Senin, 28 November 2022

MEMANCING KEBAIKAN DENGAN KEBAIKAN

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 MEMANCING KEBAIKAN DENGAN KEBAIKAN

Sholehah, bicara soal pancing memancing, pastinya, jika ingin mendapatkan ikan, harus ada umpan bukan? 

Jika seseorang memberikan kebaikan kepada orang lain, maka kebaikan itu akan kembali kepadanya. 

Siapa saja yang memberi, maka suatu saat juga akan mendapatkan. 

Begitu pula sebaliknya, orang yang tidak pernah memberi sesuatu miliknya maka juga tidak akan mendapatkan dari orang lain. 

Kebaikan yang diterima seseorang pada hakikatnya adalah miliknya sendiri.

Memberi dan sekaligus menerima sebagaimana yang dimaksudkan itu tidak selalu terjadi antar dua orang yang sama. 

Pengembalian itu bisa terjadi dari orang lain atau bukan berasal dari orang yang semula diberi. Dalam konteks ini yang terjadi bukan tukar menukar atau saling memberi dan menerima. 

Tetapi, perolehan kembali bisa berasal dari orang yang berbeda.

Sebaliknya, orang yang suka menahan harta dan kebaikannya, maka ruang hidupnya juga akan terbatas. 

Keterbatasan itu akan mengakibatkan peluang untuk mendapatkan sesuatu juga terbatas. 

Itulah sebabnya, Islam menganjurkan kepada umatnya agar berinfaq, bersedekah, berzakat, dan lain-lain. Orang yang suka memberikan hartanya kepada orang lain ternyata tidak akan menjadi miskin. Tidak pernah ditemui orang menjadi miskin yang disebabkan oleh karena mengeluarkan hartanya untuk disedekahkan.

Demikian pula, kebaikan hati yang diberikan kepada orang lain tidak pernah sia-sia terhadap dirinya. Kebaikan serupa dan bahkan lebih, pada saatnya akan diterima kembali. Maka muncul nasihat moral yang sudah dikenal luas, berbunyi sebagai berikut : ' berbuat baiklah kepada orang lain, agar orang lain juga berbuat baik kepadamu'. Selain itu juga terdapat ajaran yang sedemikian indah, yaitu bahwa, siapa saja yang mau menolong penduduk bumi, maka yang bersangkutan akan ditolong oleh Dzat Yang ada di langit.

Dengan menggunakan logika tersebut, maka oleh banyak orang kehidupan ini diumpamakan seperti bercermin. Jika kita tampil di depan cermin dengan sempurna, maka diri kita yang tampak di cermin adalah juga kesempurnaan. Sebaliknya, jika kita sedang marah, cemberut, dan berwajah masam kemudian bercermin, maka wajah yang kelihatan juga persis yang kita tampakkan itu. Itulah sebabnya, jika kita ingin mendapatkan sesuatu maka harus memberikan sesuatu kepada orang lain. Dalam kehidupan ini apa yang kita berikan sebenarnya juga yang akan kita peroleh. Oleh karena itu, jika kita tidak memberi, maka juga tidak akan menerima.

Sholehah...
Berbuat Baiklah Karena Kebaikan Itu Akan Kembali Padamu.

Dikisahkan bahwa Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkisah tentang seorang laki-laki shalih yang pencaharian sehari-harinya menenun benang yang kemudian ia jual ke pasar dengan harga satu dirham. Suatu hari, selepas ia menjual hasil tenunannya, pulanglah ia dengan penuh rasa syukur. Ia membayangkan hari ini bisa membeli makanan untuk keluarganya. Namun di tengah jalan ia bertemu dengan seorang pengemis yang kelihatan sangat menderita. Tanpa pikir panjang ia pun merogoh sakunya dan memberikan uang 1 dirham (satu-satunya uang yang ia miliki) kepada pengemis tadi. Sesampainya di rumah, ia pun bercerita kepada istrinya tentang uang 1 dirham hasil jerih payah tenunan mereka. Dan, subhaanallaah…, sang istri menyambutnya dengan senyum, tanda ia ridha dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Namun karena di rumah tidak ada makanan (juga uang), maka sang istri mengumpulkan beberapa alat dapur bekas, yang kemudian ia serahkan kepada suaminya untuk dijual. Saat itu juga sang suami berangkat kembali ke pasar, namun sampai pasar sepi, tidak ada satu orang pun yang membeli barang (bekas) dagangannya. Hampir ia memutuskan pulang, namun ia melihat seorang pedagang ikan yang sepertinya bernasib sama dengan dirinya, tidak laku. Akhirnya terbetiklah pikiran untuk menukar alat-alat dapur dagangannya dengan ikan yang dijual temannya. Gayung bersambut, pedagang ikan setuju. Jadilah ia pulang dengan membawa ikan yang cukup. Sesampainya di rumah ia serahkan ikan-ikan tadi kepada istrinya. Beberapa saat kemudian, ia mendengar jeritan istrinya. Saat ia mendatangi istrinya, ia menemukan istrinya sedang menimang sebuah batu mulia yang ia dapatkan dari salah satu perut ikan yang ia belah. Ketika batu tadi ditawarkan kepada beberapa pedagang batu mulia yang dikenal, ternyata ada yang berani membelinya dengan harga 120 ribu dirham. Ia pun segera pulang dengan membawa 12 karung uang, yang masing-masing berisi 10 ribu dirham. Sesampainya dirumah, ternyata ia sudah ditunggu oleh seorang pengemis. Dengan mantap, laki-laki shalih tadi mempersilakan pengemis untuk mengambil uang tersebut. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan baik ini, si pengemis pun mengambil 6 karung kemudian membawanya pergi. Namun tidak lama kemudian ia kembali ke rumah laki-laki shalih. “Ada apa saudaraku?” Sapa sang laki-laki shalih. “Saya datang untuk mengembalikan kembali uang-uang ini.” Jawab pengemis. “Kenapa ?” “Karena saya datang hanya sekedar diutus untuk mengujimu dan memberi-tahukan kepadamu kalau Alloh ﷻ sangat senang dengan sadaqah 1 dirhammu, Dia telah menyiapkan 20 qirath balasan untukmu. Dan uang yang kau terima adalah balasan 1 qirath dari 20 qirath yang ada. Masih ada 19 qirath lagi yang disimpan Alloh ﷻ. Subhanallah… “Tiadalah seorang manusia berbuat baik, kecuali kebaikan tersebut akan kembali kepada pelakunya.” (Kalam Hikmah)

Kita sering mendengar ungkapan “sedikit-sedikit, nanti jadi bukit”. Hal-hal besar tidak selalu lahir dari pekerjaan besar. Hal besar juga bisa lahir dari hal-hal kecil atau terlihat sepele, tapi lambat-laun menjadi besar. Yah begitulah., memang, kita sering hanya melihat segala sesuatu dari “hasil”, tapi kita melupakan bahwa yang besar bisa saja lahir dari “proses” penumpukan yang kecil-kecil atau dianggap sepele atau dianggap tetik bengik. Tumpukan pasir yang dulunya hanya butir-butir kecil bisa menjadi gunung pasir, atau bahkan padang pasir luas.

Hal itu juga berlaku dalam kehidupan kita. Kita sering menyepelekan hal-hal kecil, padahal hal yang kecil itu bernilai, bahkan jika berakumulasi, hal-hal itu menjadi besar. Sadarkah kita bahwa segelas air putih akan tampak tidak berarti jika disandingkan dengan minuman mewah lain, tapi air putih bisa jadi sangat berarti bagi seseorang yang sangat kehausan di tengah terik matahari.

Perbuatan baik yang kecil sering kita anggap tidak bernilai. Membuang duri dari tengah jalan menjadi tampak sepele, tapi jika tidak disingkirkan, akan ada orang yang terluka. Jika perbuatan baik yang tampak sepele sering dilakukan, ia akan menjadi tumpukan kebaikan yang besar. Sebaliknya, misalnya, mengunjing orang mungkin bagi kebanyakan kita dianggap sepele, tapi perbuatan kecil itu akan berdampak negatif secara luas. Bayangkan saja, betapa banyak kepanikan sosial, isu-isu, desas-desus, stigma, pembentukan opini, bahkan yang meski faktual, tapi termasuk penggunjingan, akan berdampak besar, dan sistemik di masyarakat. Tidak hanya perbuatan baik yang kecil, melainkan perbuatan jahat yang juga jika rutin dilakukan, akan berdampak besar. Tidak ada dosa besar, melainkan dosa-dosa kecil yang selalu dilakukan, demikian dikatakan dalam ajaran Islam.

Dalam al-Qur`an, disebutkan, “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. al-Zalzalah: 7-8). 

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Atin ~ Pekalongan
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh Uni, 

Terkadang, kalau sudah melakukan kebaikan selalu teringat dalam pikiran. Saat yang diberi kebaikan berbuat kesalahan kepada kita, diungkitlah kebaikan yang dulu-dulu. 

Atau saat kita butuh pertolongan, dia tidak bisa atau tidak mau menolong. Emosi hati ingat kebaikan yang pernah diberikan. 

Bagaimana mengelola hati supaya terhindar dari penyakit seperti itu?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh Eyang Mami

Iyaa tuh, sifat yang sangat manusiawi eyang. Bagaimana caranya agar kita terhindar dari hal itu? 

Caranya adalah apapun kebaikan yang kita lakuin, maka lupakanlah saat itu juga, dan jangan pernah berharap orang tersebut akan membalas kebaikan yang kita lakukan, karena sebaik baik balasan itu bukan dari manusia, tapi dari Alloh ﷻ. 

Sulit, iyaa, tapi bukan berarti kita tidak bisa untuk belajar melakukan hal itu. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Bunda irna dalam hal ini (pertanyaan dan jawaban di nomor 1), kalau kita memberi atau membantu tapi tidak berharap kembali.
Hanya berharap pahala dari Alloh ﷻ apakah bisa disebut ikhlas nda?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

Ya hal seperti itu yang disebut Ikhlas karena Alloh ﷻ. Berbuat untuk berharap pahala dari Alloh ﷻ saja, meski derajat tertingginya adalah berbuat hanya karena ingin meraih Ridho-Nya Alloh ﷻ, tapi tidak salah jika berbuat karena inginkan pahala dari Alloh ﷻ. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh,

1. Bu, terpikir sering ingin berbuat baik. Tapi entah mengapa kadang tidak pernah kesampaian. Dapat pahala tidak ya bu?

2. Terus bagaimana Bu jika sebaliknya, ada niat berbuat jahat tapi dak kesampaian juga. Kalaupun kesampaian apakah perbuatan jahat yang kita lakukan akan berbalik lagi ke kita Bu?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh

1. InsyaaAllah, saat berniat melakukan kebaikan, maka Malaikat sudah mencatat 1 kebaikan, dan saat kebaikan itu dilakukan, maka akan ditambah 1 lagi catatan amalan, jadi untuk hal ini akan ada 2 nilai. Begitulah baiknya Alloh ﷻ, begitu Maha Pemurahnya Alloh ﷻ terhadap hamba-Nya.

2. Namun disaat berniat melakukan kejahatan, maka malaikat belum akan mencatatnya, sampai niat itu benar-benar dilaksanakan. Betapa Maha Penyayangnya Alloh ﷻ terhadap Hamba-Nya.

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Alloh ﷻ menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Alloh ﷻ tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Alloh ﷻ menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Alloh ﷻ menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan  barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Alloh ﷻ menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣4️⃣ Evi ~ Jakarta 
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

1. Bagaimana cara mengajarkan anak supaya terbiasa membantu orang lain saat kita tidak bersama mereka walaupun sudah kita contohkan dengan perilaku kita?

2. Orang tua saya mengajarkan untuk berbuat baik terhadap siapapun meskipun orang itu dzalim kepada kita. Nah bagaimana tips kita supaya bisa konsisten terus berbuat baik pada siapapun meskipun orang itu dzalim?
Terimakasih

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

1.  Untuk mendidik anak terbiasa membantu meski saat jauh dari kita, bisa dengan menumbuhkan rasa empati didalam dirinya, bercerita tentang kehidupan orang-orang yang kesulitan, ajak menemui orang-orang yang hidupnya susah, bisa ajak ke panti asuhan juga. Setiap akan membantu atau akan bersedekah, minta dia yang memberikannya, dan selalu beri gambaran bagaimana susahnya hidup orang-orang tersebut, dan karena itu kita perlu mebantu.

2. Berbuat hanya karena ingin mengharap Ridho Allah Ta'ala, bukan karna makhluk-Nya. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣5️⃣ iDa ~ Yogja
Saat saya akan atau sedang berbuat suatu kebaikan, kadang-kadang merasa seperti ada bisikan atau pemikiran yang mengarahkan untuk riya'. 
Kemudian saya langsung mengucap istighfar berulang-ulang. Apakah itu godaan dalam berbuat baik, atau sudah terhitung sebagai perbuatan riya'?

🌸Jawab:
Satu hal yang perlu diwaspadai saat kita berniat akan melakukan perbuatan baik adalah hadirnya godaan setan. 

Setan dapat berpenampilan dalam berbagai bentuk dan wujud, bisa berbentuk bisikan buruk, namun dapat juga dalam setan berwujud manusia. 

Tidak ada satu kegiatan positif yang setan tidak datang kepada seseorang. 

Disaat ada bisikan seperti itu dan langsung di istighfari itulah salah satu jalan menghentikan langkah setan tersebut. Semoga Alloh ﷻ melindungi kita dari godaan setan saat beramal. 

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣6️⃣ Fatimah ~ Bandung 
Ustadzah, mungkin agak keluar tema tapi masih tentang kebaikan. Ketika kita tengok saudara sakit yang berkali-kali keluar masuk RS, ada kalanya kepikiran sudah ahh nengoknya sekali saja toh dia bolak balik RS ternyata. Apakah itu termasuk hal yang Alloh ﷻ kehendaki? Atau akibat kebakhilan kita?

Maaf terimakasih ustadzah.

🌸Jawab:
Menengok saudara, tetangga, teman yang lagi sakit itu tidak dihitung hitung berapa kali, rutin atau tidaknya dia keluar masuk rumah sakit, tapi sebesar apa perhatian kita terhadap mereka.  Orang yang sedang di uji itu malah sebenarnya butuh perhatian, baik dari saudara, dari tetangga, dari teman. Dan pahalanya besar melihat orang sakit. 

Alloh ﷻ tidak membatasi hamba-Nya utk berbuat baik, sekecil apapun itu, apalagi melihat orang sakit. Jadi jika terlintas hal seperti itu, maka berta'awudz dan beristighfarlah, sebenarnya hal itu datang dari setan yang memang tidak menginginkan kita berbuat baik. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Alloh ﷻ berfirman dalam surah al-Isra: 7,  artinya: 

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.”

Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa hakikat perbuatan baik akan kembali kepada pelakunya, sebagaimana adanya, baik di dunia dan di akhirat.  

Jika sudah ada terniat, maka segeralah lakukan, perbuatan baik janganlah ditunda tunda.

Wallahu a’lam bishawab

Mohon maaf lahir batin.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar