Kamis, 29 September 2022

ROJA' DAN KHOUF

 


OLeH: Ustadzah Tribuwhana Kususma Wardhani

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸 ROJA' DAN KHOUF

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Semoga kita semua malam ini dan seterusnya tetap mendapatkan perlindungan dan ridho dari Alloh ﷻ.

Sesuai tema yang diminta malam ini, saya insyaaAllah akan menyampaikan materi tentang ROJA' dan KHOUF.

Seorang mukmin harus memiliki khauf dan raja’  dalam hatinya. Yakni rasa takut dan harap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Takut terhadap murka-Nya dan berharap mendapat rahmat-Nya.

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Alloh ﷻ) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti."  (QS. Al Isra: 57)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan, ayat ini turun berkaitan dengan orang-orang yang menyembah Uzair, Isa Al masih, dan orang-orang shalih lainnya. Padahal para Nabi dan orang-orang shalih yang mereka seru itu menyembah Alloh ﷻ serta memiliki raja’  dan khauf. Orang-orang shalih itu sangat mengharapkan rahmat Alloh ﷻ dan takut terhadap adzab-Nya.
Riwayat lain dari Ibnu Mas’ud menyebutkan, rangkaian ayat ini berkenaan dengan orang-orang yang menyembah segolongan jin. Lalu golongan jin itu masuk Islam, memiliki  raja’ dan khauf.

Khauf dan raja’  merupakan karakter yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Tanpa keduanya, ibadah kita takkan bisa mencapai kesempurnaan.

“Ibadah tidak akan sempurna kecuali dengan adanya rasa takut dan harapan,” tulis Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir.

“Dengan adanya rasa takut, seseorang akan menjauh dari kemaksiatan. Dan dengan harapan, seseorang akan memperbanyak ketaatan.”

◾Pengertian Khauf

Secara bahasa, khauf (الخوف) berasal dari kata  khafa, yakhafu, khaufan  yang artinya  takut. Yakni takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Selain khauf, dalam Al Qur’an juga digunakan istilah khasyah yang terkadang maknanya sama, terkadang lebih khusus. Dalam Al Furuq Al Lughawiyyah  dijelaskan, khauf adalah perasaan takut dari hukuman atau sesuatu yang dibenci yang mengenainya, disebabkan melakukan sesuatu yang dilarang dan tidak sungguh-sungguh dalam ketaatan.

Ibnu Qudamah mengatakan khauf  adalah ungkapan kegundahan hati karena adanya sesuatu yang tidak disukai dan akan terjadi pada masa mendatang. Sedangkan Al Qusyairi menjelaskan,  khauf adalah perasaan di kedalaman hati yang menghindarkan seseorang dari segala yang tidak disukai dan tidak di ridhai Alloh ﷻ.
Dengan demikian, semakin besar khauf  seseorang, semakin ia taat kepada Alloh ﷻ serta menjauhi dosa dan maksiat. Semakin besar  khauf seseorang, semakin ia menghindari hal-hal yang mempersulit hisabnya. Semakin khauf seseorang, semakin ia menjauhi hal-hal yang bisa menyeretnya ke neraka.

◾Keutamaan Khauf

🔸1. Meningkatkan Taat Dan Takwa

Orang yang memiliki rasa khauf, ia akan semakin taat kepada Alloh ﷻ dan bertakwa kepada-Nya. Sebagaimana para malaikat yang khauf-nya sempurna, maka sempurnalah ketaatannya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

'Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)." (QS. An Nahl: 50)

Takut kepada Alloh ﷻ tidaklah sama dengan takut kepada suatu bahaya atau ancaman binatang buas. Seseorang yang takut diterkam singa, dia akan menjauhinya. Namun orang yang takut kepada Alloh ﷻ, dia akan semakin mendekat kepada-Nya. Orang yang takut kepada Alloh ﷻ, dia akan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Orang yang takut kepada Alloh ﷻ, tidak akan menggunakan tangannya untuk bermaksiat. Dia tidak akan merampas yang bukan haknya, tidak akan mendzalimi orang lain, tidak akan mencuri, tidak akan melakukan korupsi, tidak akan menandatangani peraturan yang merugikan rakyat. Orang yang takut kepada Alloh ﷻ, tidak akan menggunakan lisannya untuk menyakiti orang lain, memfitnah, ghibah  dan namimah. Orang yang takut kepada Alloh ﷻ, tidak akan menggunakan matanya untuk memata-matai sesama muslim, mencari keburukan dan aib saudaranya, serta melihat hal-hal yang Alloh ﷻ haramkan baginya. Orang yang takut kepada Alloh ﷻ, bahkan tidak akan mengisi hati dan pikirannya dengan kemaksiatan dosa. Ia tidak membenci sesama mukmin, tidak menyimpan dendam, tidak hasad bahkan tidak ada ghill dalam hatinya.
Pun demikian, karena takut-Nya kepada Alloh ﷻ, ia tidak akan mengkhianati sumpah janjinya. Ia tidak akan menyia-nyiakan amanah yang telah diberikan kepadanya.

🔸2. Jaminan Keamanan

Orang yang memiliki rasa khauf kepada Alloh ﷻ, di akhirat nanti ia akan mendapatkan jaminan keamanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi:

"Demi kemuliaan -Ku, Aku tidak menghimpun pada hamba-Ku dua macam rasa takut dan dua macam rasa aman. Apabila dia merasa takut kepada-Ku di dunia, Aku membuatnya merasa aman pada Hari Kiamat. Apabila dia merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku membuatnya takut pada Hari Kiamat." (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi; shahih)

🔸3. Tak Tersentuh Api Neraka

Ini adalah kalimat kiasan yang maknanya diselamatkan dari neraka. Yakni orang-orang yang menangis karena rasa takutnya kepada Alloh ﷻ.

"Dua mata yang tidak akan tersentuh neraka; mata yang menangis karena takut kepada Alloh ﷻ dan mata yang tidak terpejam saat berjaga-jaga di jalan Alloh ﷻ." (HR. Tirmidzi; shahih)

Ketika membaca sirah shahabat, sirah tabi’in  dan para ulama, kita dapati mereka banyak menangis karena takut kepada Alloh ﷻ.
“Demi Alloh ﷻ, telah kulihat sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang kini tidak ku jumpai orang-orang seperti mereka,” kata Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu.
“Para sahabat adalah orang-orang yang kusut dan berdebu, di antara mata mereka seakan-seakan ada iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Mereka senantiasa sujud dan berdiri kepada Alloh ﷻ. Mereka tampak seperti pohon yang condong dan bergoyang pada saat angin berhembus kencang. Mereka selalu menangis hingga kain mereka basah.”

🔸4. Masuk Surga

Orang-orang yang takut kepada Alloh ﷻ, tempat kembalinya adalah surga. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga lah tempat tinggal (nya)." (QS. An Nazi’at: 40-41)

Ada dua makna man khaafa maqaama rabbihi dalam ayat ini yang dikemukakan oleh sebagian mufassirin  seperti Syaikh Wahbah Az Zuhaili. 

✓ Pertama, takut saat ia berdiri di hadapan Alloh ﷻ pada yaumul hisab kelak.

✓ Kedua, takut akan  maqam atau kebesaran Alloh ﷻ. Rasa khauf ini diiringi dengan menahan diri dari hawa nafsu dan syahwatnya. Sebenarnya ia bisa memperturutkan nafsu dan syahwatnya. Dengan tenaganya, dengan uangnya, dengan kesempatan di depannya. Namun ia tidak menuruti nafsunya karena ia takut kepada Alloh ﷻ. Ia takut bagaimana nanti sewaktu berdiri di hadapan Alloh ﷻ. Maka orang seperti ini, ia akan dimasukkan ke dalam jannah-Nya. Tempat tinggalnya di akhirat adalah surga. Kekal abadi dalam kenikmatan selama-lamanya.

🔸5. Mendapat Dua Surga

Tidak hanya dimasukkan surga, orang yang memiliki rasa khauf akan mendapatkan dua surga.

"Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga." (QS. Ar Rahman: 46)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, dua surga itu adalah surga ruhani dan surga jasmani. Surga ruhani adalah ridha Alloh ﷻ. Sedangkan surga jasmani adalah kesenangan materiil seperti kesenangan dunia atau yang lebih besar dari itu. Ia menjelaskan pula tafsir lainnya. Bahwa sama sekali tidak menutup kemungkinan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberikan dua surga atau bahkan lebih banyak. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

"Surga-surga Firdaus ada empat. Dua surga terbuat dari emas berikut semua perhiasan, wadah dan segala apa yang ada di dalamnya juga terbuat dari emas. Dan dua surga terbuat dari perak berikut semua perhiasan, wadah dan segala apa yang ada di dalamnya juga terbuat dari perak. Tidak ada penghalang antara para penghuni surga di surga Adn untuk melihat Tuhan mereka Azza wa Jalla kecuali selendang kebesaran dan keagungan-nya." (HR. Ahmad)

◾Pengertian Raja’

Secara bahasa, raja’ (رجاء) berasal dari kata rajâ — yarjû – rajâ-an, yang berarti mengharap dan  pengharapan. Yakni mengharapkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan rahmat dari-Nya.

Imam Ghazali dalam  Minhajul Abidin  menjelaskan, raja’ adalah kebahagiaan dan semangatnya hati (al ibtihaj) karena mengetahui begitu banyak karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjadi tenang (al istirwah) karena mengingat keluasan rahmat-Nya.
Sebagaimana khauf, raja’ hukumnya juga wajib. Ia harus dimiliki setiap mukmin. Lawannya adalah putus asa (al ya’su) dan Alloh ﷻ melarangnya.

◾Keutamaan Raja’

🔹1. Terwujudnya Cita-Cita

Orang yang berharap kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala, ia akan mendapatkan apa yang ia harapkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku.”  (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika seorang hamba berbaik sangka kepada Alloh ﷻ, Alloh ﷻ akan mewujudkan kebaikan dan harapan tersebut. Sebaliknya, ketika seseorang berburuk sangka kepada Alloh ﷻ dan putus asa dari rahmat Alloh ﷻ, ia pun akan mendapatkan apa yang yakini tersebut.

🔹2. Dimudahkan Istiqamah Dalam Kebenaran

Orang yang memiliki  raja’ akan Alloh ﷻ mudahkan istiqamah dalam kebenaran, bahkan Alloh ﷻ memudahkannya untuk meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah ﷺ itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh ﷻ dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh ﷻ." (QS. Al Ahzab: 21)

🔹3. Selamat Dari Siksa

"Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mati sebelum berbaik sangka kepada Allah Azza wa Jalla." (HR. Muslim)

Mujahid rahimahullah mengatakan, "seorang hamba pada hari kiamat diperintahkan masuk neraka. Lalu hamba itu berkata, “Aku tidak pernah menyangka yang seperti ini.”
Alloh ﷻ bertanya, “Lalu apa yang engkau sangkakan?”
Hamba itu menjawab, “Engkau mengampuni dosaku.”
Alloh ﷻ berfirman, “Beri dia jalan ke surga.”

🔹4. Berjumpa Dengan Alloh ﷻ

Salah satu raja’ yang sering diulang dalam Al Qur’an adalah harapan bertemu Alloh ﷻ. Ini merupakan raja’ tertinggi dan Alloh ﷻ pasti akan mengabulkannya.

"Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Alloh ﷻ, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Alloh ﷻ itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al Ankabut: 5)

🔹5. Terhindar Dari Putus Asa

Orang yang memiliki  raja’ benar-benar memahami betapa luasnya rahmat Alloh ﷻ, betapa agung kasih sayang-Nya dan betapa besar ampunan-Nya. Maka ia takkan pernah putus asa, bahkan sebesar apa pun ia pernah berdosa.

"Dan jika saja orang kafir tahu rahmat Alloh ﷻ, tidak seorang pun (dari mereka) yang putus asa terhadap surga-Nya."  (HR. Muslim)

◾Cara Menumbuhkan Dan Menguatkan Raja’

Bagaimana agar raja’  tumbuh dan kuat di hati kita? Ada beberapa kiat yang bisa kita amalkan.

🔸1. Mengingat Anugerah dan Nikmat Alloh ﷻ

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan begitu banyak nikmat dan anugerah-Nya kepada kita. Bahkan tanpa kita minta. Bukankah kita tidak pernah meminta memiliki dua tangan, dua kaki, dua mata, dua telinga. Orang tua juga tidak memohon sedetail itu saat anaknya berada dalam kandungan. Namun Alloh ﷻ telah menganugerahkannya.
Betapa banyaknya nikmat yang tak pernah berlalu dari kehidupan kita. Jantung yang terus berdetak, nadi yang terus berdenyut, oksigen gratis yang terus kita hirup, sinar matahari yang membuat manusia dan bumi terus hidup. Belum lagi rezeki yang Alloh ﷻ karuniakan hingga tidak seorang pun di antara kita yang mati kelaparan. Bahkan semua manusia Alloh ﷻ beri rezeki; tak peduli ia mukmin atau kafir, taat atau ahli maksiat, bertakwa atau pendosa.

"Dan tidak ada suatu makhluk melata pun di bumi melainkan Alloh ﷻ-lah yang memberi rezekinya…" (QS. Hud: 6)
Mengingat nikmat dan anugerah ini membuat  raja’ akan menguat.

🔸2. Menghayati Banyaknya Janji Alloh ﷻ

Menghayati banyaknya janji Alloh ﷻ berupa pahala besar dan kemuliaan juga menguatkan raja’  kepada-Nya. Alloh ﷻ memberikan pahala dan kemuliaan berdasarkan kemurahan-Nya. Seandainya semata-mata hanya berdasarkan amal, niscaya sedikit sekali pahala yang didapat manusia. Lihatlah, Alloh ﷻ menjanjikan balasan amal kebaikan dilipatgandakan 10 kali lipat. Bahkan ada yang 700 kali lipat seperti sedekah. Ada yang lebih besar lagi, ila masyaAlloh. Sampai dengan batasan yang dikehendaki Alloh ﷻ.

“Alloh ﷻ berfirman, ‘Jika hamba-Ku bertekad melakukan kejelekan, janganlah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan kejelekan tersebut, maka catatlah satu kejelekan yang semisal. Jika ia meninggalkan kejelekan tersebut karena-Ku, maka catatlah satu kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan satu kebaikan, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya 10 kebaikan yang semisal  hingga 700 kali lipat.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

🔸3. Merenungkan Luasnya Rahmat Alloh ﷻ

Dia lebih mendahulukan kasih sayang-Nya daripada murka-Nya karena Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Kaya lagi Maha Mulia. Serta Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
Diantara rahmat Alloh ﷻ, ketika Dia mengistiqamahkan kita di jalan-Nya. Berhimpun dalam misi suci melanjutkan perjuangan Nabi. Mendakwahkan agama-Nya, memperjuangkan tegaknya keadilan dan mewujudkan kesejahteraan. Hanya dengan rahmat-Nya, seseorang akan masuk surga. Sebab sesungguhnya amal-amalnya tidak cukup untuk tiket ke surga, bahkan tidak cukup untuk membayar nikmat-nikmat yang Alloh ﷻ anugerahkan.

“Berkata lah yang benar, mendekat lah kepada Alloh ﷻ dan terimalah kabar gembira bahwa sekali-kali amal seseorang tidak bisa memasukkannya ke surga.” Para sahabat bertanya, “Tidak pula engkau wahai Rasulullah ﷺ?” Beliau menjawab, “Tidak pula aku, kecuali jika Alloh ﷻ melimpahkan dengan rahmat-Nya.” (HR. Muslim)

🔸4. Mengingat Luasnya Ampunan Alloh ﷻ

Inilah salah satu penguat raja’ yang membuat seorang hamba mestinya jauh dari kata putus asa. Sebab senantiasa ada pintu taubat, senantiasa ada ampunan-Nya.

Sesungguhnya iblis berkata kepada Rabb-nya. “Demi kemuliaan dan keagungan-Mu, aku senantiasa akan menyesatkan Bani Adam selagi masih ada ruh di dalam diri mereka.” Lalu Alloh ﷻ berfirman, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni dosa mereka selagi mereka memohon ampunan kepada-Ku.” (HR. Ahmad; shahih)

Demikian pengertian, keutamaan dan cara menumbuhkan khauf dan raja’. Semoga Alloh ﷻ menganugerahi kita kedua sifat itu, menjadi karakter yang senantiasa menjaga perbuatan dan kata-kata kita. Dengannya, semoga Alloh ﷻ melimpahkan ridha dan rahmat-Nya serta memasukkan kita ke dalam surga-Nya. 

Wallahu a’lam bish shawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu 

Ustadzah, jika kita ada rasa takut kepada Alloh ﷻ, tapi masih abai dengan apa yang dilarang-Nya. 
Seperti malah memberi support system pada kaum LGBT, membela para dukun yang jelas-jelas sudah menipu publik, memberi pujian kepada (maaf) transgender karena sudah tasyakuran mengundang anak yatim setelah oplas, apakah perbuatan tersebut bisa dibenarkan dalam Islam?

🌸Jawab:
Wa'alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Tidak dibenarkan sama sekali dalam syariat Islam.

Seperti dalam kisah seekor semut yang membawa air untuk mematikan api yang membakar Nabi Ibrahim AS, di ejek oleh cicak (yang malah membantu meniup api agar api semakin membesar) karena air yang dibawa sedikit. Tapi apa kata semut, minimal kita tahu kita di posisi kita ada dimana (yaitu dalam kebenaran).

Meski kita tidak ikut LGBT dan hanya mendukung maka laknat Alloh ﷻ tetap akan sampai kepada kita. Naudzubillahi mindzaalik

Jadi ibaratnya orang yang mendukung seperti cicak.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Tetap istiqomah dalam agama Islam ini ukhtifillah hingga Alloh ﷻ memanggil kita pulang.

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar