Selasa, 30 April 2019

CURHAT MEMBAWA PETAKA



OLeH: Ayah Undang S.

          💘M a T e R i💘

Malam  ini ana  akan coba memaparkan materi tentang

CURHAT MEMBAWA PETAKA

Kita saling sharing ilmu saja karena ana yakin di room ini juga sebenarnya banyak yang keilmuannya lebih dari ana ...

Apalah ana yang dhoif  ini
Seperti  bubuk rengginang dalam kaleng kong guan...

Hanya menjalankan amanah untuk menyampaikan saja.
Setiap insan tentu memiliki masalah. Tetapi, masalah itu bakal terasa ringan apabila kita mampu membaginya dengan sahabat. Amat utama kepada orang-orang terdekat kita. nah, alangkah lebih baik apabila curhat itu diutarakan kepada orang tua. Namun, apabila sudah menikah, bagaimana?
Nyatanya, curat buat orang yang sudah menikah ialah pada pasangannya. Amat utama sang istri, jangan pernah sungkan membicarakan segala keluh kesahnya pada suami.

Hanya saja, acapkali kita temukan suami yang benar tidak mampu diajak curhat. ia lebih suka menyibukkan pribadinya dengan pekerjaannya. Walhasil, tidak sedikit istri yang malah curhat pada suami orang. Kemudian, bagaimana islam memandang hal-hal ini?
Suatu ayat melarang kita buat tidak mendekati zina karena sesungguhnya zina menggambarkan sutu perbuatan keji dan juga pula jalan yang kurang baik.
Di dalam riwayat lain pula dipaparkan bahwa hukum perantara sama dengan hukum tujuannya hingga-hingga hukumilah dengan hukum itu buat tambahan yang lain. Bersumber pada kedua riwayat tersebut didapatkan kesimpulan bahwa perantara menuju zina pula pula dilarang oleh agama, seragam berdua-duaan.

Ibnu rabi’ah pula meriwayatkan bahwa rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa dilarang buat laki-laki berduaan dengan wanita yang tidak halal untuknya. Karena sesungguhnya, setan menggambarkan orang ketiga di antara lain kecuali apabila bertepatan mahramnya. Dapat jadi sebagian besar orang mengira bahwa berduaan hanyalah disaat berjumpa dan juga pula berangkat bertepatan. Sedangkan itu, berduaan sanggup berupa chating dengan lawan jenis, tercantum dengan curhat pada suami orang. Namun, hal-hal ini masih banyak terjalin di masa yang modern ini. Oleh karena itu, kita harus tahu apa saja bahaya yang diakibatkan dari kerutinan ini.

Terdapat berbagai bahaya disaat kita curhat pada suami sahabat, baik berjumpa langsung ataupun melalui media sosial, seragam bbm, line, sms, dan juga pula masih banyak lagi. Disaat kita sering curhat maupun mencurahkan isi hati pada sahabat sampai secara otomatis kita bakal terus jadi dekat dengan pribadinya karena kita jadi terus jadi tahu satu sama lain. Apabila hal-hal ini terjalin pada mahram maupun sesama jenis kelamin sampai bakal berdampak positif karena hati kita jadi lega dan juga pula jalinan satu sama lain.

🔷🌷🔷
Beda permasalahan apabila orang yang kalian ajak menggambarkan lawan jenis sampai sanggup menimbulkan berbagai fitnah.
Sampai, bakal lebih baik apabila kita tidak membiarkan diri kita curhat pada suami orang.

Karena, meski bagaimana pula ia memiliki istri, yang pula nyatanya tidak bakal suka apabila suaminya dekat dengan wanita lain. Hal-hal ini mampu saja menimbulkan kasus yang besar. Bukan menyelesaikan kasus yang kita hadapi.

Kalau pula suami berlagak dingin, artinya tidak mampu diajak curhat, sampai kita mampu terus mendekati dan juga pula mengertinya. Coba cari tahu mengapa ia berlagak demikian. Barulah cari pemecahan tersadu, yang untuk kita mampu meluluhkan suami, hingga-hingga mampu jadi partner tersadu dalam hidup. biar keharmonisan dalam rumah tangga pula terpelihara.

Banyak orang yang status upated-nya adalah kegalauan hidup, seakan-akan tiada hari tanpa kebahagiaan. Semua yang ditulisnya adalah situasi mengerikan dalam hidupnya. Masalah-masalah kepada teman, guru, orang tua, atau bahkan masalah rumah tangga pun diceritakannya di sana. Tak peduli apakah itu aib atau bukan.

Yang paling menyedihkan adalah tidak sedikit di antara kaum muslimin yang masih saja percaya kepada dukun dan peramal. Sehingga tatkala ia memiliki masalah, yang pertama kali terbetik dalam hatinya adalah segera mendatangi dukun untuk mencari solusi. Sungguh ini adalah kelemahan dan kebodohan. Tidakkah mereka tahu bahwa orang yang mendatangi dukun itu bisa menyebabkan kekafiran?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

مَنْ أَتَى عَرَّافاً أوْكَاهِنافَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Siapa yang mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [Riwayat Imam Ahmad dalam Al Musnad, Al Hakim dalam Al Mustadrak dan menilainya shahih, dan Al Baihaqi].

Sesungguhnya semua masalah itu tidak sepantasnya disebar dan diceritakan kepada setiap orang yang diadukannya. Cukup semua perkara yang dihadapi seorang muslim hanya dicurhatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Seorang muslim hanya akan menampakkan kelemahannya di hadapan Allah, tidak kepada makhluk yang sama-sama lemah. Oleh karena itu kita memiliki dzikir لَا حَوْلَ وَ لَا قوَّةّ إِلَّا بِا الله yang maknanya adalah tidak ada daya untuk menghindari kemaksiatan dan upaya untuk melakukan ketaatan kecuali kekuatan dari Allah.

Lihatlah Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika menghadapi kesedihan berupa kehilangan putranya, Yusuf, sehingga anak-anaknya yang lain mengiranya akan bertambah sakit dan sedih. Maka dengarlah jawaban Nabi Ya’qub yang perlu diteladani setiap muslim,

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُوْ بثّيْ وَ حُزْنِيْ إِلَى اللهِ

“Dia (Ya’qub) menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.” (QS. Yusuf: 86)

Jika seseorang menampakkan dan mengadukan kesedihan serta kesulitan kepada manusia, maka hal itu tidak meringankan kesedihan terdebut. Namun apabila seseorang mengadukan kesedihan itu kepada Allah, itu lah yang akan bermanfaat baginya. Bagaimana tidak? Sedangkan Allah Ta’ala telah menjanjikan hal itu dalam sejumlah firman-Nya.

Jika Anda berkehendak, bacalah dan renungkanlah beberapa firman Allah ini,

وَ إِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” [QS. Al Baqarah: 186]

🔷🌷🔷
Perhatikanlah ayat ini. Di dalam Al Quran yang biasa memakai uslub soal-jawab, biasanya setelah disebutkan pertanyaan akan diikuti dengan kata-kata قُلْ (katakanlah), seperti dalam Al Baqarah: 189, 215, 217, dan banyak lagi. Namun dalam ayat ini, Allah tidak menggunakan kata-kata قُل (katakanlah), namun langusung menjawabnya, “فَإِنِّى قَرِيْبٌ أُجِيْبُ …إلخ.” Ini menunjukkan bahwa kedekatan dan janji Allah itu benar-benar haq. Allah berfirman :

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الوَرِيْدِ

“Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” [QS.  Qaf: 16]

Tentu saja kedekatan di sini adalah kedekatan ilmu, bukan Dzat Allah. Sebagaimana kesepakan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Sedangkan kedekatan Allah itu ada dua, yaitu

√ Kedekatan ilmu-Nya, dan

√ Kedekatan-Nya dengan orang yang beribadah dan berdoa kepada-Nya dengan pengkabulan, pertolongan, dan taufik. (lihat Taisirul Karimir Rahman).

Maka, sesungguhnya ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang samar baginya.

Jika Allah saja dekatnya sedemikian, maka tidak perlu lagi mencari tempat-tempat curhat dan mengeluhkan problem kepada selain-Nya. Karena, “Bukankah Allah itu cukup untuk hamba-Nya.” [QS. Az Zumar: 36]

Diriwayatkan bahwa dahulu di zaman salaf, segala perkara yang mereka hadapi, kecil atau besar, selalu diadukan kepada Allah. Sampai garam dapur pun, mereka meminta kepada Allah. Atau sebagian riwayat, sampai tali sandal yang terpuus pun, diadukan kepada Allah.

Rasulullah sendiri mengajarkan kepada keponakannya yang masih kecil agar hanya meminta dan memohon kepada Allah, “Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah. Jika meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah” [Riwayat At Tirmidzi. Beliau berkomentar, “(Hadits ini) hasan shahih.”] Jika anak kecil saja diajarkan seperti itu, bagaimana yang lainnya? Tentu lebih lagi.

Inilah potret pendidikan Rasulullah, yaitu menanamkan akidah yang benar kepada umatnya sejak kecil agar terpatri kuat di sanubari orang tersebut. Dan pendidikan macam inilah yang seharusnya ditiru oleh para orang tua mana pun.

Demikian juga dengan orang yang dirundung bingung antara dua pilihan, jika ia harus memilih. Seluruh ajaran Islam adalah penyerahan diri kepada Allah. Segala masalah harus diserahkan kepada Allah, tidak kepada selain-Nya.

Ketika Anda tertimpa sakit, hendaknya yang pertama kali terbetik dalam hati Anda adalah segera kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

أَمِنْ يُجِيْبُ المُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَ يَكْشِفُ السُّوْءَ

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan.” [QS. An Naml: 62]

Ini semua bukan berarti tidak boleh sama sekali meminta pendapat kepada orang lain. Karena Allah sendiri juga berfirman yang artinya, “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam perkara itu.” [QS Ali ‘Imran: 159]

Akan tetapi, mana yang ia dahulukan. Datang mengadu kepada Allah dahulu, atau mendatangi manusia untuk berkeluh kesah.

Wallahu a’lam.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
      💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Setya ~ Karanganyar
Assalamualaikum  ustadz,

Bagaimana dengan kebiasaan masyarakat  Indonesia yang nitip doa (sebagian ada juga yang cari solusi), kepada orang atau keluarga atau tetangga yang sedang melaksanakan  umroh atau haji, mau tidak mau yang bersangkutan harus menjelaskan permasalahan kepada yang dititipi doa tersebut?
Syukron atas jawabannya.

🌴Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Boleh saja selama doanya untuk kebaikan. Yang tercela adalah jika kita meminta saudara kita mendoakan kita namun kita ingin agar doa tersebut hanya bermanfaat pada diri kita. Jika maksud kita dengan permintaan tersebut adalah agar saudara kita juga mendapatkan manfaat sebagaimana yang kita peroleh, maka ini tidak mengapa. Perhatikanlah salah satu keutamaan orang yang mendoakan saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat (yang memiliki tugas mengaminkan do’anya kepada saudaranya). Ketika dia berdo’a kebaikan kepada saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, engkau akan mendapatkan yang sama dengannya.” (HR. Muslim no. 2733).

Jika manfaat seperti dalam hadits ini yang diinginkan pada saudara kita, yaitu saudara kita akan mendapatkan timbal balik dari doanya pada kita, maka seperti ini tidaklah mengapa.

Jika saudara kita mendoakan kita, maka dia juga akan mendapatkan yang semisalnya. Kita meminta padanya agar mendoakan kita tetap istiqomah dalam agama ini, maka dia juga akan diberi taufik oleh Allah untuk istiqomah. Jika memang kemanfaatan seperti ini yang kita ingin agar saudara kita juga mendapatkannya, maka bentuk permintaan doa seperti ini tidaklah mengapa.

Oleh karena itu, sebaiknya jika kita ingin meminta doa pada saudara kita maka kita juga menginginkan dia mendapatkan kemanfaatan sebagaimana yang nanti kita peroleh. Kita minta padanya agar mendoakan kita lulus ujian. Maka seharusnya kita juga berharap dia mendapatkan manfaat ini yaitu lulus ujian. Kita minta padanya agar mendoakan tetap isiqomah ngaji. Maka seharusnya kita juga berharap dia mendapatkan manfaat ini yaitu tetap istiqomah ngaji. Jadi, sebaiknya yang kita katakan padanya adalah : Wahai akhi, doakan ya agar aku dan kamu bisa tetap istiqomah ngaji. Itulah yang lebih baik. Atau juga bisa kita niatkan bahwa semoga do’a dia pada kita juga bermanfaat bagi dirinya.

Dan yang terpenting jangan kita minta di doakan tetapi kita sendiri tidak pernah berdoa.

Wallahu 'alam

0⃣2⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum,

1. Kalau misalkan kita sharing begitu sama ustadzah atau penasehat kita cerita-cerita curhat tentang yang dialami kita butuh masukan saran itu bagaimana apa boleh dan apa itu termasuk aib kah ketika kita menceritakan apa yang dialami?

2. Saya punya tememan cowok dan dia selalu curhat apapaun itu ke saya. Pokonya dia itu percaya sama saya,  makanya dia berani curhatnya sama saya.  Bahkan masalah hati itu bagaimana dosa tidak dan apa diperbolehkan selama itu masih batas wajarlah?

Makasih ayah. Mohon penjelasannya.

🌴Jawab:
Boleh saja, tapi tetap harus tahu batasan ihtilat dan khalwat.

0⃣3⃣ Fitri ~ Gresik
Assalamualaikum ustadz,

Disaat kita punya masalah kita minta ke Allah jalan keluar, sakitpun kita minta kesembuhan ke Allah. Selain berdoa kita harus ikhtiar kan ustadz.

Pertanyaan saya, sakit yang dialami itu terkait sihir kemudian si Fulan ikhtiar rukyah untuk kesembuhan. Karena saking inginnya sembuh dari pengaruh sihir si Fulan juga ikhtiar ke kyai (biasanya dikasi air doa) dan pernah ke anak indigo.

Berbagai ikhtiar yang dilakukan apakah itu salah, karena terkait sihir yang dikhawatirkan syirik!

🌴Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Kita di wajibkan ikhtiar dalam mengobati penyakit kita tapi sebaiknya ikhtiar kita tidak melanggar syariat yang telah di tentukan dalam agama. InsyaAlloh ruqyah masih sesuai syariat adapun berobat dengan hal lain hati hati masuk katagori syirik.

0⃣4⃣ iNdika ~ Kartasura
Bagaimana dengan seorang wanita (istri) curhat ke suami orang, sedangkan istri dari suami orang itu tidak menyukainya. Apabila yang dicurhati (suami orang tersebut) sudah bilang lebih baik curhat dengan istrinya. Sang wanita itu malah tidak suka, bilang malah ingin menyambung tali silaturahim?

🌴Jawab:
Lebih baik curhat pada suami sendiri.
Jika ada orang yang tidak berkenan dalam kasus ini,  istri dari orang tersebut lebih baik tidak di lakukan silaturahin bisa di jalin dengan cara lain bukan hanya dengan curhat.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

من اراد الدنيا فعليه بالعلم، ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعليه بالعلم

Barang siapa yang menginginkan dunia maka hal itu dapat dicapai dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat hal itu bisa didapat dengan ilmu, maka yang menginginkan keduanya dapat didapat dengan ilmu.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar