Senin, 28 November 2022

MELATIH KECERDASAN EMOSI ANAK

 


OLeH: Ustadzah Hj. apt. Wahyu Tusy Wardhani, S.Si., M.Farm 

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 MELATIH KECERDASAN EMOSI ANAK

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam kepada kita.

Salam dan shalawat semoga tercurah pada baginda Rasulullah ﷺ.

Pada malam ini, kita akan belajar bersama tentang MELATIH KECERDASAN EMOSI ANAK.

🔸PENTINGNYA MELATIH KECERDASAN EMOSI ANAK

✓ Penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang lebih dipengaruhi oleh kecerdasan emosinya.

✓ Kecerdasan IQ atau yang sering dianggap sebagai kecerdasan akademik berkontribusi sebesar 20%.

✓ Sedangkan, sisanya sebanyak 80% dipegang oleh kecerdasan emosi.

🔸MELATIH KECERDASAN EMOSI ANAK

1) Menyadari emosi anak.
2) Empati pada emosi anak.
3) Membantu mengenalkan emosi pada anak.
4) Membantu anak mengelola emosi.

◼1) MENYADARI EMOSI ANAK

✓ Kita harus terus belajar untuk menjadi orang tua yang peka terhadap perasaan yang ditunjukkan oleh anak.
 
✓ Kita harus belajar menerima emosi anak baik emosi negatif maupun positif. 

✓ Terkadang orang tua merasa jengkel jika anak-anak memperlihatkan emosi negatif bahkan kejengkelan itu bisa berubah menjadi marah yang berlebihan. Hal ini menyebabkan anak akan takut memperlihatkan emosinya.

✓ Terimalah emosi positif maupun negatif anak dan manfaatkanlah sebagai sarana untuk membangun kedekatan dengan anak.

✓ Ketika kita sudah bisa merasakan emosi anak kita, berarti kita sudah berada bersama dengan anak kita.

◼2) EMPATI PADA EMOSI ANAK

✓ Pahamilah apa yang dirasakan oleh anak kita.

✓ Jangan hanya mendengarkan dengan telinga apa yang dikatakan oleh anak.

✓ Lakukan juga kontak mata untuk melihat ke dalam hatinya dan perhatikan bahasa tubuhnya.

✓ Karena bahasa tubuh itu berkata lebih keras dan lebih jujur daripada kata-kata yang keluar dari mulut anak.

◼3) MEMBANTU MENGENALKAN EMOSI PADA ANAK

✓ Bantu anak untuk mendefinisikan emosinya. Sedih, marah, gembira atau yang lainnya.

✓ Hal ini akan membuat anak lebih tenang. Sesuatu yang abstrak dirasakan oleh anak, menjadi hal yang bisa diterima.

✓ CONTOH
~ Ketika anak menangis, bisa kita katakan, Adik sedih ya, karena adik  ditinggal mama.

~ Ketika anak marah karena mainannya dipinjam temannya kita bisa mengatakan Adik marah ya, karena mainannya dipinjam oleh temannya.

~ Ketika anak kita cemberut dan kesal kita bisa bertanya, Kenapa cemberut dik? Adik kesal ya, karena ayah melarang adik untuk bermain.

◼4) MEMBANTU ANAK MENGELOLA EMOSI

✓ Bantulah untuk mendefinisikan masalah.
 
✓ Bantulah untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

Ummahat Perindu Surga yang dirahmati Alloh ﷻ .

Materi di atas baru sebatas teori ya. Sekarang contoh aplikasinya di lapangan. Jadi ketika kita menemukan anak kita di lapangan sedang sedih, cemas, anggaplah itu sebagai momen untuk melatih anak kita, untuk melatih kecerdasan emosi anak kita. 

Contoh ya misal ketika bepergian ternyata mainan anak tertinggal di rumah. Dan ketika sudah bosan di kendaraan ternyata teringat mainannya yang ternyata tertinggal. Akhirnya anak menangis dan meminta teriak-teriak mana bonekaku, aku ingin bonekaku. Nah, ketika anak sedang sedih, marah ini anggaplah sebagai momen untuk melatih kecerdasan emosi anak kita. 

Yang pertama, sadari emosi anak kita, ohhh ternyata anak saya sudah bosan, marah karena mainannya tertinggal di rumah. Kemudian kita empati pada emosi anak kita dan kita membantu mengenalkan emosi. Jadi kita harus empati dan jangan langsung marah pada anak kita. Empatilah pada anak bahwa perasaan anak kita adalah sesuatu yang sangat wajar. 

Anak kita capek di jalan kemudian ingat mainannya dan memeluk mainannya dan tidur bersama bonekanya misalnya itu adalah emosi yang wajar dan kita harus empati dan bantulah anak mengenalkan emosi pada anak. Jadi ketika anak tadi teriak-teriak ingin bonekanya maka peluklah anak kita dan bisikkan di telinganya dan pastikan suara kita di dengar oleh anak "Adik sedih ya, karena mainan adik tertinggal di rumah." Nanti pasti anak kita akan menjawab ia dan sudah tidak teriak-teriak emosinya sudah mereda, karena anak merasa ibuku sudah bisa memahami perasaanku. Dan anak akan semakin lirih tidak lagi berteriak. 

Kemudian bantulah anak untuk mengelola emosinya. Sampaikan, adik kita ini sedang dalam perjalanan, menuju Surabaya adik capek ya, senang ya kalau bisa tidur ma boneka adik, tapi kita dah sampai solo boneka adik ada di Yogja.  Bagaimana kalau mama cerita, kalau kita main kertas lipat dan sebagainya kita berikan alternatif, kita sampaikan realitasnya dan kita sampaikan solusi-solusi yang bisa dikerjakan.

Jadi, sedini mungkin kita melatih anak kita untuk bisa mendefinisikan masalah ini, saya punya masalah ini, saya sedih boneka saya tertinggal. Maka solusinya saya di dongengin oleh mama saya, melipat kertas, menggambar dan sebagainya. Ketika sejak kecil sudah terlatih menyelesaikan masalahnya nanti ketika sudah besar dia bisa mendefinisikan masalahnya dan bisa mencari solusi dari masalahnya. Orang-orang yang tidak memiliki kecerdasan emosi, anak sekarang itu ya mendefinisikan masalah saja tidak akan tahu, saya ini sedang galau, kenapa galau, dak tahu. Mendefinisikan masalah saja tidak tahu apalagi mencari solusi dari masalahnya.

Contoh berikut, misalnya anak kita punya mainan baru kemudian mainan tadi dibawa keluar. Kemudian teman-temannya pinjam bonekanya, terus ternyata anak kita pulang dengan menangis sambil bilang "mama boneka baruku dipinjam teman-temanku"  lalu peluklah anak kita dan bilang "adik sedih ya, boneka barunya dipinjam temannya" sambil kita peluk kemudian definisikan perasaan bahwa adik marah, adik sedih karena mainannya dipinjam teman-temannya. Kemudian sampaikan realitanya kita sudah berusaha empati pada anak kita kemudian kita sampaikan "Adik... Adik senang ya punya mainan baru, tapi teman-teman juga ingin mainan boneka barunya adik, ayo bawa saja mainan barunya dari rumah nanti mainan sama-sama temannya dan sebagainya." Kita tawarkan begitu ya, solusi  dari masalahnya.

Atau contoh yang lain lagi misalnya, anak kita sedang TPA mendapatkan Snack kesukaannya, ini kue kesukaan saya, terus saya bawa pulang (anak kita membawa pulang karena itu kue kesukaan).  Sampai di rumah, adiknya melihat kakaknya bawa roti, lalu adiknya menangis dan minta roti tersebut "aku mau, aku mau roti tersebut." Nah, ketika adik nangis meminta roti kakaknya, inilah kita sebagai ibu langsung saja bilang "kakak ayo bagi rotinya sama adik bagi dua." Kakaknya langsung sedih "Ya Alloh... ini roti kesukaanku, tapi polisi di dalam rumah mengatakan suruh bagi dua sama adiknya." Kadangkala ketidakadilan itu sudah terjadi di rumah oleh kita sebagai mamanya begitu ya. Itu roti kesukaan kakak, di bawa pulang, ternyata sama mama suruh di bagi dua.

Nah, seharusnya ketika ada masalah seperti itu mama harusnya bisa bilang "kakak khan punya roti ya, itu roti kesukaan kakak ya, tapi sepertinya adik juga pingin roti, bagaimana kak?" 

Jadi kita menyampaikan masalah pada kakak, bahwa kakak bawa roti yang disukai oleh kakak yang kemudian dibawa pulang. Ternyata sampai rumah adik kepingin rotinya. Kita sebagai orang tua menyampaikan ke kakak dan meminta solusi kepada kakak, kemudian kakak memberikan roti sedikit kepada adiknya karena itu roti kesukaan dan ternyata adiknya masih menangis. Masalah adik menangis itu urusan mamanya, masalah kakaknya sudah membagi roti dengan adiknya walau dengan secuil sedikit itu sudah kebijakan kakak, kita melatih kecerdasan emosi kakak. Ada masalah adiknya kepingin roti dan sudah memberikan solusi yaitu dengan dibagi ke adiknya diberi roti tersebut walaupun sedikit.

Mungkin itu yang bisa saya sampaikan akhwatifillah, jadi ketika sejak kecil anak-anak kita dibiasakan untuk melatih kecerdasan emosi, InsyaAlloh di besar nanti dia akan bisa mencari solusi dari semua masalah-masalah yang di hadapi. 

Demikian dari saya, afwan kalau ada salah-salah khilaf. Fastabul Khairat. 

Wallahu a’lam bishawab

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Fatma ~ Kebumen
Bismillah, Alhamdulillah...
Bagaimana solusinya bund kalau mereka sudah remaja bahkan sudah dewasa kadang sudah berumur tapi perilakunya sampai membahayakan mental lingkungan bahkan teman-temannya kadang-kadang cuma nahan sampai istighfar tidak bisa disenggol  mengarah ke psikopat.

Jazzakhylah khayr sebelumnya.

🌸Jawab:
Pembentukkan karakter anak tidak lepas dari lingkungan dan pola asuh. 

✓ Coba lakukan pendekatan yang lebih soft, tapi saat memberikan nasihat sampaikan dengan tegas, bukan marah. Dia sudah bisa diajak untuk berpikir logis dan realistis, karenanya metoda dialog menjadi penting. Ngobrol dalam keadaan santai sambil transfer nilai-nilai kebaikan. 

✓ Ayah dan bunda harus ada kesepakatan dalam proses mendewasakan anak.

✓ Jadilah sahabat bagi anak.

✓ Do'akan mereka selalu dalam bimbingan dan perlindungan Alloh ﷻ.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣ Wahyuni ~ Solo
Bu, bagaimana solusinya kakak yang belum bisa mengalah sama adiknya jarak 6,5 tahun, kalau adik punya mainan direbut dinasihati ibunya malah marah-marah, suka jahili adiknya Bu?

Terimakasih jawabannya bu.

🌸Jawab:
Satu hal yang wajar jika kakak ada kalanya tidak mau mengalah. Tentunya kakak sudah lebih bisa diajak bicara secara dialogis. 

✓ Tunjukkan bahwa kasih sayang orang tua pada kakak tidak berubah, bahkan lebih sayang.

✓ Berikan pemahaman bagi kakak dan adik sesuai umurnya.

✓ Luangkan waktu khusus untuk berdua dengan kakak. Demikian juga degan adik, meski porsi yang berbeda.

✓ Ceritakan bagaimana Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk saling menyayangi.

✓ Berbagi peran dengan ayah akan membantu mendewasakan anak (kapan anak bersama ayah dan seterusnya).

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣3️⃣ Ida ~ Klaten
Ustadzah bagaimana cara solusinya menasihati anak yang sudah dewasa 23 tahun, tingkah laku seperti anak-anaknya malas ego tinggi.
Terimakasih ustadzah

🌸Jawab:
✓ Bunda bisa flashback bagaimana pola asuh masa kecil. Jika ada yang kurang tepat ya diperbaiki.

✓ Ada waktu khusus untuk berdua dengan anak (bergantian ayah dan bunda) karena punya peran yang berbeda.

✓ Pahami bagaimana pola pikir anak yang sudah dewasa secara biologis. Siapa dan apa yang dia ikuti di sosmed. 

✓ Melibatkan anak dalam aktivitas rumah tangga dan sosial.

✓ Berdialog, berdo'a. Bukan menuntut anak harus seperti orang lain.

✓ Kita sebagai orang tua harus sering evaluasi. Kita punya peran besar mendidik mereka.

✓ Lakukan perubahan dan perbaikan dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣4️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Afwan Ustadzah, apakah perlu dengan suara keras apabila anak seusia MTs atau SMP melakukan pelanggaran, misalnya berkata kasar atau menyebut nama binatang kepada manusia? 
Syukron

🌸Jawab:
✓ Mendidik anak tidak harus dengan suara keras apalagi kasar, tapi tegas dan lembut.

✓ Anak akan melihat contoh apa yang dilakukan orang tua dan lingkungan.

✓ Anak-anak sekarang banyak berinteraksi dengan dunia maya, maka ayah bunda harus penuhi kebutuhan kasih sayang dan perhatiannya di dunia nyata.

✓ Sentuhan fisik, belaian bisa melembutkan hati.

✓ Tahan jika bunda akan marah.

✓ Agendakan waktu khusus untuk memberikan nasihat dan transfer nilai kehidupan. 

✓ Doakan mereka di sepertiga malam.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Salah satu bentuk kedewasaan diri seseorang adalah pandai mengatur emosi, sehingga ini bisa menjadi pertimbangan orang tua untuk mulai melatih emosi anak sedari dini. Harapannya sang anak akan lebih siap menjalani kehidupan nanti di masa dewasa.

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar