Kamis, 18 April 2019

MENJADI BIDADARI DUNIA & SURGA



OLeH: Bunda Halimah

           💘M a T e R i💘

🌷Bidadari Dunia dan Surga

Bidadari dunia. Memang benar mereka ada?
Kalau memang ada, lalu seperti apa rupa mereka?
Apakah mereka sama seperti wanita lainnya?

Tulisan ini tidak dibuat untuk membeda-bedakan setiap wanita. Karena sejatinya tidak ada yang patut dibanggakan atau diremehkan. Semua hanya milik Allah, dan tentunya akan kembali kepada Allah.

Sebenarnya saat Islam membentang di dunia ini, saat Rasulullah telah dengan sepenuh hati menyebar risalah kebenaran, saat itulah pendaftaran masal untuk menjadi bidadari telah dibuka. Persyaratannya tidak pernah menilai keadaan fisik. Mau gendut, kurus, putih, hitam, mancung, atau tidak, semua punya kesempatan yang sama untuk mengecap indahnya menjadi seorang bidadari surga.

Pernah dengar nama Summayah?
Dia adalah wanita pertama yang membanjiri tanah dengan darahnya karena telah memilih Islam sebagai jalan penyelamatnya. Tidak lagi goyah dalam mengimani Allah, tidak juga gentar dalam menolak kemusyrikan. Atau pernah tahu dengan sosok Khadijah? Wanita yang menjadi mulia karena ikhlas memilih jalan hidup bersama seorang yang paling mulia. Selalu mendukung, di kala Rasul dalam keterpurukan, selalu ada di saat Rasul dalam kesusahan. Lalu muncul pertanyaan, mereka kan hidup di zaman Rasul, ya wajarlah. Lah kalau kita kan jauh dari zaman hidupnya Rasul, bagaimana kita bisa terus mengasah iman, semangat berjuang menjunjung kebenaran? Sementara dunia selalu menawarkan keindahan dan kemewahan? Kan susah tahan batin dari semua godaan.

Ketahuilah wahai calon bidadari zaman modern. Seberapa jauh pun kita dari rentang hidupnya Rasul, kita tidak akan pernah luput dari pengawasan Allah. Setiap gerik, segala tingkah laku akan teramati olehnya. Seberapa modernnya zaman menawarkan segala kecanggihan, maka sungguh kita tidak bisa menolak datangnya kematian dengan kecanggihan itu.

Memang tidak ada yang sempurna, tapi sudah banyak kok orang yang berjuang menuju jalan kesempurnaan, meski dengan tertatih dan merangkan. Mengapa mereka mau? Karena mereka rindu perjumpaan indah dengan Tuhan mereka, mereka harap bertemu syurga dan ridho Tuhan mereka.
Lalu bagaimana kita? Masih mau dibutakan janji busuknya dunia?

Ayolah!
Apalagi yang ditunggu, waktu terus berputar. Ia tak menunggu kita siap untuk menutup aurat. Ia tak menanti kita untuk kuat menjalankan kewajiban, maka sampai kapan kita terus menyiksa diri kita? Selalu terbuai dengan kehidupan dunia, kadang lupa shalat. Terlena dengan janji manis dunia, malah tak ingat sedekah. Sibuk mengejar harta dunia, bahkan mengumpulkannya dengan cara yang tak dianjurkan. Sibuk menebar cinta, bahkan mengatasnamakan cinta untuk semua kelakuan keji.
Memangnya apa yang ditunggu?

Dalam hadits Rasul SAW yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah RA, bahwa sesungguhnya derajat keutamaan wanita di dunia dan bisa mengalahkan posisi bidadari itu sebagaimana keutamaan baju luar yang keberadaannya lebih utama dibandingkan baju dalam. Sungguh Allah SWT telah menyediakan mereka sebuah istana dan beberapa kenikmatan yang tidak bisa dihitung. Allah juga telah memberi mereka seorang pemuda yang selalu terlihat muda dan ganteng yang sebelumnya tidak pernah mereka lihat. Dengan kenikmatan di atas, maka berbahagialah bagi yang bisa masuk ke dalam surga. Dan beruntunglah bagi orang yang mendapatkan ridha-Nya. Semua itu adalah balasan paling sempurna dan setelahnya tidak ada balasan lain.

Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda, “Empat ciri wanita yang berada di surga dan empat ciri wanita yang berada di neraka.”

1. Perempuan yang menjaga diri dari berbuat haram dan selalu berbakti kepada Allah serta suaminya.
Istri tidak wajib taat suruhan dan arahan suami, apabila suruhan dan arahan itu bertentangan dengan hukum Allah SWT. Imam Al-Ghazali menegaskan, “Seorang istri wajib menaati suami sepenuhnya dan memenuhi segala tuntutan suami dari dirinya sekiranya tuntutan itu tidak mengandungi maksiat.”

2. Perempuan yang banyak keturunannya lagi penyabar serta menerima dengan senang hati dengan keadaan yang serba kekurangan (dalam kehidupan) bersama suaminya.
Sabda Rasulullah SAW, “Jihad seorang wanita ialah taat pada suami dan menghiaskan diri untuknya.”

3. Perempuan yang bersifat pemalu.
Jika suaminya pergi, maka ia menjaga dirinya dan harta suaminya. Jika suaminya datang, ia mengekang mulutnya dari perkataan yang tidak layak kepadanya.

4. Perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya dan ia mempunyai anak-anak yang masih kecil, lalu ia mengekang dirinya hanya untuk mengurusi anak-anaknya dan mendidik mereka serta memperlakukannya dengan baik kepada mereka dan tidak bersedia kawin karena khawatir anak-anaknya akan tersia-sia (terlantar atau terbiar).

Dalam Al Quran dan hadits juga telah banyak mengungkapkan beberapa kriteria wanita-wanita penghuni surga. Di antaranya adalah:

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 25)

“Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf: 14)

Atas fadhilah dan anugerah Allah SWT, “Bahwa sesungguhnya seorang wanita yang memperoleh keutamaan menjadi penghulu di surga adalah seorang wanita yang diridhai oleh Allah dan diterima di sisi Allah dengan sambutan yang hangat. Wanita-wanita yang paling utama adalah mereka yang mendapatkan surga Na’im. Dan kaum wanita penghuni surga itu saling berlomba mendapatkan surga. Adapun para penghulu wanita penghuni surga adalah (Khadijah binti Khuwailid RA, Fathimah binti Muhammad kepada ayah dan anaknya semoga mendapatkan rahmat dan salam yang paling utama-, Maryam binti Imran RA serta Asiah, istri raja Firaun).”


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Kiki ~ Tanjungpinang
Bunda bagaimana dengan seorang wanita yang meninggal sebelum sempat menikah, apakah beliu bisa menjdi bidadari seperti penjelasan bunda diatas ya bun? 
Jazakillah bunda

🌷Jawab:
Wa'alaikumsalam.

Dia meninggal sebelum menikah.
Allah Ta'ala akan menikahkan wanita ini di jannah dengan pria di dunia. Temukan yang disabdakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

ما في الجنّة أعزب

"Di jannah tidak ada yang hidup membujang." (HR. Muslim no. 2834)

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, "Jika seorang wanita belum menikah di dunia, maka Allah Ta'ala akan menikahkannya dengan seseorang yang menyenangkan pandangannya. Karena kenikmatan di jannah tidak hanya monopoli laki-laki, namun bagi laki-laki dan juga wanita. Sementara antara bentuk nikmat adalah menikah." (Al Majmu 'Ats Tsamin 1/175)

Dia juga akan menjadi bidadari di surga.

0⃣2⃣ iNdika ~ Kartasura
Bagaimana dengan wanita yang tidak ingin menikah, apakah dia bisa jadi bidadari dunia atau bidadari surga?

🌷Jawab:
Kita harus tahu dulu apa penyebab dia tidak mau menikah?
Kalau karena harta, pangkat dan jabatan mungkin didunia dia tidak termasuk bidadari apa lagi di akhirat.
Wanita shalihah adalah wanita-wanita yang selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menjaga kemaluan (aurat)nya, dan taat kepada suaminya, (‘Uqudul Lijain).

Tiga kewajiban diatas yang mesti dilakukan oleh seorang wanita agar ia dikategorikan wanita shalihah, surga wanita yang telah menikah adalah tergantung bagaimana suaminya ridha kepadanya selama yang ia lakukan tidak bertentangan dengan syariat.

0⃣3⃣ Fitri ~ Gresik
Bunda, bagaimana dengan seorang wanita yang bercerai yang tidak ingin menikah untuk anak-anaknya?

🌷Jawab:
Wanita tidak menikah lagi ketika bercerai karena optimal dalam merawat anak-anaknya, atau justru anak-anaknya akan menjadi terlantar, atau jika wanita tersebut tidak bisa menggabungkan antara hak suami dan hak anak-anaknya, baik dalam hal perhatian dan kasih sayang, maka dalam kondisi semacam ini wanita tersebut boleh untuk tidak menikah lagi dan tetap bertahan merawat anak-anaknya sendiri. Semoga wanita tersebut mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Ta’ala.

Gambaran kasus semacam ini kita jumpai pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bahkan terdapat hadits yang berisi pujian kepada wanita yang rela bertahan menjanda karena sibuk merawat anak-anaknya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ الإِبِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ، أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ، وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ

“Sebaik-baik wanita yang menaiki unta adalah wanita-wanita shalihah dari orang Quraisy, yaitu wanita yang demikian sayang kepada anak di masa kecilnya sang anak dan wanita yang paling perhatian dalam menjaga harta suami.” (HR. Bukhari no. 5082 dan Muslim no. 2527)

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

أَحْنَاهُ عَلَى يَتِيمٍ فِي صِغَرِهِ

“Demikian sayang terhadap anak yatim di usia kecilnya.”

Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan kisah awal mula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut di atas. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، خَطَبَ أُمَّ هَانِئٍ، بِنْتَ أَبِي طَالِبٍ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ، وَلِي عِيَالٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ»

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu ketika melamar sepupunya, Ummu Hani’ binti Abu Thalib. Ummu Hani’ berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sudah tua dan aku memiliki anak-anak.”

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ الإِبِلَ

“Sebaik-baik wanita yang menaiki unta adalah...“ kemudian beliau mengucapkan hadits di atas. (HR. Muslim no. 201)

Dalam hadits di atas, Ummu Hani’ menolak lamaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan alasan ingin berkonsentrasi dalam mengurus anak-anak. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji Ummu Hani’ dengan hadits di atas.

Dalam hadits di atas, terdapat lafadz  أَحْنَاهُ (sangat sayang) yang berasal dari kata الحانية (haniyah). An-Nawawi rahimahullah menjelaskan pengertian “haniyah”,

والحانية على ولدها التي تقوم عليهم بعد يتمهم فلا تتزوج فإن تزوجت فليست بحانية قال الهروي

“Yang dimaksud “haniyah” (sangat sayang) terhadap anak-anaknya adalah wanita yang mengurusi anak-anak mereka setelah menjadi yatim, sehingga wanita tersebut tidak menikah lagi. Apabila dia menikah lagi, maka tidak lagi disebut “haniyah”. Hal ini dikutip dari Al-Harawi.” (Syarh Shahih Muslim, 5/388)

0⃣4⃣ Jenni ~ Depok
Bagaimana dengan wanita yang mundur teratur tidak lagi berniat untuk nikah yang tadinya sudah ingin tapi karena terkena tumor di rahim lalu operasi dan rahimnya tidak diangkat lalu tumbuh lagi tumornya dan memutuskan untuk tidak lagi berniat menikah.

🌷Jawab:
Jika ada yang bersedia menikahkan ya kita harus jujur klau dirahim ya ada tumor dan jika seorang laki-laki siap dan mau menerima kekurangannya maka sebaiknya menikahlah dan jika seorang pria langsung mundur setelah tahu calon ya tidak bisa hamil dan melahirkan kita harus tetap bersabar mungkin nanti jodohnya disurganya Allah swt sesuai dengan kadar keimanan kita dan atas kesabaran kita didunia...


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
    💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Kalau ingin menjadi badadari dunia dan surga menjadi Wanita-wanita shalihah adalah Qanitaat (orang yang taat) dan Hafidhaat (orang yang menjaga diri) saat suaminya tidak ada (Syaikh Halim).

Wanita shalihah adalah wanita-wanita yang selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menjaga kemaluan (aurat)nya, dan taat kepada suaminya, (‘Uqudul Lijain).

Tiga kewajiban diatas yang mesti dilakukan oleh seorang wanita agar ia dikategorikan wanita shalihah, surga wanita yang telah menikah adalah tergantung bagaimana suaminya ridha kepadanya selama yang ia lakukan tidak bertentangan dengan syariat.

"Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki." (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya).

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar