Minggu, 25 April 2021

MENGENALKAN ALLOH ﷻ PADA ANAK SEJAK DINI

 


OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd.

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸MENGENALKAN ALLOH ﷻ PADA ANAK SEJAK DINI

بسم الله الرحمن الرحيم

الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

Di pagi hari ini semoga kita diliputi rasa syukur yang tidak berkesudahan atas nikmat dan semua karunia dari Alloh ﷻ.

Amanah sebagai ibu bukan lah amanah yang mudah dan biasa saja. Ia istimewa, karena kita sedang berinvestasi untuk akhirat yang abadi.

Coba kita simak dulu kisah berikut ini: 

★ KISAH ANAK KECIL SHALAT MALAM

Suatu hari ketika Abu Yazid al-Busthami menunaikan shalat tahajud. Tiba-tiba anaknya yang masih kecil berdiri shalat di sampingnya.

Abu Yazid merasa kasihan melihat anaknya yang masih kecil itu ikut shalat bersamanya, karena umumnya anak-anak kecil seusianya tidur di saat malam yang larut, apalagi malam itu udara terasa begitu dingin, orang-orang dewasa pun akan merasa berat meninggalkan tempat tidur mereka.
Abu Yazid berkata pada anaknya, “Tidurlah wahai anakku, malam masih panjang.”

Anaknya menjawab, “Lalu mengapa Ayah shalat?”
Abu Yazid mengatakan, “Anakku, aku memang dituntut untuk shalat malam.”

Anaknya malah menjawab dengan hafalan ayat Al Quran yang ia hafal, “Aku telah menghafal sebagian firman Alloh ﷻ yang berbunyi ‘Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa kamu berdiri shalat kurang dari dua pertiga malam atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan orang-orang yang bersama kamu (Nabi)’. Lalu siapa orang-orang yang berdiri shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?”
Abu Yazid menjawab, “Tentu saja para sahabat beliau.”
Anak Abu Yazid kembali mengatakan, “Jangan menghalangiku untuk meraih kemuliaan menyertaimu dalam ketaatan kepada Alloh ﷻ.”

Abu Yazid dengan penuh kekaguman berkata, “Anakku kamu masih bocah dan belum mencapai usia dewasa.”
Anaknya menjawab, “Ayah, aku melihat ibu sewaktu menyalakan api dia memulai dengan potongan-potongan kayu kecil untuk menyalakan kayu-kayu yang besar. Maka aku takut Alloh ﷻ memulai dengan kami para anak kecil sebelum orang-orang dewasa pada hari kiamat nanti, jika kita lalai dari ketaatan kepada-Nya.”
Abu Yazid pun tersentak dengan ucapa anaknya itu dan kagum dengan rasa takut kepada Alloh ﷻ yang dimiliki anaknya walaupun masih sangat kecil. Abu Yazid berkata, “Anakku berdirilah. Kamu lebih berhak dengan Alloh ﷻ daripada bapakmu.”
Sungguh amatlah jauh berbeda dengan generasi zaman disaat ini.

Oleh karena itu, para orang tua hendaknya menjadi teladan bagi anak-anak mereka, mencontohkan perbuatan ketaatan, dan menjauhkan mereka dari acara-acara dan program yang memuat akhlak yang hina, karena anak-anak meniru apa yang mereka saksikan.

Mudah-mudahan Alloh ﷻ memberi taufik kepada kita dan keluarga kita untuk selalu menaati-Nya. Aamiin

•┈•◎❅❀❀❅◎•┈•

MasyaAllah...
Tabarakallah. Kisah yang begitu sangat menginspirasi bukan?

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai ibu untuk sejak dini mengenalkan Alloh ﷻ pada anak-anak kita :

◾1. Usia 0 pekan atau sejak dalam kandungan
Biasakan calon ibu untuk memulai aktivitas nya dengan nuansa islami. Contoh mengucap bismillah untuk segala aktivitas. Dan mengakhiri dengan hamdalah, perdengarkan kalimat salam saat ayahnya mau berangkat atau datang dari luar rumah. Sehingga janin terbiasa mendengar kalimat-kalimat thoyyibah (baik).

◾2. Usia 0 bulan kelahiran
Artinya sejak bayi lahir ke dunia. Maka di adzanin dan iqomah. Sehingga kalimat pertama yang di dengar di telinganya adalah tentang TAUHID. 

Ada kisah ibu muda yang tinggal di malaysia, yang anak-anak nya hafal 30 juz diusia balita. Ternyata salah satu yang beliau lakukan adalah selalu wudhu dulu saat hendak menyusui. MasyaAllah...

Saat bayi sudah mulai mengenal wajah orang-orang sekitarnya maka biasakan perdengarkan doa-doa harian. Misal saat dia bangun tidur langsung kita sapa "wahh Dede sholih sudah bangun ya", Alhamdulillahilladzii ahyana ba' dha ma amatana.... Bacakan doa bangun tidur. Pun ketika bayi mau bobo.

◾3. Saat anak sudah mulai bisa berjalan usia 1 tahun ke atas sampai 5 tahun, maka biasakan mengajaknya berbincang atau ngobrol sambil mengenalkan ciptaan Alloh ﷻ. Contoh : ini bunga mawar namanya. Bunga ciptaan Alloh ﷻ sebutkan sebanyak mungkin apapun itu dan sebut terus Alloh ﷻ. Ini berguna untuk mengisi kecerdasan di usia golden age.

Jika anak sudah bisa bicara lancar kenalkan huruf-huruf hijaiyah dan huruf latin, belajar sambil bermain.

Jika sedang jalan-jalan maka biasakan tunjukkan anak masjid, dan katakan penuh semangat, "dede coba lihat itu namanya masjid, ada menaranya. Masjid di sebut rumah Alloh ﷻ, dede kan laki-laki nanti yang rajin ya ke masjid..."

Di usia ini, lingkungan banyak mempengaruhi mindset anak. Anak ditakut-takuti dengan hantu, setan dan hal-hal yang ghaib. Ini pentingnya peran ibu yang punya akidah lurus, sehingga anak tidak terpengaruh dengan konten-konten yang tidak ada dalilnya.

Jangan ajarin anak dengan kisah-kisah atau cerita yang naif dan tidak ada sumber nash nya. Contoh kancil mencuri timun, atau anak di kutuk jadii batu. 

Apalagi pas jalan-jalan di pantai malah di takut-takuti kisah nyi loro kidul. Tidak boleh pakai kaos hijau dan lain-lain. Ini syirik.

Atau saat wisata kemana, terus ada kisah itu jembatan kadih sayang, pohon jodoh dan lain-lain. Jauhkan anak-anak dari yang demikian.

Kalau bunda dulu jalan-jalan sama anak-anak, maka aspek sains dan ilmu pengetahuan yang dikedepankan, plus memuji kekuasaan Alloh ﷻ atas ciptaan-Nya. 

Contoh : ini namanya pohon kaktus, ciri pohon kaktus itu adalah..., kaktus berasal dari daerah, kenapa kontur pohon kaktus seperti itu?, hikmah apa yang Alloh ﷻ hendak ajarkan pada kita sebagai hamba-Nya.

Itu unta, kenapa telapak kaki unta seperti itu, kenapa bulu matanya panjang, terus kenapa berpunuk. Dan ternyata sains membuktikan bahwa telapak kaki unta seperti itu agar tidak tenggelam saat melewati padang pasir, bulu mata berfungsi saat ada badai padang pasir, dan punuk untuk cadangan makanan. Karena padang pasir itu tandus.

Saat ke gunung, kenapa di sebut gunung berapi, kenapa Al-Qur'an menyebut kan bahwa gunung itu pasaknya bumi dan lain-lain. 

Maka sambil rihlah atau rekreasi ilmu mereka bertambah dan iman pun terupgrade. 

◾4. Usia 6 sampai 10 tahun masa-masa keemasan untuk menanamkan akidah yang kokoh. 
Diusia ini anak dilatih tentang kedisiplinan, komitmen, dan amanah.

Anak mulai di latih cara wudhu yang benar, cara sholat. Kenalkan bacaan sholat dan gerakannya, ingatkan jika waktu sholat telah tiba, melatih puasa pun bisa dilakukan di usia ini. 

Semua perlu komitmen namun tetap terukur. Jika latihan tidak pernah diberikan maka usia selanjutnya akan sulit untuk mendisiplinkan, dan semakin susah untuk mengarahkan anak, karena anak bakal makin pinter cari alasan. Dan rasa tanggung jawab nya akan berkurang.

Di usia ini terapkan reward and punishment yang disepakati bersama. Misal : kalau adik full sholat 5 waktu nya adik boleh request minta dimasakin apa untuk besok makan siang atau sarapan. 

Jika adik bolong sholatnya maka hak adik main game atau nonton kartun dicabut hari ini.

Diusia ini anak mulai ditanamkan tentang betapa urgent nya sholat dan kewajiban menjalankan tugas dari Alloh ﷻ. Bahwa segala yang kita punya saat ini tidak mungkin ada kalau bukan karena Alloh ﷻ yang kasih.

Nah wujud dari rasa syukur kita sebagai hamba maka tunaikan kewajiban kita pada Alloh ﷻ. Sampaikan pula bahwa sebelum baligh 5 waktu sudah harus dibiasakan. Puasa sudah harus full. Dan siapkan reward untuk ini.

◾5. Usia diatas 10 tahun sampai belasan sudah disebut remaja atau dewasa. 
Maka jangan pernah abai untuk kontrol sholatnya. Karena ini sudah mulai memasuki usia baligh yang artinya mereka sudah tertaklif atau mukallaf atau terbebani. Pahala dan dosa menjadi tanggungan mereka.

Di usia ini anak perlu banyak belajar dan tau kenapa zakat harus ditunaikan, apa makna dari hijrah, ada apa dibalik syariat haji, dan kenapa harus berdakwah.

Mungkin hanya 5 hal diatas yang bisa bunda sampaikan. Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang ibu untuk menanamkan akidah yang kokoh kepada anak-anaknya. 

Mohon maaf jika ada kekurangan dan salah kata. Kebenaran haq milik Alloh ﷻ. Semoga kita Alloh ﷻ mudahkan menjadi ibu untuk generasi peradaban baru, yang berakhlak mulia dan kokoh imannya.

Billahi Taufik wal hidayah. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0⃣1⃣ Kiki ~ Dumai
1. Bagaimana tips nya agar seorang ibu bisa kuat dan istiqomah dalam mendampingi anak-anaknya untuk mengenalkan anak-anak dengan Alloh ﷻ ya bunda.

2. Bagaimana jika seorang ibu baru mendapat ilmu nya ketika anak-anak sudah berusia remaja menuju dewasa bunda, apakah tetap bisa mengejar ketertinggalan dalam mengenalkan anak kepada Alloh ﷻ ya nda? 
Jazakillah khoir bunda.

🌸Jawab:
بسم الله الرحمن الرحيم

1. Bagaimana tipsnya agar seorang ibu kuat dan istiqomah dalam mendampingin anak-anaknya untuk mengenal Alloh ﷻ.

Jadi, untuk bisa mendampingi anak-anak itu, seorang ibu memang harus sabar karena anak-anak itukan terus bertumbuh ya, dia dari mulai 0 tahun dia hanya kenal lingkungan didalam rumah, kakak adek kemudian orang tua. Kemudian om, nenek kakek, mungkin yang baru dikenal ketika mereka masih balita, tetapi ketika dia tumbuh besar bisa sekolah, maka lingkungannya menjadi diluar pagar rumah.

Nah ini, yang kemudian kita terus mendampingi karena tauhid itu bisa tergerus, apalagi kalau anak berteman dengan anak-anak yang dia tidak kuat akidahnya sehingga yang ada dalah percaya kepada hal-hal tahayul, kemudian percaya kepada yang berbau qurafat, kemudia sesuatu yang syirik. Misalnya temennya pada bilang, “ih jangan lewat pohon itu, pohon itu ada penunggunya” nah, yang seperti begitu kan masih ada ya sampai sekarang, pun di zaman kita kecil mungkin, kita tau, sehingga ketika gelap, kita malah takut lewat dipohon itu, atau malah justru berlaku syirik, missal “mbah numpang ya mbah jangan diganggu ya mbah, numpang lewat doang” itu sampai pamit begitu sama pohon, itu kan tidak dibenarkan.

Jadi pentingnya membentengi anak dengan akidah yang benar, sangat besar pengaruhnya ketika besar. Karena apa? Karena ketika remaja ia tidak memiliki akidah yang kuat, teman-temannya itu semakin kokoh untuk mempengaruhi dia, maka lepaslah dia. Sehingga teman-temannya ketika ia sudah remaja, terus teman-temannya bilang “jangan sok alim lah, tidak usah shalat sekali ini” ok dzuhur lewat, akhirnya besok “kan Cuma ashar sama dhuhur”, akhirnya apa seharian tidak shalat. Karena mungkin mainnya tanggung, lagi seru dan lain sebagainya. 

Ini kan berat jadi konsekuensinya, tetapi ketika anak dari kecil tahu mana yang harus ditakuti, mana itu adalah bohong, itu adalah sesuatu yang sangat terpengaruh dan mengakar nantinya ketika dia sudah besar, dia tidak bisa dipengaruhi oleh apapun karena bunda sendiri punya pengalaman dengan anak-anak bunda, ketika berada dilingkungan yang  teman-temannya yang mungkin orang tuanya tidak begitu menanamkan, yang penting anaknya berbuat baik saja, anaknya tidak mencuri, tidak membully anak orang dan lain sebagainya. Urusan akidah mah nanti-nanti saja gitukan. Itu ada yang seperti itu tetapi ketika anak bunda itu bergaul dengan anak-anak seperti ini di tidak bisa dipengaruhi, “aku shalat dulu ya, aku tinggal dulu, mana kamar mandinya”, misalnya dia main ke rumah temannya yang asik lagi main games, lagi seru tapi tetap mereka itu shalat, ini yang kemudian kita perlu mengawal anak-anak kita untuk terus menanyai, jangan sampai karena ini sudah besar sudah tahu kewajibannya, belum tentu. Karena mungkin justru sudah besar itu kewajibannya dia itu justru semakin berat. Itu menjadi tanggungjawab orang tua untuk selalu mengingatkan, karena itu sudah menjadi tanggung jawab dia maka dia yang harus melakukan, tidak bisa digantikan ketika dia masih TK, ketika dia tidak shalat ya tidak masalah orang dia masih TK belum baligh.

Jadi kalau dia melakukan kebaikan maka pahalanya Insha Allah orang tua dapat, jadi kita memang sampai kapanpun kita harus istiqomah, bahkan ketika anak-anak kita pun menikah, sudah punya rumah, untuk urusan yang berkaitan dengan akidah orang tua tetap perlu mengingatkan jangan sampai ketika dia sudah menikah kemudian justru dia dipengarui istri atau suami, kalau misalnya anaknya laki-laki atau perempuan. Kemudian datang ke dukun, lebih percaya kepada sesuatu yang thathoyyur, misalnya “kejatuhan cicak akan mendapatkan malapetaka, percaya mimpi gigi copot orang tua akan meninggal dan lain sebagainya. Itu perlu untuk kita tetap luruskan dengan hal-hal yang seperti ini. Jadi orang tua itu punya tanggungjawab untuk mengingatkan. Nah perkara sudah diingatkan, ketika anak sudah dewasa dan dia tidak mau, maka Insha Allah tanggungjawab orang tua sudah lepas, tetapi ketika masih kecil, dalam pengasuhan itu orang tuanya akan dimintai pertanggungjawaban.

2. Bagaimana kalau orang tua itu baru belajar dan baru paham ketika anak-anak sudah mulai bertumbuh besar?  

Maka dengan anak-anak yang sudah remaja, dengan anak-anak yang sudah paham ketika ia diajak bicara sudah tahu konsekuensinya kalau main api dia akan terbakar, kalau main pisau ia bisa teriris. Artinya ia sudah bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah, mana yang bahaya, mana yang tidak, maka diajak bicara. Jadi minta maaf kepada anak-anak bahwa ibu, mama, ummi baru paham tentang bagaimana menanamkan tauhid kepada kalian dan mungkin inilah khilaf sehingga yuk kita belajar sama-sama. 

Karena ketika kita punya azam yang kuat untuk melakukan perubahan didalam rumah itu Alloh ﷻ akan membantu yang penting kita jangan berfikir begini “ah sudah telat” kalau sudah bilang seperti itukan dikatakan bahwa “mainset is do’a”, jadi kalau mainsetnya sudah berpikir bahwa itu akan sia-sia ya sudah sia-sia. Bukankah Alloh ﷻ mengatakan “Aku sesuai prasangka hamba-Ku.” Jadi ketika kita yakin bahwa sesuatu itu akan bahaya ya bahaya. Tetapi ketika kita tawakal kepada Alloh ﷻ, kita ikhtiar sungguh-sungguh, maka sungguh Alloh ﷻ tidak akan melihat hasil akhir, Alloh ﷻ melihat proses bagaimana kita berproses untuk mengarahkan anak kita, menarik anak-anak kita untuk kenal islam, maka Alloh ﷻ yang akan memudahkan, karena tidak ada ikhtiar pribadi kemudian kita merasa bangga, tidak ada. 

Semua atas campur tangan Alloh ﷻ.
Jadi, sangat naïf ketika kita merasa bahwa kita akan bisa dengan kemampuan ilmu yang kita miliki kemudian bisa mengarahkan anak-anak. Kita berkaca saja kepada Nuh, bagaimana Nuh seorang Nabi itu tidak bisa mengajak anak untuk bertakwa kepada Alloh ﷻ, sehingga justru dia menjadi seorang pembangkang dan durhaka kepada orang tuanya, Naudzubillah. Bukankah Nuh itu utusan, apalagi kita, dalam artian apa, bahwa semua daya, adalah milik Alloh ﷻ, tugas kita adalah ikhtiar.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Saat kita ditakdirkan sebagai ibu, maka satu tanggung jawab tentang pengokohan tauhid menjadi wajib untuk kita semat dalam jiwa anak-anak kita. Karena anak-anak adalah investasi ukhrowi, dimana balasannya hanya ada 2, berbuah surga atau sebaliknya. Naudzubillah.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar