekerja dalam bidang-bidang yang dianggap oleh Islam sebagai kemaksiatan dan akan menimbulkan kerusakan. 

Diantara bentuk pekerjaan yang diharamkan oleh Islam adalah membuat patung, memproduksi khamr dan jenis barang yang memabukkan lainnya, berjudi atau bekerja dalam pekerjaan yang mengandung unsur judi, riba, suap-menyuap, sihir, ternak babi, mencuri, merampok, menipu dan memanipulasi dan begitu pula seluruh pekerjaan yang termasuk membantu perbuatan haram seperti menjual anggur kepada produsen arak, menjual senjata kepada orang-orang yang memerangi kaum muslimin, bekerja ditempat-tempat maksiat yang melalaikan dan merusak moral manusia dan lain sebagainya.

★ Kedua, Bekerja dengan profesional dan penuh tanggungjawab.

Islam tidak memerintahkan umatnya untuk sekedar bekerja, akan tetapi mendorong umatnya agar senantiasa bekerja dengan baik dan bertanggungjawab. 

Nabi ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya Alloh ﷻ mencintai seorang di antara kalian yang jika bekerja, maka ia bekerja dengan baik.” (HR. Baihaqi, dinilai shahih oleh Al Albani dalam “Silsilah As Shahihah”). 

Beliau juga bersabda, 
“Sesungguhnya Alloh ﷻ mewajibkan perbuatan ihsan atas segala sesuatu.” (HR Muslim). 

Yang dimaksud dengan profesional dalam bekerja adalah, merasa memiliki tanggungjawab atas pekerjaan tersebut, memperhatikan dengan baik urusannya dan berhati-hati untuk tidak melakukan kesalahan.

★ Ketiga, Ikhlas dalam bekerja. 

Yaitu meniatkan aktifitas bekerjanya tersebut untuk mencari ridho Alloh ﷻ dan beribadah kepada-Nya. 

Nabi ﷺ bersabda, 
“Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu tergantung niat. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari Muslim). 

Niat sangat penting dalam bekerja. Jika kita ingin pekerjaan kita dinilai ibadah, maka niat ibadah itu harus hadir dalam sanubari kita. Segala lelah dan setiap tetesan keringat karena bekerja akan dipandang oleh Alloh ﷻ sebagai ketundukan dan amal shaleh disebabkan karena niat. Untuk itulah, jangan sampai kita melupakan niat tersebut saat kita bekerja, sehingga kita kehilangan pahala ibadah yang sangat besar dari pekerjaan yang kita jalani itu.

★ Keempat, Tidak melalaikan kewajiban kepada Alloh ﷻ.

Bekerja juga akan bernilai ibadah jika pekerjaan apapun yang kita jalani tidak sampai melalaikan dan melupakan kita dari kewajiban-kewajiban kepada Alloh ﷻ. 

Sibuk bekerja tidak boleh sampai membuat kita meninggalkan kewajiban.
Shalat misalnya. Ia adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. 

Maka, jangan sampai kesibukan bekerja mencari karunia Alloh ﷻ mengakibatkan ia meninggalkan shalat walaupun hanya satu kali. Begitu pula dengan kewajiban yang lainnya, seperti zakat, puasa, haji, bersilaturahmi dan ibadah-ibadah wajib lainnya.

Itulah beberapa prinsip dan etika penting yang harus dijaga oleh siapa saja yang tengah bekerja untuk mencukup diri dan keluarga yang berada dalam tanggungannya. Bekerja adalah tindakan mulia. Keuntungan dunia dapat diraih dengannya. 

Namun bagi seorang muslim, hendaknya bekerja menjadi memiliki keuntungan ganda, keuntungan di dunia dengan terkumpulnya pundi-pundi kekayaan, dan di akhirat dengan pahala melimpah dan kenikmatan surga karena nilai ibadah yang dikandungnya. 

Wallahu a’lam.

Demikian dulu dari saya. Semoga bermanfaat.

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0⃣1⃣ Safitri ~ Banten 
Assalamualaikum bun,

Kalau diterima kita bekerja terus dan tidak memperdulikan diri sendiri bukan tidak memperdulikan sih lebih ke kita merasa capek dan lelah mungkin badan dan pikiran juga butuh istirahat tapi kita memaksa bekerja terus dan menganggap enteng sudahlah biasa saja nanti kalau diam di rumah malah sakitnya berkepanjangan dibawa kerja saja. 

Apa ketika kita seperti ini itu artinya kita mendzolimi diri sendiri, Bun?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Islam itu sangat peduli dengan ummatnya. Tidak membiarkan ummatnya teraniaya, termasuk menganiaya diri sendiri dengan bekerja tanpa menghiraukan kebutuhan tubuh yaitu istirahat yang cukup.

"Sesungguhnya Tubuhmu Punya Hak atas Dirimu." (HR. Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya dari riwayat Abdullah ibnu Amru ibnu Ash. Hadits "senada juga diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya dari Abi Juhaifah Wahab ibnu Abdullah. Dengan redaksi hadits. (Sesungguhnya Jiwamu Punya Hak atas Dirimu). 

Karenanya berikan hak hak tubuh, baik hak secara fisik maupun secara ruh. 
Jangan egois pada diri sendiri hanya karena ingin menuju pencapaian demi pencapaian. 

Tubuh ini hanyalah pinjaman, jika kita mengembalikannya dalam keadaan rusak kepada pemiliknya, bagaimana kita harus mempertanggungjawabkan jika kita tak berusaha untuk menjaganya? 

Wallahu a'lam. 

0⃣2⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Bu, bagaimana jika bekerjanya mengharapkan yang lebih tapi tidak sadar akan kemapuan diri?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Hampir sama dengan pertanyaan pertama. Berikan tubuh itu haknya, jika sudah silakan bekerja sekuat kemampuan. 

Jangan paksakan tubuh untuk terus bergulat dengan kehidupan sementara kita abai dengan apa yang dia butuhkan!

Wallahu a'lam. 

🌷Maksudnya itu kemampuan tidak seberapa, tapi minta gaji lebih atau minta fasilitas lebih begitu, Bu?

🌀Yaa itu sama saja tidak sadar kemampuan namanya. 
Ada pepatah, Bayang bayang itu sepanjang badan.

Tunjukkan saja kemampuan sebaik baiknya, maka kita akan menerima sesuai dengan apa yang kita usahakan. Kecuali di tempat yang memang gajinya telah ditentukan sesuai ketentuan yang ada. 

Wallahu a'lam. 

0⃣3⃣ Oom Sri ~ Bandung
Bu, apa ada kaitannya antara doa yang tercantum pada Surah Al Baqarah ayat 201 dengan kasus seseorang yang bisa terjebak di dunia dan di akhirat?

🌀Jawab:
Justru sebaliknya Bund, di dalam tafsiran ayat tersebut, doa itu mengajarkan kepada orang-orang beriman untuk menyeimbangkan kehidupan hingga mendapatkan dunia dan akhirat. Mereka yang  berdoa agar meminta kebahagiaan dunia dan akhirat adalah orang beruntung. 

Wallahu a'lam. 

0⃣4⃣ Dwi ~ Bondowoso
Assalamualaikum Bun...

Bekerja adalah kenikmatan luar biasa jika kita menjalaninya dengan ikhlas. Dulu kita sebagai guru mampu bekerja sambil beribadah untuk akhirat, mengajak anak didik kita untuk lebih mengenal Islam dengan ajaran dan kebiasaan yang sesuai dengan ajaran Islam, bahkan kita sering keras dalam hal siswa TIDAK sholat. 

Namun saat ini setiap kita berbicara tentang agama maka yang berhak memberi adalah guru agama. Kita guru lain TIDAK boleh terlalu ekstrem dalam memberikan materi keagamaan. Ini seakan mengikat kami untuk tidak bisa mengajarkan perilaku sesuai ajaran islam. Nikmat sebagai guru sedikit terganggu, Bun. 

Menurut bunda apa yang harus kita lakukan agar kita yang peduli terhadap agama TIDAK dianggap ekstrem, padahal menurut saya biasalah kita bekerja sebagai guru bukan hanya mengajar bidangnya tapi membenarkan juga akidah mereka?

Maaf kalau terlalu panjang bunda, ini baru-baru saja karena saya terima infonya.

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Saya juga baru dengar ini kasus seperti ini. 
Seorang guru adalah pendidik bagi murid-muridnya. Sebagai orang tua, sudah sepantasnya guru mendidik anak-anak dengan baik, selama apa yang dia berikan itu benar, tidak menyalahi kaidah kaidah ilmu yang berlaku. Kenapa harus membatasi? 

Silakan pengawasan tetap berada di bawah guru bidang studi, tapi untuk mengingatkan, membetulkan yang salah, mengajarkan dilakukan oleh siapa saja dengan syarat dia mengetahui ilmu tersebut. itu sih menurut saya. Begitu Islam mengajarkan kita, lihat apa yang disampaikan, jangan lihat siapa yang menyampaikan. Kenapa kita malah membatasi penyampaian ilmu? Siapakah kita? 

Wallahu a'lam. 

0⃣5⃣ Yulia ~ Bekasi 
Assalamualaikum, 

Bu, bagaimana jika seorang pembantu yang bekerja di tempat majikan yang mencari rezekinya dengan cara yang tidak halal? Apakah harus keluar dari pekerjaannya?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Iyaa, cari kerjaan lain yang uangnya didapat dengan cara halal. 

Meski kita bekerja dengan cara yang benar, tapi dihulunya tidak benar, akan tidak benar sampai ke hilir. 
In syaa Allah, Alloh ﷻ telah menjamin rezeki kita kok, tidak perlu takut. 

Wallahu a'lam.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Kita harus berusaha dan berdoa semaksimal mungkin agar hidup yang  menjalani menjadi lebih baik. 

Seorang yang mempunyai ilmu akan lebih mudah dalam meraih kesuksesan apabila ilmu itu digunakan sebaik mungkin dan bermanfaat bagi orang lain.
Manusia bekerja di dunia harus dibarengi dengan mengingat akan kehidupannya di akhirat.

Dunia ini sebagai tempat untuk bercocok tanam, dan buahnya akan dipetik di akhirat kelak.

Bahwa keberhasilan seseorang dalam kerja dunianya, tidak bisa dilepaskan dari semangat dan kemauan untuk mengapai akhirat. 
Dengan demikian, Seseorang tidak dikatakan sukses meraih dunia jika di dalam benaknya tidak memunculkan semangat menggapai akhirat.

“Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya, dan beribadah lah untuk akhiratmu seakan esok kamu tiada.” (Abdullah Amr bin Ash). Ungkapan ini bukan hadist ya, banyak di antara kita yang menganggap ini hadist.

Ungkapan ini menegaskan bahwa bekerja adalah aktivitas yang tidak boleh dipisahkan, sebab keduanya merupakan perintah Alloh ﷻ kepada manusia.

Mohon maaf lahir batin. Semoga Alloh ﷻ rahmati kita yang hadir dimajlis ilmu malam ini. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar