Senin, 28 November 2022

KUATKAN IMAN, PERANGI KETAKUTAN

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌀 KUATKAN IMAN, PERANGI KETAKUTAN

Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh Sahabat Perindu Surga...

Sholehah...

Ketakutan seolah seperti udara, ada di mana-mana, pertanyaannya kemudian adalah wajarkah bagi seorang muslim memiliki rasa takut? 

Padahal Alloh ﷻ telah menegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 62, bahwasanya orang yang beriman tidak akan merasai duka cita. Sedangkan ketakutan selalu berpotensi bagi orang yang merasakannya untuk berduka cita.

Jika menilik sejarah permulaan Islam, kita akan menemukan sebuah kisah dimana seorang sahabat Nabi yang telah belajar Islam selama 13 tahun, dibimbing langsung oleh beliau, masih merasa takut, yakni Sayyidina Abu Bakar.

Hari itu adalah hari di mana Sayyidina Abu Bakar bersembunyi di dalam gua bersama Rasulullah ﷺ demi menghindari kejaran orang-orang musyrik Makkah ketika hendak berhijrah ke Madinah.

Sayyidina Abu Bakar berkata pada Rasulullah ﷺ, “Sekali orang-orang musyrik melihat ke bawah, niscaya mereka akan menemukan kita, wahai Nabi.”

Namun, Rasulullah ﷺ mengatakan pada Sayyidina Abu Bakar agar jangan bersedih hati karena mereka tidak hanya berdua, melainkan bersama Alloh ﷻ.

Dari kisah tersebut di atas bias kita simpulkan bahwasanya iman itu diuji konsistensinya, di awal, di tengah dan di akhir. Suatu kali iman bisa bertambah kuat, namun juga bisa terkikis tanpa kita sadari. Sedangkan iman adalah sesuatu yang sangat krusial dalam menjalani hidup ini. 

Seseorang akan memperoleh kejayaan yang sejati, menempuh jalan yang selalu terang benderang, sebab pelitanya terpasang dalam hati sendiri yakni pelita iman yang tidak pernah padam.

Dengan demikian, ketika keimanan seseorang sedang menurun, yang dapat diandalkan untuk memulihkannya adalah aktivitas-aktivitas kebaikan yang harus terus dipupuknya. Aktivitas dan keimanan bukanlah hubungan sebab akibat, yang oleh sebab keimanan turun lantas otomatis aktivitas kebaikan yang biasa dilakukan selama ini ditinggalkan begitu saja.

Keduanya saling berdialektika menjaga satu sama lainnya agar terus bergerak secara berkesinambungan. 

Mungkin kita jadi berat membaca Al-Qur’an, belajar, menulis, dan melakukan aktivitas kebaikan lainnya, namun bukankah di situ letak perjuangan manusia, bagaimana dia melawan rasa malas, individualisme, egoisme, dan sifat buruk lainnya? Lebih dari pada itu, bukankah iman itu selalu di uji?

Refleksi Kisah Nabi Ibrahim dalam QS. Al-Baqarah: 124
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Alloh ﷻ berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.” Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Alloh ﷻ berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Baqarah: 124)

Ayat tersebut menyiratkan bahwasanya janji Alloh ﷻ itu bersyarat. Terlihat dari ketika Nabi Ibrahim meminta agar dijadikannya pula anak cucunya pemimpin seperti beliau. Namun Alloh ﷻ berfirman, “Janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang yang dzalim.”

Alloh ﷻ menjadikan Nabi Ibrahim AS. sebagai seorang pemimpin, bukan semata-mata karena beliau adalah Nabi Ibrahim AS, melainkan oleh sebab keberhasilan beliau dalam menjalani ujian.

Begitupun juga dengan kita, bukan hanya karena kita seorang muslim, maka otomatis kita menjadi orang yang beriman. Beriman itu membawa konsekuensi logis bagi pemiliknya untuk memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Kesinambungan antara iman dan amal shalih itulah yang akan membuahkan ketakwaan. Takwa tidak hanya sekadar perasaan takut akan tetapi juga meliputi cinta, kasih, harap, cemas, berani, tawakal, ridha, sabar dan sebagainya. Sederhananya orang disebut bertakwa ketika dia menyadari posisinya sebagai seorang hamba.

Ketenangan hidup dicapai oleh manusia salah satunya dengan jalan membebaskan diri mereka dari rasa khawatir dan kesedihan di hati. Cara untuk membebaskan diri dari dua keadaan di hati tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara. Alloh ﷻ menunjukkan cara pembebasan diri dari padanya di dalam al-Qur’an.

Demikian dari saya, semoga bermanfaat. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh 

Bu, bagaimana menghilangkan ketakutan-ketakutan dalam berbuat kebaikan yang kadang kita takut dalam melakukannya daripada berbuat keburukan yang kadang lebih tanpa beban. Berbuat baik, nanti dibilang sok alim, sok gini dan sok gitu. Tapi berbuat keburukan orang itu kadang juga tidak peduli malah banyak membiarkan. 

Bagaimana Bu?

🌀Jawab:
Wa‘alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Berbuat dan beramalah sesuai dengan apa yang Alloh ﷻ perintahkan, setiap apa yang kita lakukan pasti akan ada pro dan kontra, dan rasa takut serta was-was seperti itu sebenarnya datang dari setan yang terus menggelitik hati kita dengan ketakutan-ketakutan yang akan menjauhkan dari amal-amal kebaikan. 

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku... 

Disaat iman meningkat, ketakutan-ketakutan kita terhadap kehidupan ini akan berkurang, semakin tertatanya hati, semakin tingginya ketawakalan, maka hidup kita akan semakin tenang dan jauh dari ketakutan. 

Karenanya yuk semakin kita tingkatkan iman dan terus memperbaiki pemahaman kita tentang Alloh ﷻ, tentang ke Maha Kuasaannya. 

Wallahu a’lam bishawab

Mohon maaf lahir batin. 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar