Sabtu, 30 Maret 2019

BROKEN HOME



OLeH: Bunda Heradini Faizah, S.Psi

๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท
              ๐Ÿ’˜M a T e R i๐Ÿ’˜

Setiap manusia yang terlahir kedunia pasti mempunyai  impian memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia.  Keluarga adalah hal yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan setiap individu, bahkan masa depan seorang anak bergantung dari baik tidaknya hubungan sebuah keluarga. Namun adakalanya keluarga mengalami perpecahan yang berakibat perceraian, inilah yang dinamakan “Broken Home.”
Terlahir dan tumbuh dalam lingkungan keluarga yang “broken” bukanlah menjadi sesuatu yang bisa dipilih. Perlu dipahami bersama bahwa keluarga secara umum dibagi menjadi dua, yaitu keluarga yang utuh dan tidak utuh (broken). Perlu juga diketahui bahwa keluarga “broken” bukan hanya keluarga yang kedua orang tuanya bercerai, tetapi keluarga yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik, ekonomi, psikologis, dan sosial.

Tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh sering membuat orang-orang mengalami perubahan, gangguan, atau masalah-masalah terkait perilaku. Orang menjadi lebih tertutup, tidak mudah percaya dengan orang lain, mudah cemas, menyalahkan diri sendiri, tidak stabil secara emosi, murung dan sedih yang berkepanjangan.
Dengan berbagai latar belakang yang menjadi penyebab terjadinya broken home tersebut, anak selalu saja menjadi pihak yang paling dirugikan. Baik dari segi jasmani maupun psikis mereka.

Akhwati fillah penghuni room perindu surga yang dirahmati Allah
Apa dari dampak broken home ?

๐Ÿ”ธDampak broken home terhadap anak:

1) Kekurangan kasih sayang
Ketika sepasang suami istri tidak lagi memiliki hubungan yang harmonis, maka sangat mungkin jika kemudian keegoisan dari masing-masinglah yang diutamakan. Jika hal ini tidak segera dicarikan jalan keluar, maka perhatian kepada anak yang akan dikorbankan

2) Rentan menderita gangguan psikis
Akibat seringkali berada dalam tekanan, kondisi  psikis anak juga kerapkali mengalami gangguan. Seperti ia selalu cemas, mengalami ketakutan, merasa serba salah dan terjepit diantara kedua orang tuanya, selalu bersedih dan murung.

3) Membenci orang tuanya
Dengan kondisi mental yang masih sangat labil, seorang anak bisa jadi akan membenci ayah, ibu, atau bahkan kedua orang tuanya saat terjadi broken home. Ia belum bisa memahami dan menerima apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga ia akan menganggap semua yang terjadi adalah kesalahan salah satu atau kedua orang tuanya.

4) Mudah mendapat pengaruh buruk lingkungan
Saat rumah tidak lagi terasa nyaman, seorang anak akan berusaha mencari tempat lain untuk saling berbagi maupun menghibur diri. Pada kondisi seperti ini, biasanya lingkungan teman sepermainan sering menjadi tujuan mereka. Dan jika lingkungan tersebut tidak baik, maka akan sangat mudah bagi seorang anak untuk terpengaruh hal-hal yang menyimpang.

Akhwati fillah...
Broken home memang memberi banyak dampak negatif pada anak. Akan tetapi dampak tersebut bisa diminimalisir. Dengan cara apa?

1. Jangan Memperlihatkan Permasalahan Di Depan Anak
Hal ini berlaku bagi orang tua, meskipun kondisi keluarga sedang ditimpa banyak permasalahan. Akan lebih baik untuk tidak menunjukkannya pada anak-anak. Orang tua, terutama ibu harus dapat menaha dan mengontrol emosi serta lebih peka pad aperasaan anak. Peran ibu dalam keluarga adalah untuk memberikan rasa nyaman dan anak serta merangkul anak agar bisa merasakan senang dan bahagia tanpa harus masuk ke dalam permasalahan yang sedang dihadapi orang tuanya.

2. Ajaklah Untuk Berpikiran Positif Dalam Segala Kondisi
Cobalah untuk mengajak anak untuk selalu berpikir positif dalam segala kondisi yang dihadapinya. Memang tidak mudah untuk selalu berpikiran positif meskipun dalam kondisi yang seakan membuat kita menyerah. Namun jika membiarkan anak terus termenung sedih dan selalu berpikir negatif bukanlah solusi yang tepat. Ajarkan anak dengan pelan untuk mulai bisa menerima kenyataan dan mencoba berpikiran positif.

3. Jangan Biarkan Anak Menyesali Diri
Jangan sampai membiarkan anak menyalahkan diri ataupun menyesali dirinya sendiri. Kondisi ini nantinya menyebabkan anak dapat melakukan hal-hal negatif yang mana seahrusnya tidak boleh dilakukan, hal ini pula lah yang menjadi faktor penyebab kenakalan anak di lingkungan masyarakat.

4. Mencoba Hal-Hal Baru
Ajaklah anak untuk mencoba hal-hal yang baru, selama itu dapat bersifat positif dan membentuk karakter anak yang positif maka hal-hal tersebut bisa dilakukan. Misalnya saja mencoba hobi baru, ke tempat-tempat baru yang mengasyikkan, dan lainnya yang membuat pikiran menjadi lebih fresh serta pikiran-pikiran buruk dapat terlupakan sejenak.

5. Jadilah Tempat Berbagi Untuk Anak
Masalah yang terjadi pada anda dan pasangan, janganlah sampai mempengaruhi peran anda sebagai orang tua. Jangan membiarkan anak merasakan beban tersebut sendirian. Cobalah untuk selalu menjaid tempat berbagi untuk anak, sehingga segala keluh kesah yang anak rasakan dapat tersalurkan dengan baik dan tidak menyebabkan anak mencari perhatian di tempat lainnya.

6. Butuh Treatment Khusus
Dibutuhkan treatment khusus untuk mengatasi anak-anak yang merupakan korban dari perceraian maupun broken home. Ada banyak perubahan sifat anak broken home yang mungkin tidak diketahui oleh setiap orang tua. Sehingga nantinya menyebabkan kenakalan remaja atau bahkan menyebabkan gangguan jiwa pada anak karena merasa tidak siap dengan kondisi yang ada. Banyak sekali kasus-kasus anak yang mengalami broken home mengalami trauma yang terkadang sulit untuk disembuhkan hingga dewasa. Untuk itulah dibutuhkan tindakan atau treatment khsuus yang dilakukan oleh terapis sehingga kondisi broken home nantinya tidak akan sampai mempengaruhi psikologi anak.


๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท
            ๐Ÿ’˜TaNYa JaWaB๐Ÿ’˜

0⃣1⃣ Lisa ~ Malang
Saat ini kondisi yang anak-anak, saya khawatirkan dari perceraian adalah kebencian terhadap ayahnya, meskipun berkali-kali saya tekankan jangan membenci, jangan marah, namun tidak ada usaha dari ayahnya agar anak berusaha percaya kembali kepadanya.
Apakah yang baiknya Saya lakukan bunda, karena jika dikomunikasikan dengan mantan juga tidak ada gunanya?

๐Ÿ”ทJawab:
Mbak lisa di malang yang disayang Allah.
Memang kita tidak bisa menghindarkan diri dari taqdir Allah. Meski pahit sekalipun. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita bisa meminimalisir rasa pahit tersebut  hingga kita bisa menyesuaikan diri dengan keadaan.

Untuk anak yang membenci orang tua, itu memang dampak dari perceraian.
Solusinya memang seperti tadi mengajak mantan ikut berperan serta dalam menyembuhkan luka batin anak.
Kalau itu tidak mungkin, kita sendirilah yang harus bertugas untuk menumbuhkan sikap positif anak akan keadaan dia saat ini. Mencari beberapa kesibukan agar anak dapat melupakan kesedihannya.
Kita juga bisa jadi teman curhat bagi anak-anak kapanpun mereka butuhkan.

0⃣2⃣ Fitri ~ Gresik
1. Apakah broken home atau perceraian yang ibu dan ayah, masih meberikan kasih sayang dan perhatian yang sama juga membawa pengaruh buruk terhadap anak?

2.  Jika ibu sering terlihat menangis sendri didepan anak apakah dampak psikologis terhadap anak?

๐Ÿ”ทJawab:
1. Iya.
Namun dengan orang tua masih memberikan kasih sayang penuh,  hal ini dapat mengurangi dampak negatif dari perceraian.

2. Jelas.
Tangis seorang ibu dihadapan anaknya akan memberi pengaruh psikologis pada anak. Maka jaga agar tidak menampakkannya didepan anak.

๐ŸŒดDampak psikologisnya seperti apakah bunda?

๐Ÿ”ทAnak jadi pemurung.
Dia bisa dipojokan tiba-tiba nangis sendiri. Ingat ibunya.

0⃣3⃣ Kiki ~ Tanjungpinang
Apakah penyebab utama dari kenalakan remaja hanya dari hubungan dalam keluarga ya bunda?

๐Ÿ”ทJawab:
Banyak penyebab kenakalan remaja.
Bisa jadi memang dari hubungan keluarga yang tidak harmonis.

Namun dari pengamatan saya, pengaruh teman sebaya memberi dampak yang lebih besar.
Menurut psikologi perkembangan, masa remaja adalah masa dimana anak ingin mencoba banyak hal. Ingin melepas diri dari orang tua untuk mendekat ke teman-temannya.
Jika teman-temannya buruk, maka anak akan mudah terpengaruh oleh mereka.

๐ŸŒดBerarti lingkungan juga berdampak besar ya bunda?

๐Ÿ”ทYups... Betul sekali.
Dan memberi dampak lebih banyak.
Maka sebagai orang tua, pilihkan teman yang baik untuk anak-anaknya.
Dekatkan dengan lingkungan yang baik pula. Misal dipondok pesantren. Atau aktif di kegiatan rohis.


๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท๐Ÿ”ท
     ๐Ÿ’˜CLoSSiNG STaTeMeNT๐Ÿ’˜

Setiap anak tentunya menginginkan untuk memiliki keluarga yang utuh, harmonis dan penuh dengan kehangatan. Anak-anak membutuhkan peran orang tua dalam memberikan perhatian dan kasih sayang. Hanya saja tidak setiap anak mendapatkan keinginan ini, ada beberapa kasus dimana anak menjadi korban dari permasalahan keluarga yang menyebabkan mereka harus kehilangan perhatian dan kasih sayangnya.

Maka sebagai orang tua, kita harus berpikir seribu kali jika akan mengambil keputusan yang berdampak langsung pada perkembangan anak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar