Kamis, 18 April 2019

TAZKIYATUN NAFS Part-6 (Khusyu' Dalam Sholat)



OLeH: Ustadz Endang Mulyana

          💎M a T e R i💎

بسم الله الرحمن الرحيم..
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته..


اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah, al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita iman dan keyakinan. Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya yang baik, kepada para sahabat piluhan, dan yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan hingga hari kiamat.

Bunda fillah yang berbahagia semuanya...
In syaa Allah kita lanjutkan kajian kita, dan sore ini kita akan membahas tentang kekhusyu'an dalam sholat.

Khusyu’ dalam ibadah kedudukannya seperti ruh atau jiwa dalam tubuh manusia, sehingga ibadah yang dilakukan tanpa khusyu’ adalah ibarat tubuh tanpa jasad alias mati.

Allah Ta’ala memuji para Nabi dan Rasul-Nya dengan sifat mulia ini. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) :

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ (dalam beribadah).” (QS. al-Anbiyaa’: 90).

Allah Ta’ala menjadikan sifat agung ini termasuk ciri utama orang-orang yang sempurna imannya dan sebab keberuntungan mereka, dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. al-Mu’minuun: 1-2)

◾Berikut ini kita akan membahas langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meraih kekhusyu'an

Dalam meraih shalat khusyu’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kiat-kiat yang jelas, bahkan para ulama telah membuat bab-bab dalam kitab-kitab mereka, seperti Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah membuat Bab Anjuran Khusyu’ dalam Shalat.

Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Munajjid rahimahullah dalam kitab beliau “33 Kiat Mencapai Khusyu’ dalam Shalat” menjelaskan; bahwa untuk mencapai khusyu’ dalam shalat ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan:

1. Memperhatikan hal-hal yang mendatangkan kekhusyukan dalam shalat.

2. Menolak hal-hal yang menghilangkan kekhusyukan dan melemahkannya.

Kita bahas bagian yang pertama dari dua bagian diatas.

A.  Mempersiapkan diri sepenuhnya untuk shalat
Adapun bentuk-bentuk persiapannya yaitu: ikut menjawab adzan yang dikumandangkan oleh muazin, kemudian diikuti dengan membaca do’a yang disyariatkan, bersiwak karena hal ini akan membersihkan mulut dan menyegarkannya, kemudian memakai pakaian yang baik dan bersih.

Diantara bentuk persiapan lain adalah berjalan ke masjid dengan penuh ketenangan dan tidak tergesa-gesa, lalu setelah sampai di depan masjid, maka masuk dengan membaca do’a dan keluar darinya juga membaca do’a, melaksanakan shalat sunnat Tahiyyatul masjid ketika telah berada di dalam masjid, merapatkan dan meluruskan shaf, karena syetan berupaya untuk mencari celah untuk ditempatinya dalam barisan shaf shalat.

B. Tuma’ninah
Ini merupakan bagian terpenting dalam sholat kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu tuma’ninah dalam shalatnya, sehingga seluruh anggota badannya menempati posisi semula, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang buruk shalatnya supaya melakukan tuma’ninah sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak sempurna shalat salah seorang diantara kalian, kecuali dengannya (tuma’ninah).”

C. Mengingat mati ketika shalat
Hal ini berdasarkan wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apabila engkau shalat maka shalatlah seperti orang yang hendak berpisah (mati).” (HR. Ahmad)

Juga FirmanNya dalam surat Al-Baqarah, ayat 45-46

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Artinya:
"Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."

D. Menghayati makna bacaan shalat
Al-Qurân diturunkan agar direnungkan dan dihayati maknanya, sebagaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla: “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS. Shaad: 29)

Sikap penghayatan tidak akan terwujud kecuali dengan memahami makna setiap yang kita baca. Dengan memahami maknanya, maka seseorang akan dapat menghayati dan berfikir tentangnya, sehingga mengucurlah air matanya, karena pengaruh makna yang mendalam sampai ke lubuk hatinya. Dalam hal ini Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: “Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Robb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang yang tuli dan buta.” (QS. al-Furqan: 73)

Di dalam ayat yang mulia ini Allah Subhânahu wa Ta’âla menjelaskan betapa pentingnya memperhatikan makna dari ayat yang dibaca.

E. Membaca al-Qurân dengan tartil
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhânahu wa Ta’âla:

“Dan bacalah al-Qurân dengan perlahan-lahan.” (QS. al-Muzammil: 4)

F. Meyakini bahwa Allah Subhânahu wa Ta’âla akan mengabulkan permintaannya ketika seorang hamba sedang melaksanakan shalat

Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Qudsi:

“Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: ‘Aku membagi Shalatku dengan hamba-Ku-menjadi dua bagian, dan bagi hambaku setiap apa yang dia minta. Jika hamba-Ku mengucapkan Alhamdu lillahi Robbil’âlamin, Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: ‘hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Jika ia mengucapkan Mâ likiyaumiddin, Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: ‘Hamba-Ku telah memuliakan dan mengagungkan-Ku.” (Shahih Muslim)

Hadits yang mulia ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang yang sedang melaksanakan shalat, yaitu ketika ia membaca al-Fatihah maka bacaan tersebut mendapat balasan langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla, maka ini akan menjadi pendorong kita dalam mencapai kekhusyukan.

G. Melihat kearah tempat sujud
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

 “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika sedang shalat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menundukkan kepala serta mengarahkan pandangannya ke tanah (tempat sujud).” (HR. al-Hakim)

H. Memohon perlindungan kepada Allah Subhânahu wa Ta’âla dari godaan syetan
Godaan syetan akan selalu datang kepada siapa saja yang akan menghadap Allah Subhânahu wa Ta’âla, oleh karena itu seorang hamba hendaknya tegar dalam beribadah kepada Allah Ta’âla, seraya tetap melakukan amalan-amalan zikir ataupun shalat, dan jangan sampai goyah, sebab dengan selalu menekuni hal-hal tersebut, godaan dan tipu daya syetan akan hilang dengan sendirinya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Sesungguhnya tipu daya syetan itu adalah lemah." (QS. an-Nisa’: 76)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika seorang diantara kalian berdiri shalat, maka datanglah syetan, kemudian ia mengacaukannya (mengacaukan shalatnya dan memasukkan padanya keraguan) sehingga tidak mengetahui berapa rakaat ia shalat. Jika salah seorang diantara kalian mendapati hal demikian, maka hendaklah ia bersujud dua kali ketika dia sedang duduk.” (HR. Bukhari)

Bunda fillah yang berbahagia semuanya..
Itulah 8 langkah praktis yang harus kita lakukan untuk meraih kekhusyu'an dalam ibadah sholat kita..


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Lisa ~ Malang
1. Syetan yang selalu menggoda manusia saat shalat hingga lupa jumlah rakaat, apakah bisa dihilangkan dengan bertaawudz? Saat bertaawudz dan meludah ringan ke arah kiri diperbolehkan tidak ustadz?

2. Apakah Ada sholat yang dikhususkan untuk mencari barang yang hilang, karena jika ada barang hilang pas sholat mestiiiii keingat... Astaghfirullahaladzim

🌸Jawab:
Bismillah...

1. Benar bunda,  pertama jika kita merasa sholat kita benar-benar kacau akibat diganggu syetan, umpamya jumlah rokaat yang sudah dikerjakan terlupa maka meludahlah ke sebelah kiri 3 kali dengan berta'awudz in syaa Allah, kita mendapat perlidungan Allah dari Syetan yang bernama Khinzib yang mengganggu sholat kita.
(HR. muslim)

2. Adapun jika kita kehilangan sesuatu lalu kita sholat dengan harapan, dalam sholat kita teringat maka di luruskan niatnya.
Niatkanlah sholat hajat untuk keperluan tersebut, apakah nanti Allah memberi petunjuk dalam sholat kita atau di luar sholat kita itu sepenuhnya urusan Allah.
Jangan meniatkan sholat sambil mengingat-ingat apa yang hilang, Itu tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Shollallahu alayhi wassallama.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Atin ~ Pekalongan
Membaca penjelasan materi, artinya sholat khusu' membutuhkan waktu yang longgar. Bagaimana jika di tempat kerja kita harus buru-buru?
Atau kita makmum, imamnya cepat-cepat?

🌸Jawab:
Bismillah...

Sholat yang Khusyu' itu sesungguhnya lebih kepada amalan hati atau jiwa, jika perkara zhahirnya sudah selesai dikondisikan.
Nah dalam keadaan Hati atau jiwa yang sudah siap tersebut maka tidaklah masalah kita sholat di tempat yang ramai atau dalam kondisi tertentu berada dalam waktu yang terbatas sekalipun. Baik kita sholat sendiri maupun bermakmum.
Hanya mungkin rasa kenikmatan Khusyu' nya yang berbeda.

Wallahu a'lam

🔹Artinya tidak pengaruh ya Tadz di waktu yang terbatas harus dengan surat pendek biar cepat selesai. Yang penting konsen ke Allah. Begitu ya Tadz?

🌸 Benar bunda...
Ya biasanya kalau ingin menikmati Khusyu' nya ibadah sholat, saat qiyamullail sendiri. Kita yang atur lama atau sebentarnya,  adapun jika berjamaah baik sebagai imam ataupum makmum terikat dengan orang lain, kecuali di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi yang memang Formatnya sudah memungkinkan untuk Khusyu'.

0⃣3⃣ Lisa ~ Malang
Bagaimana syarat wanita yang boleh sholat di masjid ustadz? Usia berapa pula wanita boleh sholat jumat di masjid? Sepertinya ada yang memperbolehkan njeh?

🌸Jawab:
Bismillah...

Pertama hukumnya boleh seorang wanita pergi untuk sholat ke masjid jika ada izin dari suami atau wali (jika belum nikah).

Dalilnya sabda Nabi SAW : “Jika isteri-isterimu meminta izin ke masjid-masjid, maka izinkanlah mereka.” (HR. Muslim, Bukhari, Ahmad, dan Ibn Hibban).

Namun perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.

Beberapa pendapat para ulama tentang bolehnya wanita sholat di masjid adalah:

1. Abu Hanifah dan dua orang sahabatnya mengatakan bahwa makruh bagi seorang wanita yang masih muda menghadiri shalat berjama’ah (di masjid) secara mutlak karena dikhawatirkan adanya fitnah. Abu Hanifah mengatakan bahwa tidak mengapa bagi seorang wanita yang sudah tua pergi ke masjid untuk shalat shubuh, maghrib dan isya karena nafsu syahwat bisa menimbulkan fitnah di waktu-waktu selain itu. Orang-orang fasiq tidur pada waktu shubuh dan isya kemudian mereka disibukan dengan makanan pada waktu maghrib. Sedangkan kedua orang sahabatnya membolehkan bagi seorang wanita yang sudah tua pergi ke masjid untuk melakukan semua shalat karena tidak ada fitnah didalamnya dikarenakan kecilnya keinginan (syahwat) seseorang terhadapnya.

Dan madzhab dikalangan para ulama belakangan adalah memakruhkan wanita menghadiri shalat jama’ah walaupun shalat jum’at secara mutlak meskipun ia seorang wanita tua pada malam hari dikarenakan sudah rusaknya zaman dan tampaknya berbagai kefasikan.

2. Para ulama Maliki mengatakan bahwa dibolehkan bagi seorang wanita dengan penuh kesucian dan tidak memikat kaum laki-laki untuk pergi ke masjid melakukan shalat berjama’ah, id, jenazah, istisqo (shalat meminta hujan), kusuf (shalat gerhana) sebagaimana dibolehkan bagi seorang wanita muda yang tidak menimbulkan fitnah pergi ke masjid (shalat berjama’ah) atau shalat jenazah kerabatnya. Adapun apabila dikhawatirkan terjadinya fitnah maka tidak diperbolehkan baginya untuk pergi ke masjid secara mutlak.

3. Para ulama Syafi’i dan Hambali mengatakan bahwa makruh bagi para wanita yang cantik atau memiliki daya tarik baik ia adalah seorang wanita muda atau tua untuk pergi ke masjid shalat berjama’ah bersama kaum laki-laki karena hal itu merupakan sumber fitnah dan hendaklah ia shalat di rumahnya. Dan dibolehkan bagi para wanita yang tidak menarik untuk pergi ke masjid jika ia tidak mengenakan wangi-wangian dan atas izin suaminya meskipun sesungguhnya rumahnya lebih baik baginya, berdasarkan sabda Rasulullah saw, ”Janganlah engkau melarang para wanita itu pergi ke masjid meskipun rumah mereka lebih baik bagi mereka.” Didalam lafazh lainnya disebutkan, ”Apabila para wanita kalian meminta izin kepada kalian pada waktu malam hari untuk ke masjid maka izinkanlah mereka.” (HR. Jama’ah kecuali Ibnu Majah) yaitu jika aman dari kerusakan (fitnah). Juga sabdanya saw, ”Janganlah kamu melarang para wanita pergi ke masjid, hendaklah mereka keluar tanpa memakai wangi-wangian.” (HR. Ahmad, Abu daud dari Abu Hurairoh) dan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Sebaik-baik masjid bagi kaum wanita adalah didalam rumahnya.” (HR. Ahmad)

Wallahu A’lam

0⃣4⃣ Romlah ~ Lumajang
Assalamualaikum ustadz...

Yang saya tanyakan bolehkah kita sholat dengan memejamkan mata? Karena kalau dengan membuka mata saya lebih tidak bisa fokus karena ketika saya sholat anak-anak saya sering lewat di depan saya.

🌸Jawab:
Bismillah...

Sunnahnya sholat itu adalah melihat tempat sujud.
Namun jika suatu kondisi yang membuat kita terganggu tidaklah mengapa memejamkan mata.

Wallahu a'lam

🔹Saya ini jujur sering sekali sholatnya telat-telat. Adakah kiat-kiat khusus agar bisa menyegerakan dalam sholat?  Terimakasih

🌸Tazkiratul maut..
Ingatlahlah kematian yang datang tanpa terduga.. 
Takutlah ajal menjemput kita saat kita belum menunaikan sholat..

Kita bayangkan betapa menyesalnya oramg yang wafat dalam keadaan belum melaksanakan sholat sementara waktu sholat sudah menjumpainya.

Cukuplah kematiam sebagai peringatan.

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Ruli ~ Trenggalek
Bagaimana pendapat ustadz misal bagaimana caranya kita sebagai istri yang selalu mengingatkan suami untuk mendirikan sholat tapi beliau masih belum terbuka hatinya belum mau sholat. Disuruh diingatkan akan akhirat beliau mendengarkan tapi kalau untuk nmendrikan sholat kenapa masih susah. Saya sebagai istri juga sedih, ingin punya imam yang mau menunaikan sholat. Jadi bagaimana ya ustadz cara menghadapinya?

🌸Jawab:
 Bismillah...

Teruskan apa yang sedang di lakukan ini.
In syaa Allah ini cara yang paling baik.
Sabarlah dalam memberikan nasihat jangan ingin segera melihat hasilnya.
In syaa Allah pahala kebaikannnya sudah didapatkan

Namun hidayah ada dalam genggaman Allah.
In syaa Allah suami akan berubah seiring Hidayah Allah.

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Atin ~ Pekalongan
Pertanyaan ini mungkin agak menyimpang Tadz .

Benarkah dzikir sesudah sholat tidak harus duduk terpekur?
Alasannya kan bukan bagian dari sholat. Jadi kalau terburu buru bisa sambil mengerjakan tugas.

🌸Jawab:
Perhatikan Firman Allah berikut ini bunda..

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

Di ayat ini Allah memerintahkan kita untuk berdzikir setelah sholat, baik dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring.

Tidak semua diantara kita dalam keadaan yang ideal saat selesai sholat, ada yang harus mengerjakan ini, itu dan sebagainya.
Maka berdzikirlah setelah sholat dalam keadaan bagaimanapun yang memungkinkan kita berdzikir kepada Allah.

Wallahu A'lam

0⃣7⃣ Puji ~ Jogja
Hampir sama dengan bunda ruli, suami saya sholat tetapi sering ditunda-tunda, apalagi jika sedang bekerja, hampir setiap hari saya mengingatkan untuk segera sholat diawal waktu, apalagi sholat subuh, kadang sampai saya nangis karena suami tidak segera bangun dan sholat. Kalau saya mengingatkan agak kasar malah suami marah, kalau saya pelan tidak bangun-bangun.
Bagaimana cara saya mengingatkan ya? Sedih sekali saya, baru kali ini saya bertanya karena takut dianggap membuka aib suami?

🌸Jawab:
Bismillah

Allah Azzawajalla berfirman...

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

"ٰDan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa."

Ayat ini sebenarnya diperuntukan bagi para ayah dan suami.
Namun bagaimana halnya justeru suami atau ayah yang malas mengerjakan sholat...?

Islam mengajarkan prisip amar ma'ruf dan nahyi munkar yang berlaku kepada kaum muslimin dan muslimat.

Baik laki-laki maupun perempuan wajib atasnya amar ma'ruf dan nahyi munkar.

Bunda... 
Teruslah ingatkan suami untuk sholat.
Jangan merasa lelah, jangan merasa bosan, ini ladang jihad bunda.
Sambil terus memohon kepada Allah agar membukakan hati suami.

In syaa Allah buah istiqomah dan kesabaran adalah kebaikan yang berlimpah.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Bunda fillah yang berbahagia semuanya..

Demikianlah kajian kita pada petang pekan ini,  semoga Allah senantiasa  melimpahkan hidayahNya kepada kita semua dalam menapaki kehidupan ini.

Besar harapan kita untuk mendapatkan ridhoNya.
Di dunia dan akhirat..
Aamiin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar