Kamis, 29 September 2022

TUNDUKKAN PANDANGANMU

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 TUNDUKAN PANDANGANMU

Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh sholehah...

Segala puji hanya untuk Alloh ﷻ yang telah memberi cahaya iman Islam kedalam jiwa kita, yang akan membawa keselamatan diakhirat kelak. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah ﷺ, keluarga, sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Sahabat-sahabat sholehah...

Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah ﷺ amat sangat bersahaja, bahkan sebagian orang keliru menyebutnya ‘miskin’. Beliau menambal sendiri bajunya yang robek, membersihkan rumah, dan memperbaiki perlengkapan atau peralatan yang rusak. Di dalam rumahnya, tidak terdapat banyak perabot. 

Bahkan, beliau tidur hanya beralaskan anyaman daun kurma, sehingga bekasnya tampak jelas di punggungnya. 

Namun semua itu tidak disebut miskin. Karena, miskin merupakan kondisi yang serba kurang, sedangkan Rasulullah ﷺ hidup dalam keadaan berkecukupan. 

Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ tidak menempatkan kehormatan diri pada harta dan kekayaan. 

Beliau mengatakan, “Sesungguhnya Alloh ﷻ tidak melihat tampilan dan pakaian kalian, tetapi melihat apa yang ada dalam hati kalian.”

Kekayaan tidaklah harus diartikan dengan banyaknya harta, tetapi kaya dalam arti hati, yaitu keimanan dan keislaman.

Jadi, Nabi mengajarkan kepada umatnya untuk hidup bersahaja, walaupun beliau bisa hidup mewah hanya dengan memohon kepada Alloh ﷻ untuk memberikannya kekayaan. 

Namun, kemudahan dalam melapangkan rezeki itu tidak beliau manfaatkan, malah beliau menikmati hidup secara sederhana.

Dalam istilah bahasa, lawan kata sederhana yaitu boros atau bermegah-megahan. 

Al-Qur’an menyuruh kita untuk tidak hidup berlebihan. “Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Alloh ﷻ tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. al-A’râf: 31). 

“Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudaranya syetan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. al-Isrâ: 26-27). 

Nabi ﷺ bersabda, “Cukuplah seseorang itu disebut boros jika ia membeli sesuatu yang tidak dibutuhkannya.” (HR. Ibn Majah) 

“Sebaik-baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak perlu baginya.”

Kesederhanaan yang Rasulullah ﷺ terapkan dalam kehidupannya sehari-hari, bukanlah karena kemalasan sehingga terlihat lusuh dan kumuh. Rasulullah ﷺ sangat tidak menyukai hal-hal yang kotor.  

Karena itu, Nabi ﷺ menyisir rambutnya yang berombak hingga ke bahu, bersiwak lebih dari tujuh kali setiap hari, dan sering menggunakan wewangian.

Kesederhanaan juga tidak membuat seseorang menjadi lemah, Nabi menegaskan, “Mukmin yang kuat lebih disukai daripada mukmin yang lemah.”

Namun dalam diri manusia ada dua faktor yang mendominasi kepribadian seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan hal-hal yang ada dalam diri kita, seperti pengendalian diri melalui niat untuk melakukan atau merubah sesuatu, dilanjutkan dengan berpikir untuk membuat sebuah kreatifitas dan motivasi dalam menata hidup mendatang. 

Setelah faktor internal sudah mantap dengan rencana yang strategis dan penuh optimistik, barulah kita mempertimbangkan faktor eksternalnya, yaitu semua yang ada di sekitar kita, baik keluarga, lingkungan, maupun teman karib. Dengan begitu, kebersahajaan yang kita bangun membuat orang tertegun dan menginginkan hidup dengan tidak bermegah-megahan, seperti yang Rasulullah ﷺ jalankan.

Ada sekelompok orang yang salah menafsirkan hidup bersahaja ala Rasulullah ﷺ ini. Mereka hidup miskin karena malas bekerja. Mereka salah mengartikan ketentuan Alloh ﷻ tentang rezeki. Mereka menganggap dengan beribadah saja, hidup mereka akan tercukupi, begitulah kesalahan mereka dalam mengartikan tawakal kepada Alloh ﷻ. Justru akan berakibat sebaliknya, kehancuran dan kesia-siaan hidup yang akan mereka rasakan. Alloh ﷻ berfirman, “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaran lah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Alloh ﷻ dan ingatlah Alloh ﷻ banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS. al-Jumu’ah: 10).

Ternyata sahabat ku, menundukkan pandangan bukan hanya saat melihat lawan jenis, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari, sederhanakan hidup maka hidup kita akan tenang.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Bunda Ir, misalnya kita membeli sesuatu yang belum kita perlukan saat ini, tapi kira-kira, ke depannya bakal kita perlukan, dan sekarang mumpung lagi diskon, apakah itu termasuk ke pemborosan kah bun?

🔷Jawab:
Salah satu trik agar penjualan meningkat adalah dengan promo, jadi jangan terkecoh itu hanya trik, promo itu tidak hanya sekarang, nanti-nanti akan ada lagi, apalagi kalau sudah keluar model baru.

Hitung saja kebutuhan kita saat ini. Berbelanja lah sesuai kebutuhan, bukan keinginan.

Aksesories itu sebenarnya kita butuhnya berapa sih? 

Dua itu banyak lo, kalau yang ada cuma 1 bolehlah ditambah, begitu juga dengan baju-baju, berapa stel sih yang benar-benar kepakai?  Menyetok barang-barang itu kebanyakan hanya hawa nafsu saja. Pemborosan! 

Belilah jika memang sudah butuh, kalau ada uang lebih hari ini, ditabung saja, sedekah juga. Siapa tahu nanti ada kebutuhan yang mendesak, jadi tidak kebingungan.

Wallahu a’lam bishawab

0️⃣2️⃣Nurul F. ~ Tangerang Selatan 
Bismillaah...
Assalamu'alaykum warahmatullahi Wabarakatuh bunda, 

Semoga Alloh ﷻ memberikan keberkahan ilmu untuk bunda dan keluarga.

1. Apa yang menjadi Tolak ukur sederhana dalam kacamata islam secara umum?

2. Terkadang manusia lebih memilih merk tertentu dengan alasan bahwa barang branded lebih terjaga secara kualitas. Apakah itu termasuk bagian dari hidup yang bermegah-megahan atau menghambur-hamberkankan uang?

Jazaakumullaah khoyron Bunda dan Mba ki.

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

1. Sederhana dalam pandangan Islam adalah membeli, memakai, memakan sesuai kebutuhan sehari-hari. 

Tidak berlebihan, dan terlihat berlebih dari yang semestinya. 

2. Memilih barang branded karena kwalitas? Jika hal itu benar, dan dia memakainya sampai tidak bisa lagi dipakai, yaa itu tidak apa-apa, tapi yakin bisa seperti itu? Nanti keluar barang baru, dibeli lagi, yang lama apa kabarnya??? 

Jadi berhati hati saja, jangan sampai kita menjadi orang-orang yang boros. Memakai sesuatu yang indah, yang cantik itu bagus, sunnah malah, agar tidak keliatan lusuh. 

Jaga hati...

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Sederhanalah!

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘anhum adalah orang-orang yang memilih hidup sederhana, bahkan jauh di bawah standar hidup sederhana.

Padahal mereka diberi kunci-kunci dunia.

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu akan benar-benar melihat neraka Jahim. Dan sesungguhnya kamu akan benar-benar melihatnya dengan ‘ainul yakin. Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At-Takatsur)

Mohon maaf lahir batin atas semua kekurangan malam ini. 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar