Kamis, 18 April 2019

TAZKIYATUN NAFS Part-5



OLeH: Ustadz Endang Mulyana

           💎M a T e R i💎

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛

Hari ini bertepatan dengan peristiwa agung Isro wal mi'raj Rosulullah Shollallahu alayhi wassallama
In syaa Allah kajian kita adalah Isra wal mi'raj dalam timbangan tazkiyyatunnafs.

Untuk mengingat kembali peristiwa agung tersebut mari kita baca kembali peristiwa tersebut.

_ Isra Miraj sebagai Tasliyah_

Isra miraj merupakan tasliyah (hiburan) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dilanda duka hingga menyebut amul huzn (tahun duka cita).

Mengapa beliau berduka? Ada beberapa sebab. Pertama, istri beliau Khadijah radhiyallahu ‘anha wafat pada bulan Ramadhan tahun 10 kenabian.

Ummahatul mu'minin Siti Khadijah adalah istri pertama Rasulullah yang sangat beliau cintai. Sejak Rasulullah mendapat wahyu, beliau adalah orang pertama yang mendukung beliau. Ketika kembali dari gua hira’ dalam kondisi demam, Rasulullah minta kepada Khadijah “zammilunii.. zammilinuii..” Selimuti aku… selimuti aku. Lalu Khadijah menyelimuti beliau, menenangkan beliau, memotivasi dan membangkitkan optimisme bahwa yang datang kepada beliau adalah kebaikan.

Khadijah merupakan orang yang pertama beriman dan mendukung dakwah beliau. Saat Rasulullah membutuhkan dana untuk dakwahnya entah memerdekakan budak, membantu fakir miskin atau keperluan lainnya, Khadijah yang mensupport beliau dengan hartanya. Khadijah pula yang memberi beliau keturunan termasuk Fatimah. Khadijah pula yang dengan kedudukan mulianya melindungi Rasulullah.

Maka wafatnya Khadijah merupakan duka tersendiri bagi Rasulullah. Bagaimana mungkin kehilangan pendamping hidup sejati dan pendukung dakwah hakiki bukan sebuah duka?

Tak berselang lama setelah Khadijah wafat, paman beliau Abu Thalib juga wafat. Meskipun tidak mau masuk Islam, Abu Thalib adalah pembela sejati Rasulullah. Beliau yang senantiasa pasang badan saat orang-orang kafir Quraisy menyakiti Rasulullah atau hendak mencelakakannya.

Sepeninggal Khadijah dan Abu Thalib, posisi Rasulullah semakin terjepit. Intimidasi kafir Quraisy semakin menjadi-jadi. Dakwah di Makkah serasa tidak lagi memiliki celah untuk bergerak.

Namun Rasulullah tidak mau berdiam diri. Dakwah di Makkah dibatasi, beliau pun berupaya dakwah ke luar Makkah. Beliau pergi ke Thaif dengan harapan di sana dakwah diterima. Namun apa yang terjadi? Penduduk Thaif justru mengusir Rasulullah dan melempari dengan batu hingga kaki beliau berdarah.

Setelah mengalami amul huzn inilah, Allah Subhanahu wa Ta’ala meng-isra’-kan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau diperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Allah mulai dari perjalanan yang super kilat ke Baitul Maqdis, mengimami para Nabi di sana, lantas naik ke sidratul muntaha, bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapat perintah sholat lima waktu, juga diperlihatkan surga dan neraka. Semua rangkaian peristiwa itu merupakan tasliyah bagi beliau.

Usai shalat isya’ dan beristirahat sejenak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang saat itu berbaring di Masjidil Haram didatangi malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.

“Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda beliau dalam riwayat Imam Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah.

Setelah itu didatangkanlah buraq yang nantinya menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.

“Didatangkan kepadaku Buraq –yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Muslim dari Anas bin Malik.

Setiba di Masjidil Aqsa, beliau shalat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai shalat dan keluar dari Masjid Al Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut.

Mi’raj pun dimulai. Rasulullah naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. Mari kita simak kisah beliau dalam hadits yang panjang, lanjutan dari hadits Shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah di atas.

“Lalu aku dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit.
Dia ditanya, “Siapakah ini?”
Ia menjawab, “Jibril.”
Jibril ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab, “Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus?”
“Dia telah diutus.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kedua. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria ‘alaihimussalam. Maka keduanya menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketiga. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf yang telah dianugerahi setengah dari ketampanan manusia sejagat. Maka Yusuf menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keempat. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Idris ‘alaihissalam. Ia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah telah berfirman untuknya, “dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi.”

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kelima. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Harun. Dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit keenam. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Musa lalu dia menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketujuh. Maka Jibril minta dibukakan pintu.
“Siapakah ini?”
“Jibril”
“Siapakah yang bersamamu?”
“Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus kepadaNya?”
“Dia telah diutus kepadaNya.”
Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.

Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke sidratul muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi sidratul muntaha, sidratul muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka Allah memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat 50 kali dalam sehari semalam.

Kemudian aku turun dan bertemu Musa lalu ia bertanya, “Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?”
Aku menjawab, “Sholat 50 kali.”
Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israel dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka.”
“Aku akan kembali kepada Rabbku.”

Lalu aku memohon, “Ya Rabb, berilah keringanan kepada umatku.” Aku diberi keringanan lima sholat. Lalu aku kembali kepada Musa ‘alaihis salam.
Aku berkata kepadanya, “Allah telah memberikan keringanan lima kali.”
Musa mengatakan, “Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan.”

Aku terus bolak-balik antara Rabbku dengan Musa hingga Rabbku berfirman, “Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban sholat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap sholat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali sholat sama dengan 50 kali sholat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuknya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan.”

Kemudian aku turun hingga bertemu Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan, “Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi.”
Aku menjawab, “Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepadaNya.”

Bunda fillah semuanya..
Dari kisah singkat Israi'raj diatas ada beberapa point penting yang dapat kita ambil,

1. Setelah cobaan datang silih berganti, bahkan Rasulullah mengalami tahun duka cita, Allah memberinya tasliyah (hiburan) dengan isra miraj ini.
Pernah kita bahas dalam kajian sebelumnya bahwa ujian bagi seorang mukmin merupakan kebaikan bagi mereka yang akan juga berbuah kebaikan, baik dalam kehidupan dunia maupun dalam kehidupan akhirat.

2. Rasulullah memilih susu untuk beliau minum sebelum mi’raj lalu Jibril memujinya. Ini menguatkan bahwa Islam adalah agama fitrah dan kesucian.
Hal ini merupakan rahmat bagi umat beliau Shollallahu alayhi wassallama.
Dalam peristiwa besar seperti ini ada hikmah yang dapat kita ambil sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari.

3. Shalat Rasulullah bersama para Nabi di Baitul Maqdis menunjukkan kedudukan beliau sebagai pemimpin para Nabi.
Setelah peristiwa ini, beliau Shollallahu alayhi wassallama mendapatkan gelar Imamul Anbiya'i wal Mursaliin.

4. Sesungguhnya Masjid Al Aqsha memiliki kaitan erat dengan Masjidil Haram. Masjid Al Aqsha merupakan tempat isra’ Rasulullah dan kiblat pertama umat Islam. Karenanya umat Islam harus mencintai Masjid Al Aqsha dan mempertahankannya dari segala upaya penjajah Yahudi yang hendak mencaplok dan merobohkannya.
Ini merupakan tantangan buat kita saat ini.
Masjid Suci ketiga setelah masjidil haram dan Masjid Nabi Hijaz, yaitu Masjidil Aqsha masih berada dalam penguasaan penjajah Israel. 
Kewajiban kita semua untuk membebaskannya.

5. Urgensi shalat dan kedudukannya yang agung. Jika perintah lain cukup dengan wahyu melalui Malaikat Jibril, perintah shalat langsung diturunkan Allah kepada Rasulullah tanpa perantara Jibril. Shalat ini pula yang menjadi inti tasliyah (hiburan) bagi hambaNya.

6. Rasulullah hendak mencapai fase baru yakni hijrah dan mendirikan negara Islam di Madinah. Maka Allah memurnikan barisan dakwah dengan isra' miraj'. Orang-orang yang tidak kuat aqidahnya dan mudah goyang keyakinannya, mereka murtad setelah diberitahu tentang isra miraj. Adapun yang imannya kuat, mereka justru semakin kuat imannya.

7. Keberanian Rasulullah sangat tinggi dalam berdakwah dengan menyampaikan isra' miraj' kepada mereka. Meskipun mereka tidak akan percaya bahkan mencemooh dan mengolok-olok, Rasulullah tetap menyampaikan. Beliau bahkan memberikan bukti-bukti empiris kepada kafir Quraisy meskipun mereka justru menuduh beliau sebagai tukang sihir.

8. Keimanan umat yang paling sempurna adalah imannya Abu Bakar. Ketika orang-orang kafir Quraisy mengabarkan bahwa Muhammad mengatakan telah isra miraj, beliau langsung mempercayainya. “Jika yang mengatakan Rasulullah, aku percaya,” demikian logika keimanan Abu Bakar sehingga beliau mendapat gelar Ash Shiddiq.

9. Rasulullah menyampaikan bahaya penyakit masyarakat yang dilihatnya. Beliau diperlihatkan bagaimana siksa untuk orang yang suka ghibah, orang yang berzina, orang yang makan harta anak yatim, dan lain-lain.

10. Para sahabat menjadi perhatian terhadap Masjid Al Aqsha yang saat itu berada dalam kekuasaan Romawi. Kelak di masa kekhalifahan Umar bin Khattab, Masjid Al Aqsha bisa dibebaskan.

🌸🌷🌸
Konteks TAZKIYYATUNNAFS dalam peristiwa Isra' mi'raj ada pada ibroh yang kelima,
Kita lihat lagi.

Urgensi shalat dan kedudukannya yang agung. Jika perintah lain cukup dengan wahyu melalui Malaikat Jibril, perintah shalat langsung diturunkan Allah kepada Rasulullah tanpa perantara Jibril. Shalat ini pula yang menjadi inti tasliyah (hiburan) bagi hambaNya.

Ya,  Sholat merupakan aktivitas jasmani dan ruhani sekaligus.
Namun,  Allah juga menyampaikan orang-orang Munafik juga melaksanakan Sholat.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa: 142).

Adapun orang-orang yang beriman mereka di pandang beruntung disisi Allah, dan ciri keberuntungan mereka adalah saat sholat yang mereka dirikan ada dalam kekhusu'an.

Perhatikan Firman Allah Azzawajalla,

قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya beruntunglah orang–orang yang beriman.”

ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَٰشِعُونَ

“(yaitu) orang–orang yang khusyuk dalam sholatnya."

Juga FirmanNya dalam surat Al-Baqarah, ayat 45-46

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Artinya:

"Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."

Khusyu' adalah amalan hati atau jiwa.
Banyak orang sholat tapi tidak merasakan Khusyu'.
Bahkan saat mereka takbir hingga salam sedikitpun mereka tidak mersakan apa yang namanya khusyu'.

Seorang hamba, yang terus menerus mentazkiyah jiwanya atau hatinya, akan mudah mendapatkan khusyu' dalam sholatnya.

Sementara kajian pekan ini kita batasi sampai titik ini,  kajian berikutnya kita khusus membahas jiwa yang Khusyu'.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Dwi ~ Bondowoso
Assalamualaikum Ustadz....

Karena hiruk pikuk dunia sering kali dalam sholat kita susah sekali untuk khusyuk dalam sholat. Bagaimana cara kita melatih diri kIta untuk bisa khusyuk dalam sholat. Untuk sholat tahajud pun dimana suasana tenang, terkadang masih susah sekali untuk khusyuk dalam Asholat?

Mohon pencerahanya ustadz.

🌷Jawab:
Waalaykumusalaam warahmatullahi wabarakaatuhu

Bismillah...
Hampir semua yang melaksanan sholat di zaman ini merasa tidak Khusyu'.

Karena memang ilmu yang pertama Allah angkat adalah ilmu Khusyu'.

Namun demikian Allah memberi jalan kepada hambaNya bagaimana Khusyu' itu,

Ayat ke 45-46 surat Al - Baqoroh memberi petunjuk kepada kita.

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Artinya:

"Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."

Ada dua ciri dan cara orang yang Khusyu'.

1. Meyakini perjumpaan dengan Allah.
2. Meyakini akan kembali kepada Allah.

Dua cara inilah yang menurut Allah akan mengantarkan hambaNya pada kekhusyu'an.

Berjumpa dengan Allah dalam Sholat itulah Khusyu'.

Kita lihat bacaan surat Alfatihah itu merupakan bacaan bagi orang yang sedang berhadap-hadapan dengan Allah..

إيا ك نعبد إياك نستعين...

Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya Kepada Mu kami mohon pertolongan.

Ini seharusnya disadari bahwa mengucapkan "Kamu,"
Yang di ajak bicaranya ada di depan.

Contoh: Seorang istri tanya sama suaminya "Kamu mau apa mas?" orang yang nanya pasti ketemu sama yang di tanya, atau sama-sama sadar berkomunikasi.

Nah kesadaran itulah yang harus kita bangun dalam sholat.

Sadar sedang bertemu Allah dan sedang bicara sama Allah, Alfatihah adalah alat bicaranya sama Allah.

Silkan bunda coba nanti yaaa...

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Frin ~ Surabaya
Assalamualaikum Ustadz...

Disetiap sholat saya berusaha untuk bisa khusyu', tapi tiba-tiba diraka'at ketiga atau terakhir tiba-tiba pikiran itu kemana-mana dan sering seperti itu ustadz. Bagaimana ya agar sholat  bisa benar-benar khusu' sampaI selesai.

Mohon pencerahannya ustadz.

Jazakilah khoir

🌷Jawab:
Waalaykumusalaam warahmatullahi wabarakaatuhu..

Yang harus bunda lakukan adalah senantiasa menjaga kasadaran sedang berjumpa Allah, jika kemudian melenceng, segera kembali kepada kesadaran tadi.

Maka niat itu sebenaranya bukan sekadar di awal sholat namun menjaga kesadaran sedang sholat juga merupakan bagian dari niat sholat.
Mau ruku' sadari akan ruku'., mau sujud sadari akan sujud dan akan melakukan sujud terbaik begitu seterusnya sampai salam.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Milla ~ Bekasi
Assalamualaikum Ustadz...

Pernah membaca bahwa bila shalat kita tidak khusuk itu tandanya kita sedang terganggu jin.  Bagaimana cara agar jin yang mengganggu itu tidak ada dalam diri kita?

Jazakilah khoir

🌷Jawab:
Waalaykumusalaam warahmatullahi wabarakaatuhu

Bismillah...
Sholat merupakan ibadah yang istimewa.

Karena perintah sholat langsung diterima Rosul Shollallah alayhi wassallama tanpa perantara malaikat Jibril.

Sholat juga ibadah pertama yang akan di hisab Allah di akhirat.
Tentu saja syetan dari bangsa Jin,  selalu menggoda sholat seoarang hamba,  dan Jin yang mengganggu sholat namanya Khinzib, sehingga seorang yang sedang sholat lupa berapa rokaat,  sudah baca ini atau belum dan sebagainya.

Berlindunglah kepada Allah saat hendak melaksanakan sholat dengan do'a.

رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (97) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (98) [المؤمنون/97، 98]

Doa sebelum sholat latin

“Robbi a’u zubika min hamaza tisy shaya thiin, wa a’u zubika robbi any yah dhu ruun.”

Semoga bunda senantiasa mendapatkan lindungan Allah Azzawajalla..

Aamiiin

Wallahu a'lam

Artinya :
“Ya Allah. Aku berlindung kepada Engkau daripada gangguan syaitan dan aku berlindung kepada Engkau wahai Tuhan dari kedatangan mereka.”

0⃣4⃣ Fitri ~ Serang Banten
Assalamuaikum,

Setiap daerah dan masyarakat kan mempunya tradisi berbeda" yaa... Jika ada tradisi yang merayakan isra' mi'raj dengan meriah mengundang kiyai atau ustdz dari luar pasti itu memakan biaya banyakan. Nah itu bagimana mana ustadz?
Terimakasih

🌷Jawab:
Waalaykumusalaam warahmatullahi wabarakaatuhu

Bismillah...
Acara peringatan Isra' mi'raj  tidaklah mengapa dilaksanakan,  walaupun dia bukan wajib, bukan juga sunnah, namun merupakan majelis tabligh untuk berdakwah  dan sah-sah saja memanfaatkan momentum isra' mi'raj.

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Darul ~ Madiun
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Apa hukum merayakan isro’ mi'roj dengan membawa makanan dan buah-buah di mushola atau masjid.
Acaranya baca tahlil, sholawat, dan doa.
Lalu makan tersebut baru di makan sama-sama.

🌷Jawab:
Waalaykumusalaam warahmatullahi wabarakaatuhu..

Bismillah...
Peringatan acara isra' mi'raj bukan merupakan ibadah yang hukumnya wajib atau sunnah.

Namun ia salah satu sarana tabligh dengan memanfaatkan momentum isra' mi'raj.

Didalamnya di sampaikan sejarah terjadinya peristiwa Isra' mi'raj.

Tidak dilaksanakan juga tidak apa-apa dan tidak menjadi dosa.
Kalau ada kebaikan di majelis itu, terkait shilaturrahim antara umat islam dan semangat dalam mengambil hikmah peristiwa Isra' mi'raj.

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Fitri ~ Serang
Iya memang benar ya... isra' mi'raj memang acara untuk memperingati perjuangan nabi kita muhammad itu juga kan bukan termasuk acara yang harus diwajibkan, tapi bagimana jika kasusnya disuatu daerah mereka memang setiap tahunya merayakan dan itu dengan acara yang besar-besaran.  Kan mungkin sudah tradisi tapi kalau misalkan ada sebuah keluarga mereka tidak mampu untuk ikut dalam acara tersebut karena mereka tidak mempunyai banyak uang dalam satu sisi mereka ingin sekali ikut karena mereka ingin berpartisipasi tapi disisi lain mereka tidak mampu sedangkan jika dalam kampung-kampung kan biasanya mau tidak mau ya harus nyumbang tidak boleh tidak, nah disini terjadi unsur pemaksaan dong, hanya supaya acara ini terlaksana.  Bagaimana menurut pandangan islam?
Terimakasih

🌷Jawab:
Memang masih ada sebagian masyarakat kita karena kurangnya pengetahuan, berkeyakinan bahwa isra mi'raj merupakan kegiatan yang termasuk ibadah. Sebagian memaksakan diri melaksanakannya.
Inilah lahan dakwah kita untuk memberikan nasihat.

0⃣7⃣ Nur Wachidah ~ Makasar
Afwan...
Bagaimana dengan pendapat seperti tersebut dibawah ini...
Mohon Pencerahannya...

"Nabi Muhammad SAW berbicara dengan Alloh SWT di atas Mustawa. Mungkin ada sebagian kaum muslimin yang setelah membaca kisah Isro’ Mi’roj dan kisah Nabi SAW berbicara dengan Alloh SWT di atas Sidratul Muntaha dan di atas Mustawa lalu berangan-angan bahwa Alloh ada di atas langit sana. Maka yang harus dijelaskan bahwa atas Mustawa bukanlah tempatnya Alloh, akan tetapi tempatnya Nabi SAW. Alloh tidak butuh kepada tempat. Maka jangan dikatakan Alloh di atas, sebab atas dan bawah adalah ciptaan Alloh SWT."

Disebutkan juga di dalam Al-Qur’an, Alloh mengajak bicara Nabi Musa As, di saat Nabi Musa berada di atas bukit Tursina, maka yang harus dipahami adalah bahwa bukit Tursina adalah tempatnya Nabi Musa, bukan tempatnya Alloh. Lalu “Alloh dimana?” Jawabnya adalah karena Alloh tidak butuh tempat, maka jangan bertanya dengan pertanyaan “Alloh dimana?.” Karena Alloh tidak butuh mana-mana, Alloh tidak serupa dengan makhluknya.

Kepercayaan bahwa Alloh di atas langit adalah kesesatan dalam beraqidah. Hal-hal semacam itu harus diluruskan, bahkan ada di beberapa sekolahan yang siswa-siswi mereka, ditanya oleh gurunya dengan pertanyaan “Alloh dimana ?” Itu adalah pertanyaan fitnah yang tidak membangun aqidah. Dan itu karena mana-mana adalah ciptaan Alloh, dan Alloh tidak butuh kepada ciptaanNya.

Ada diriwayatkan dari Imam Muslim tentang pertanyaan Rasulullah kepada seorang budak, dengan pertanyaan “Alloh dimana?” dan hal itu sudah dijelaskan oleh para Ulama panjang lebar dengan mendatangkan kisah budak tersebut dari riwayat para Imam Ahli Hadits yang lainnya, hingga tidak menyisakan keraguan apapun bahwa Alloh tetap tidak butuh tempat.

🌷Jawab:
Bismillah...

Bunda fillah yang berbahagia semuanya... 

Kita sebagai kaum muslimin yang beraqidah ahlussunnah wal jamaah hendaklah memahami perkara ini sebagaimana pemahaman para salafussholih dan ulama-ulama ahlussunnah wal jamaah.

Hal ini menunjukan bahwa kita berada diatas jalan mereka,  yaitu jalan kebenaran dan jalan keselamatan.

Perkara ini pun sudah menjadi perdebatan dimasa mereka, namun mereka, tetap kokoh dan teguh dengan argumentasi yang cemerlang berdasarkan Al Quran dan As-sunnah.
Baikalah kita lihat bagaimana para ulama Ahluussunnah berpandangan dalam perkara ini.

1. Imam Syafi’i Rahimahullah Taalaa

Beliau  mengatakan:

Makna firman Allah dalam kitab-Nya:

مَنْ فِي السَّمَاءِ

“…Dzat yang berada di atas langit…” (QS. Al Mulk: 16).

di atas Arsy, sebagaimana Dia firmankan:

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Allah yang Maha Pengasih itu berada di atas Arsy.” (QS. Thaha: 5).

Maka, Allah itu di atas Arsy sebagaimana yang Dia kabarkan sendiri, tanpa perlu mempersoalkan bagaimananya.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan-Nya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syuro: 11)

[sumber Manaqibusy Syafi’i lil Baihaqi 1/397-398].

Perhatikanlah bagaimana Imam Syafi’i rahimahullah mengumpulkan dua ayat di atas. Itu menunjukkan bahwa dua ayat itu saling melengkapi, dan tidak boleh dipertentangkan.

Kesimpulan dari dua ayat itu menurut Imam Syafi’i rahimahullah adalah, bahwa “Allah tidak sama dengan makhluk dalam keberadaan-Nya di atas Arsy.”

Inilah pemahaman yang harus kita teladani

Inilah yang menjadikan Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan: “tanpa mempersoalkan bagaimananya”, karena mempersoalkan hal itu akan menggiring orang untuk mempertentangkan dua ayat tersebut, lalu menafikan keberadaan Allah di atas Arsy-Nya.

2. Imam Abu Hanifah Rahimahullah Taalaa

Beliau juga meyakini bahwa Allah berada di atas Arsy, beliau mengatakan:

من لم يقر أن الله على العرش قد كفر لأن الله تعالى يقول {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى} وعرشه فوق سبع سموات

“Orang yang tidak mengikrarkan bahwa Allah di atas Arsy, maka dia telah kufur, karena Allah ta’ala berfirman (yang artinya): ‘Allah yang maha pengasih itu berada di atas Arsy’ (Qs. Thaha: 5), dan Arsy-Nya itu berada di atas langit yang tujuh.”

[sumber: Kitabul ‘Arsy lidz Dzahabi 2/178].

Lihatlah, bagaimana kerasnya pengingkaran beliau dalam masalah ini, karena beliau hidup di zaman yang tergolong masih awal dalam sejarah Islam, beliau lahir tahun 80 H, masih ada beberapa sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam yang hidup ketika itu, sehingga kesesatan dalam bidang akidah ketika itu masih tergolong sedikit. Wajar bila ‘mengingkari keberadaan Allah di atas Arsy’ dianggap kufur saat itu.

3. Imam Malik Rahimahullah Taalaa

Beliau membid’ahkan pertanyaan tentang ‘bagaimana’ keberadaan Allah di atas Arsy-Nya

[sumber: Al-Asma was Sifat lil Baihaqi 2/360].

Karena memang hal itu tidak pernah dipersoalkan oleh para sahabat radhiallahu anhum, dan kita juga tidak akan tahu jawabannya, bagaimanapun kita mengusahakannya, karena itu adalah hal gaib, dan kita tidak boleh mengatakan satu huruf pun tentang itu, kecuali dari sumber yang maksum.

Contoh mudahnya: kita tahu ada kurma di surga dan kita juga tahu bahwa nikmat di surga tidak sama dengan nikmat di dunia. Bolehkah kita mempersoalkan ‘bagaimana’ hakikat kurma itu? Lalu setelah itu, kita mentakwilnya atau menafikannya? Tentu tidak boleh.

Kita akan tetap mengatakan, bahwa ada kurma di surga, walaupun kita tidak tahu bagaimana detilnya, tapi yang jelas kurma itu jauh lebih baik dan lebih enak dari kurma yang ada di dunia.

Seperti inilah para ulama salaf memahami semua kabar gaib, baik tentang Allah jalla wa’ala, malaikat, alam kubur, timbangan amal, shirat, surga, neraka, dan hal-hal gaib lainnya, karena mereka-reka hal itu tanpa sumber yang maksum akan menjatuhkan seseorang pada kesalahan.

4. Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah,

Beliau juga sama dengan imam-imam ahlussunnah sebelumnya dalam meyakini keberadaan Allah di atas Arsy-Nya.

Dalam bantahannya kepada kelompok Jahmiyah, beliau mengatakan:

 أنكرتم أن يكون الله على العرش وقد قال تعالى الرحمن على العرش استوى

“Mengapa kalian mengingkari bahwa Allah berada di atas Arsy? Padahal Dia sendiri telah mengatakan: ‘Allah yang maha pengasih itu berada di atas Arsy’ (Qs. Thaha: 5)” [lihat: Arradd alaz Zanadiqah, hal 287].

Beliau juga dengan tegas mengatakan:

وهو على العرش وقد أحاط علمه بما دون العرش ولا يخلو من علم الله مكان

“Dia berada di atas Arsy, tapi pengetahuan-Nya meliputi apapun yang ada di bawah Arsy, tidak ada satupun tempat yang luput dari pengetahuan-Nya.”

 [sumber:  Arrad alaz Zanadiqah, hal 293].

5. Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah
(wafat 463 H)

Beliau mengatakan:

أهل السنة مجموعون على الإقرار بالصفات الواردة كلها في القرآن والسنة والإيمان بها وحملها على الحقيقة لا على المجاز إلا أنهم لا يكيفون شيئا من ذلك ولا يحدون فيه صفة محصورة وأما أهل البدع والجهمية والمعتزلة كلها والخوارج فكلهم ينكرها ولا يحمل شيئا منها على الحقيقة ويزعمون أن من أقر بها مشبه وهم عند من أثبتها نافون للمعبود والحق فيما قاله القائلون بما نطق به كتاب الله وسنة رسوله وهم أئمة الجماعة والحمد لله

“Ahlussunnah telah ber-ijma’ (sepakat), dalam mengikrarkan dan mengimani semua sifat-sifat Allah yang datang dalam Alquran dan Assunnah.

Mereka memaknai sifat-sifat itu dengan makna hakiki, bukan dengan makna majazi, dan mereka tidak mem-bagaimana-kan satupun dari sifat-sifat itu. Mereka juga tidak membatasi Allah dengan sifat yang terbatas.

Inilah keyakinan yang harus kita fahami dan kita jaga bunda fillah semuanya...

Wallahu a'lam...


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Demikian bunda fillah yang berbahagia,  akhir dari kajian kita pekan ini..

Semoga bermanfaat. 

Kurang lebihnya mohon maaf.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuhu ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar