Minggu, 25 April 2021

BERSAMA ATAU BERPISAH


OLeH: Ustadz Awan Abdullah 

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
           
⚫PENGANTAR TEMA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, sahabat-sahabat Bidadari Perindu Surga yang dirahmati Alloh ﷻ dicintai Allah subhanahu wa taala.

Malam hari ini di sisa waktu tinggal delapan menit. Karena tadi katanya sampai jam la berarti tinggal delapan menit. Banyak candanya biar tidak ngantuk ini soalnya bertahan ini melek. Tema kita adalah BERSAMA ATAU BERPISAH. Ya terserah ya. Jadi begini jawabannya nih jangan ngomong jawaban dulu nih, kasusnya apa dulu? 

Bersama atau berpisah. Begini saja ya, saya akan buat bingkai dulu ya, bingkai pembicaraan atas tema kita. Bersama atau berpisah ini bisa di dalam bersahabat, bisa dalam rekan kerja bisnis, bisa dalam taarufnya yang sedang proses atau macam-macamlah, tapi saya ingin mengkhususkan, saya ingin membuat mmm pagar, batas rimbanya. Ribet agama ini ribet tema kita ini, pembatasnya itu yaitu lebih kepada hubungan suami istri ketika pernikahannya sudah dalam kondisi sulit untuk dipertahankan. Ibarat kata seperti telur di ujung tanduk. Atau istilah lainnya, maju kena, mundur kena, atau ibarat juga disebut buah simalakama. 

Bingung ini. Nah, mau maju bersama rasanya sudah tidak kuat. Mau berpisah sepertinya kok tidak kuat juga. Kasihan, banyak pertimbangannya. Berat sama-sama beratnya. Lah kalau sudah pakai harus sudah begini, terus bagaimana solusinya? Nah, dengarin dulu audio seterusnya.

⚫HAKIKAT DAN NIAT

Baik. Baik, terus pokoknyalah. Teman-teman sini insyaallah baik-baik ya. Ini kenapa sih kok saya dimasukinnya yang grup yang kedua? Kenapa gitu? Bukan yang ada perindu surga satu, one, ada yang three begitu. Kenapa saya dua. Apa karena istri dua. Dikasihnya yang dua saja grupnya ini. Jangan-jangan di sini perindu surga yang dua ini yang khusus istri kedua semua ya. Astagfirullahalazim saya terjebak berarti. Enggak apa-apa ya. Tayib. Semangat ya. Yang penting bahagia begitu. 

Ya kita kembali ke hakikat dan niat. Maksudnya bagaimana? Dalam rumah tangga tuh kalau terjadi konflik, badai, ya, yang benar-benar membuat tadi itu seperti telur di ujung tanduk, maka di saat itu, kita harus kembali ke hakikat dan niat. Maksudnya hakikatnya tuh mas Wawan? Maksudnya begini. 

Kembalikan niat awalnya dulu, dulu nikah itu karena apa? Kau memilih dia itu karena apa? Kenapa kamu milih dia? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? 

Sekarang giliran dia begitu, kamu protes. Padahal dulu ketika sudah tahu kekurangannya, kenapa tidak protes? Kembali ke niatnya dong, dulu kalau niatnya kepingin ini pak ustadz, saya nikah tuh kepingin saling menyempurnakan yah, kalau dia ada kekurangan, saya juga sama pak Ustadz, saya mah juga ada kekurangan, terus bagaimana maksudnya teh, kok sekarang inginnya pisah? Teteh kenapa? Anu, Pak Ustadz. Teteh teh tidak kuat Pak Ustadz. Tidak kuat kenapa teh? Anu, Pak Ustadz, dulu memang teteh tuh kepinginnya eh saling menyempurnakan kekurangan. Tapi kenapa gitu teteh tuh yang harus berusaha, terus menyempurnakan diri tapi dia memang tidak mau Pak Ustadz. Suami saya yang tidak mau. Terus kumaha ieu? Begitu kan? Kata si teteh ini. 

Sebut saja namanya teh, teh siapa tuh ya, teh. Teh rini, gitu ya. Teh rini. Terus kita bilang begini, teh rini, teh rini teh bagaimana, dulu katanya mah niat nikah ikhlas karena Alloh ﷻ. Kalau teh Rini menikah karena Alloh ﷻ, kalau lihat suami belum ada perubahan, ya sudah mengikhlaskan. Kalau namanya ikhlas karena Alloh ﷻ, ya hijrah berubahnya bukan karena suami, benar tidak ini? Jadi kalau memang niatnya untuk ingin lurus karena Alloh ﷻ ya, berarti tidak peduli mau suaminya berubah, suami tidak berubah, tidak ada urusan, demi Allah urusan. Urusan kita hanya kepada Alloh ﷻ, ibadah, fokus memperbaiki diri. Begitu. Ini, benar tidak ini hadirin semua? 

Nah, jadi pertama kembali ke NIAT. Kalau dulu nikah. Niatnya itu ingin saling menyempurnakan ya sudah. Berarti kita harus siap terima kekurangannya dan berusaha menyempurnakan dia. Nah persoalannya orang itu untuk berubah ada yang cepat, ada yang lambat. Berarti kalau pasangan kita lambat berubahnya, itu nasib kita yang harus kita sabari begitu ceritanya ini. Ini masalah bab niat. Niat dulu ingin lebih taat. Lah lihat dia taat nih. Ya taat Pak Ustadz. Terus kenapa pingin pisah? Ada karakternya yang bikin saya tidak suka Pak Ustaz. Apa karakternya? Dia cuek, kurang perhatian. Hubungan pernikahan rasanya hambar, Pak Ustad. Lama-lama saya tidak cinta lagi sama dia. Benar-benar saya tidak ada rasa cinta. Bagaimana saya mau kan? Ingat dulu niatnya nikah karena apa? Karena ibadah. 

Niatnya ingin menyempurnakan separuh agama. Terus ternyata setelah nikah dia begitu, padahal separuh agama itu adanya lewat pernikahan, artinya apa? Karena memang pahala-pahala itu baik, setengahnya itu ada dalam pernikahan. Kan amal shaleh itu terbentang luas tuh banyak tuh. Nah, yang separuhnya itu adalah amal shaleh yang hanya bisa dilakukan oleh pasangan suami istri atau orang yang sudah berkeluarga, berumah tangga. Nah, oleh karena itu kalau niatnya memang dulu karena Alloh ﷻ, niatnya nikah ini menyempurnakan agama, ya sudah, berarti bersabar, ajak berubah, berubah. Wong selama ingin lebih taat sama Alloh ﷻ, ya. Selama dia tidak ngajak maksiat, ya tidak masalah. Lanjut saja. Sebentar ya, kita dengarin lagi audio berikutnya nih.

⚫ALASAN KEBOLEHANNYA BERPISAH

Kalau kita memutuskan, jangan kitalah ya, kita mah tidak kepingin pisah sepertinya, tetap di grup ini. Teman-teman ukhti fillah sekiranya rumah tangga itu sudah tidak kuat. Dan rasanya ingin pisah. Coba dicek. Ada tidak kasus berikut? Atau poin-poin berikut dalam rumah tangga. Kalau tidak ada, berarti tidak boleh pisah. Kalau poin-poin yang mau saya sebutin ini ternyata ada, berarti layak dan boleh berpisah, kenapa? Karena dianggap sudah uzur syar'i. Tapi kalau tidak, tetaplah bersama. Dan harus bersama. Karena bisa jadi, dia itu bisa jadi, cuman masalah biasa, mungkin hanya kita saja yang kurang dewasa atau kita belum tahu ilmunya saja untuk nyelesaikan. Tapi kalau yang mau saya sebutkan ini, poin-poin ini, ah ini yang sudah menjadi alasan syar'i kebolehannya berpisah. Apa itu? 

🔹ALASAN PERTAMA (Ketika pasangan kita durhaka kepada Alloh ﷻ subhanahu wa taala)

Dalam arti sengaja menentang Alloh ﷻ lewat menantang syariatnya, membenci syariatnya, atau memerangi agamanya, menjadi musuh-musuh maka kita boleh, malah kata para ulama yang demikian ini wajib dia harus berpisah. 

Dengan siapa? Dengan pasangan yang telah berubah menjadi musuh-musuh Alloh ﷻ. Misalnya, dia sudah tidak mau shalat, alasannya bukan karena malas ya, Mi, capek entar deh, entar deh begitu. Kalau itu kan masih malas. Berarti masih tidak, tidak ada masalah itu masih, tidak, tidak problemlah. Tapi kalau sudah sampai alasannya itu karena misalnya dia enggak salat karena buat apa shalat, shalat itu kan untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar. Berarti kan orang-orang yang suka berbuat keji dan mungkar. Ya kan? Mama lihat sendiri, papa apa pernah berbuat keji mungkar? Apa pernah? Coba lihat tetangga-tetangga, ada tidak yang benci sama papa? Ya berarti kan papa tuh tidak butuh salat dong, sudah tidak perlu shalat lagi. Shalat tuh hanya butuh bagi orang-orang yang memang bajingan-bajingan itu.

Nah ini kan pemahaman yang keliru ya, fatal ini. Nah dia meyakini begitu dan dikasih tahu tepatnya yang tidak berubah, diajak diskusi dengan ustadz, dia tidak mau. Pemahamannya seperti itu, berarti dia telah menyimpang, keluar dari Islam. Kalau yang seperti itu, itu berarti itu boleh. Jadi yang pertama, apabila pasangan itu menjadi musuhnya Alloh ﷻ, atau membenci syariatnya. Misalnya benci dengan poligami, termasuk syariatnya. Tidak ada Islam itu poligami, yang adanya monogami, misalnya gitu ya, poligami itu tidak ada, itu orang-orang yang bersyahwat saja itu. Cari akal-akalan. Padahal Islam itu turun untuk menghapus poligami. Tapi bertahap, bertahap, tapi tujuan utamanya adalah untuk monogami. Hal ini kan pemahaman keliru nih. Dari si itu tuh, dosen perempuan yang nauzubillah min dzalik. Justru ucapannya itu menjadi musuh bagi agamanya. Padahal dosen agama, tapi mulutnya itu menjadi musuh. Keji sekali. Nah, yang begitu itu kalau kita orang beriman, bertakwa, harus pisah dengan yang seperti itu. Tidak, jadi musuh lah.

🔹ALASAN KEDUA
Kalau yang pertama tadi menentang Alloh subhanahu wa taala. Karena maknanya begitu ya. Wanita yang shalihah itu adalah yang taat. Dan dia menjaga kehormatan. Nah, makanya masuk yang kedua. Apa nih? Yang kedua, bolehnya bercerai apabila pasangan kita sudah tidak mau lagi menjaga kehormatan dirinya. Itu sudah boleh. Apa nih contohnya? Dia tidak mau menjaga kehormatan. Dia berkali-kali selingkuh, sampai berzina, dan tidak bertobat dari perbuatannya. Terus lagi zina lagi, dikasih tahu, terus lagi dipergoki, tidak kapok. Terus dia seperti itu, dan sudah menjadi tabiat, paling minta maaf. Tidak lama kemudian kumat lagi, kumat lagi. kalau dia sudah tidak menjaga kehormatan dirinya, berarti dia termasuk sudah menjadi bolehnya alasan, kenapa? Karena orang itu termasuk orang yang kotor. Maka kata Alloh ﷻ kan mengatakan pezina hanya dengan pezina. Orang yang tayibin, tayib, orang yang baik itu tayibin, mutayibat, orang yang Laki-laki atau laki-laki yang baik dengan yang wanita-wanita yang baik pula. Nah begitu. Artinya mmm yang baik sama yang baik saja. Kalau berzina dengan berzina. Nah kalau dia berzina bolak-balik berzina maka dia layaknya menikah dengan Nah, bukan dengan wanita yang baik-baik suci atau laki-laki yang baik, yang suci. Nah ini, jadi alasan kedua karena dia tidak menjaga kehormatan. Ini berlaku ya laki-laki atau perempuan. Sama. Perempuan selingkuh, laki-laki selingkuh, banyak. Nah, itu kalau terjadi begitu, boleh berpisah. Karena khawatir membawa penyakit virus, kemudian bisa menyebar juga kepada kita orang yang misalnya taat, bisa terkena penyakit itu. Nauzubillahi minzalik.

🔹ALASAN KETIGA
Alasan ketiga yaitu apabila dalam rumah tangga salah satunya menjadi terancam jiwanya keselamatannya. Mungkin pasangannya itu kalau marah dia sering kalap menghajar, membabi buta seperti bukan manusia. Mungkin dia kadang-kadang sering ngancam bahkan sering menodongkan pisau golok, terancam dia. Bahkan dia tidak segan-segan mungkin melukai pasangannya begitu. Entah dengan batu, dipukul dengan sapu dengan pisaumaka kalau sudah sampai ke tahap membahayakan jiwa atau keselamatan dan diri maka itu boleh menjadi alasan syar'i. Kalau bahasa kitanya KDRT begitu.

🔹ALASAN KE EMPAT
Nah, masuk ke alasan keempat, apakah dia layak berpisah? Atau tidak lihat ayat alasan yang keempat apa? Murtad. Kalau dia sudah murtad dari agama, dalam Islam pernikahannya fasakh. Fasakh itu artinya batal pernikahan kalau sudah batal wajib pisah, karena itu seperti orang shalat tahu-tahu maaf ya. Keluar anginnya. Ah berarti dia pas win. Automatically shalatnya batal. Pernikahan juga begitu salah. Satunya murtad. Automatically BATAL pernikahannya. Kalau beginilah harus berpisah. Dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

🔹ALASAN KE LIMA
Alasan kelima apabila pasangan kita, apa dia telah meninggalkan kewajibannya, dan tidak menunaikan hak pasangannya. Maka itulah menjadi alasan untuk berpisah. laki-laki harusnya dia memberi nafkah dari hartanya tapi si suaminya tidak mau kasih nafkah. Beda ya sama tidak mau, tidak mau dengan tidak mampu. Kalau tidak mampu itu suaminya sudah kerja, sudah berusaha berjuang sudah sana-sini keluar rumah Iya kan nemuin teman-temannya barangkali begitu ya, cari usaha nawar-nawarkan diri belum ada dapat-dapat. Sehingga dia tidak bisa menafkahi karena memang tidak dapat. Akhirnya keluarganya diajak berpuasa terus gitu. Ini tidak boleh dia minta cerai. Dosa. Dosa besar gitu. Padahal kata Alloh ﷻ kan suami itu memberi makan apa yang dia makan memberi minum apa yang dia minum, kalau dia tidak makan dia berarti sekeluarga tidak makan. Yang penting ikhlas rida. Ya. Yang tidak boleh nuzul itu kalau suaminya memang malas. Tidur-tidur, nyantai, tidak kerja begitu ya, tidak ada upaya, tidak ada ikhtiar, gitu. Akhirnya istri anak-anak kelaparan semua. Nah ini ya tidak boleh. Ya ini namanya nuzul. Perempuan. Disuruh dia nuzusnya apa ya? Dia taat sama suami. Tapi dia tidak mau taat lagi sama suami. Enggak mau bikinkan, tidak mau masakan, tidak mau ini, itu suaminya suruh cari sendirilah, apa segala macam. Sama sekali tidak mau melayani suaminya diajak berjimak saja, sering menolak begitu ya, alasannya mungkin karena suaminya miskin begitu. Nah, ini yang begini ini, maka boleh menjadi alasan untuk berpisah. Alasan berpisah itu boleh. Ya, jadi apa? Nuzuz. Tidak bisakewajiban dan tidak memenuhi atau tidak memberikan hak bagi pasangan kita.

🔹ALASAN KE ENAM
Terakhirnya sudah ngantuk sekali. Afwan ya para Perindu Surga semuanya insya Allah. Alasan keenam. Boleh bercerai atau tidak nih? Kasusnya apa nih? Anu mas Awan. Suamiku untuk nikah diam-diam, masak nangis nih sudah nikah. Enggak cerita hancur adikku masa mana kok remuk. Bagaimana coba. Sakit aku gitulah kira-kira si akting si ibu nih remuk di hatinya tuh. Tahu istrinya, suaminya tahu-tahu nikah diam-diam, malah sudah punya anak baru ngaku. Mau lanjut apa pisah mas Awan kalau begini mas Awan. Masih sama mas Awan saja ya. Hus, ngawur ibu nih. Kan gitu dong. Selesaikan dulu sama suami gitu toh untuk saya lagi. ngawur. 

Begini ceritanya nih, ini bercandanya biar tidak ngantuk nih, saya ngantuk sekali. Kalau terjadi suami kok tiba-tiba nikah tanpa sepengetahuan karena kurang ilmu, kurang adab, kurang syariat tadi. Apakah pisah tahu tidak nih mas awan. Sebaiknya bersama, tetap bisa. Bersama saya sudah tidak feel sama suami. Sudah tidak ada hasrat sama suami. Tapi kalau saya pisah. Kasihan sama anak-anak kasihan orang tua saya. Apa fitnahnya bisa jadi janda, berat mas Awan. Nah, pertama tanyakan ke suami apa, ini kayaknya sudah kita bahas ya, di minggu lalu, eh bulan dulu ya, kita bahas. Intinya apa? Muhasabah, nanya tentang suami tentang diri kita, habis itu habis itu lihat bagaimana suaminya Apakah dia tuh sebenarnya shaleh atau tidak. Tipenya dia nikahi. Kemarin nikahi dengan si dia itu pacaran apa taaruf. Terus si akhwatnya ini atau adik madu ini kira-kira sholehah atau tidak. Ya, berarti harus tahu itu. Kalau dia sholehah ya sudah ajak bersinergi insyaallah yang marah, kesal. Itu semua bisa hilang. Tapi kalau eh ternyata dia tidak sholehah, sifatnya seperti pelakor memang tukang goda laki orang. Nah ini yang, yang berat di situ. Perkara ini perlu dirembuk dengan keluarga besar, perlu istikharah terus. Nah, baru nanti putuskan. Begitu ya. 

Demikian yang bisa saya sampaikan ke teman-teman semua Perindu Surga. Semoga berkah bermanfaat disambung besok subuh. Tapi kalau mau yang nanya-nanya, monggo. Ditulis saja langsung di kolom komentar ya di kolom komentar. Nanti langsung saya jawab, insyaallah. Tapi jawabnya besok subuh, begitu ya. Ini gantian saya. Dalam kondisi kantor harus pindah ke grup lain. Ada grup satu lagi kajian belum, belum saya tunaikan ini. Afwan, ya.

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Yani ~ Bandung
Ustadz, mau dong kiat-kiat kita menjalani ikhlas dalam mengarungi bahtera rumah tangga?

🌸Jawab:
Kiat-kiat ikhlas menjalani rumah tangga. Ini pertanyaannya sebenarnya kiat-kiat ikhlas, apa kiat-kiat ridha ya. Kalau ikhlas tuh, ya ikhlas itu kan lurusnya niat karena Alloh ﷻ. Coba pegang mmm resep, apa resepnya? Sibuk saja kita memberi, jangan menuntut. Dalam rumah tangga itu kalau suami ataupun istri. Fokusnya itu adalah memberi bukan menuntut, maka insya Allah itu dia bisa harmoni rumah tangganya kokoh begitu. 

Tapi kalau masing-masing itu fokus dengan haknya ya, tidak bisa, tidak bisa rumah tangga tuh pasti macet. Karena akan menuntut, menuntut istrinya suami menuntut istri menuntut, kalau sudah menuntut, pasti akan mencari-cari kesalahan pasangan. ya kalau nikah itu berumah tangga. Jangan fokusnya adalah menuntun tapi fokusnya jangan mau menuntut atau meminta. Fokusnya itu adalah memberi itu. Perkara dia tidak membalas eeemmm dia tidak menunaikan haknya kita. Tidak ada urusan, itu kan urusan dia dengan Alloh ﷻ. Namanya ikhlas tuh begitu. Begitu ya mbak Yani.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum Ustadz, 

Di awal pernikahan kami sepakat ngepras generasi. Dari nenek kakeknya anak-anak yang sekuler. Ditengah perjalanan pernikahan, hidup tanpa ridho orang tua, tidak enak juga. Saya dan anak tetap siap dalam hijrah, tapi suami balik ke pemahaman keluarga. Bagaimana bisa mengetahui kenapa sampai saat ini suami mempertahankan pernikahan ini?  Bagaimana cara menghadapi sikap beliau yang cemburuan? 
Mohon pencerahannya ustadz. 

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Ini mbak Erni bahas masalah hijrahnya atau cemburunya. Dua-duanya ya. Saya juga tidak tahu kalau misalnya suami mempertahankan rumah tangga ya tidak lain pasti karena, satu, mungkin dia masih cinta, yang kedua karena faktor anak mungkin, jadi pertimbangan mau cerai kasihan anak. Belum lagi malu sama tetangga, keluarga, teman-teman, kan efek sosialnya itu kan berat. Konsekuensinya itu. Nah, jadi Mbak Erni, kalau Mbak Erni ingin hijrah dengan anak hijrah, hijrah tinggal hijrah, tapi jangan hijrah tidak ngajak-ngajak begitu ya, hijrahlah sambil mengajak-ngajak keluarga ngajak suami. Kenapa Mbak bisa dapat hidayah? Ya, tularkan itu ke suami. Perkataan apa yang bikin mba berubah? Nah, perkataan itu ucapkan ke suami. Kalau suami belum berubah, ya enggak apa-apa, memang bukan tugas kita ngerubah orang lain. Hidayah itu bukan kita yang bagi-bagiin. Tapi Alloh ﷻ yang bagi-bagiin, kita cuman menjadi wasilah saja. Sudah begitu saja. 

Nah kita berangsur-angsur hijrah membaik. Hijrah yang paling baik itu adalah hijrah akhlak. Artinya setelah hijrah iman pasti ya. Tapi terus kemudian kita hijrahnya hijrah akhlak, bukan pada penampilan. Penampilan itu nomor tigalah, fokus pertama itu hijrah keimanan dulu kan? Yang kedua, hijrah apa? Akhlak. Makanya Rasulullah ﷺ itu makaa rimal akhlak. Rasulullah ﷺ itu diutus karena untuk memang menyempurnakan akhlak yang mulia. 

Rasulullah ﷺ diutus itu kan dakwahnya lewat apa waktu itu? Lewat akhlak, waktu itu lebih banyak Rasul itu dakwahnya lewat akhlak dan semua orang-orang kafir Quraisy waktu itu mereka itu tidak ada yang membenci Nabi karena ucapannya, tidak ada yang membenci Nabi karena akhlaknya tuh tidak ada, semua mengakui akhlaknya berbudi pekerti. Mereka tuh tidak ada yang benci dengan Rasulullah ﷺ. Tapi yang mereka benci itu adalah apa yang dibawa oleh Nabi. Karena yang di bawah Nabi itu akan menghapus strata sosial, menghapus berhala-berhala mereka yang mereka sembah. Segala macamnya itu. Dan itu mengancam kedudukan mereka, orang-orang kafir, mengancam kekuasaan mereka, begitu loh. 

Jadi Rasul itu dibenci bukan karena akhlaknya, walaupun Rasul hijrah menjadi Nabi, akhlak tetap mulia tetap indah. Makanya orang hijrah itu perbaiki akhlak. Kalau yang cemburuan, bagaimana cara ngatasinya? Begini saja Mbak, bilang sama suami, Mas Mbak ya bilang sama suami Mas, Mas kalau mau selingkuh, selingkuh saja. Mas, kalau Mas kalau mau berzina, berzina saja, gituin saja. Nanti dia bilang, loh kok kamu nyuruh-nyuruh aku? Tidak, aku tidak nyuruh. Aku cuman ngasih kamu kebebasan, kalau kamu mau selingkuh, mau berzina, mau apa, silakan. Tapi ingat, ada yang menyaksikan ada Allah subhanahu wa ta'ala yang pasti akan menurunkan azabnya. Entah penyakit kelamin, entah apa. Jadi mas, aku tuh sudah titip kamu ke Alloh ﷻ, maka aku tidak pernah cemburu-cemburu sekali sama kamu. Masih standar lah biasa. Aku tidak cemburuan begitu sama kamu, tidak cemburu buta.

Kenapa? Karena aku sudah titipkan kamu ke Alloh ﷻ, kalau kamu berani macam-macam, khianat. Alloh ﷻ pasti akan turunkan azab ke kamu mas. Begitu pula aku mas, titipkan saja ke Alloh ﷻ. Aku tuh mikir seribu kali, berjuta-juta kali kalau aku mau selingkuh. Kenapa? Ya nanti kalau Alloh ﷻ turunkan aku azab, bagaimana?

Gitu, sampaikan ke dia. Maka titipkanlah saja mas, aku tuh ke Alloh ﷻ dalam pemeliharaan Alloh ﷻ penjagaan Alloh ﷻ, perlindungan Alloh ﷻ, pengawasan Alloh ﷻ, begitu. Biar mengawasi ku langsung.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Cita ~ Rembang
Assalamualaikum Ustadz,

Semalam ketinggalan kajian, suami kan anak Ragil, masih ada ibu, di Semarang tinggal di rumah sendiri (tapi ada kakak kandung suami di rumah sebelah) lha saya dan anak-anak posisi di Rembang (saya PNS di Rembang), suami setahun terakhir ini wirausaha di Rembang, apakah itu salah? 

Disini karena baru, penghasilannya belum seberapa, lha karena itu suami merasa dihinakan sama Alloh ﷻ karena tidak bersama ibunya. Dan dia menjadi labil pemikirannya. Dia merasa orang lain aneh melihat dia. Yang sama mau tanyakan, yang harusnya menjadi skala prioritas siapa ya? Apa itu ada kaitannya sama sihir perceraian? 
Syukron

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kalau sihir saya tidak tahu, semoga tidak ada sihir. Sebenarnya selama ibunya ridha, si suami itu kerja di Rembang, insya Allah enggak masalah. Tapi kalau melihat ibunya sudah seperti itu, misalnya sendirian, tua renta, tidak ada siapa-siapa. Sementara kakak kandung yang rumahnya sebelah, kurang perhatian sama ibu, ibu sering mengeluh. Berarti ibu ini butuh ditemani. Caranya, coba dirayu, ibunya diajak ke Rembang. Ya, ibu diajak ke Rembang. Kalaupun tidak bisa diajak ke Rembang, ibu tidak mau, si suami harusnya punya apa ya? Karena suami itu baru mulai merintis di Rembang, mungkin untuk saat ini, akhir-akhir pekan itu sering-sering pulang ke Sumatera, ke Semarang. Jadi pulang ke Semarang untuk tengok Ibu. Minimal hubungan dengan ibu, komunikasi yang bagus, bahasa kitanya sering jeda-jedul gitu ya. Sering setor muka ke ibu, ngasih perhatian ke ibu, insya Allah ibu akan sering mendoakan. Kalau ibu sudah sering mendoakan, insya Allah, kalau ibu sudah mendoakan, lancar semuanya begitu. Apalagi sering pulang tuh sambil minta doanya. Ibu minta doa restunya ya bu. Biar usahaku lancar, kalau lancar aku bisa buka cabang di Semarang. Aku jadi bisa sering ke sini. Kalau bagus, malah bisa pindah ke sini nemani ibu, misalnya begitu kan. Kalau mbak kan PNS bisa minta mutasi. Kepepetnya kalau usaha suami sudah jaya, sudah bagus, PNS-nya ditinggal saja tidak apa-apa gitu, kan mbak sudah jadi istri. Sudah karena yang kasih nafkah kan suami, begitu.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, kepada sahabat-sahabat Perindu surga yang dirahmati Alloh ﷻ. 

Sebelum kita menentukan dengan pasangan kita, apakah berpisah atau bersama, betul baik buruk dari setiap keputusan. Melibatkan Alloh ﷻ itu hal paling penting. Karena kalau sudah melibatkan Alloh ﷻ, berarti insyaallah di situlah Alloh ﷻ memberikan petunjuk. Kalau sudah Alloh ﷻ berikan petunjuk, insyaAllah itu yang terbaik. Dan itu sudah pilihan terbaik kalau sudah pilihan terbaik. Jangan pernah disesali apa yang sudah dipilih. Karena kalau kita menyesal atas pilihan kita, kita selamanya tidak akan pernah bangkit. Kenapa? Kancil ataupun rusa, yang lari cepat lincah selalu bisa tertangkap oleh harimau. Padahal kecepatan mereka sama-sama cepat. Jawabannya karena harimau itu fokus ke depan sehingga dia bisa menangkap impiannya. Sementara kancil ataupun rusa, ia berlari sambil kali menoleh ke belakang. Sehingga ia akhirnya tertangkap. Begitulah hidup kita, kalau terlalu kebanyakan menoleh-menoleh ke belakang. Belum bisa menatap ke depan, dan belum bisa fokus, kita di terkam oleh harimau. Bahasa kitanya, kita tidak akan pernah bisa bangkit dan tidak akan pernah sampai pada puncak kesuksesan impian kita. Begitu teman-teman. 

Jangan lupa selalu libatkan Alloh ﷻ dalam setiap keputusan kita. Itu dari saya Awan Abdullah, kita berjumpa lagi di gelombang berikutnya. 

Assalamualaikum warohmatullah wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar