Kamis, 29 September 2022

RASIONAL TERHADAP KEBENARAN

 


OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 RASIONAL TERHADAP KEBENARAN

Pengetahuan ilmuah atau ilmu (bah. Inggris Science dan Latin Scientia yang diturunkan dari kata scire), memiliki makna ganda, yaitu; mengetahui (to know), dan belajar (to learn). Sisi pertama to know menunjuk pada aspek statis ilmu, yaitu sebagai hasil, berupa pengetahuan sistematis. Sisi kedua menunjuk pada hakikat dinamis ilmu, sebagai sebuah proses (aktivitas-metodis). Sisi kedua tersebut hendak menunjukkan bahwa ilmu sebagai aktifitas pembelajaran, bukanlah sebuah aktifitas menunggu secara pasif, melainkan merupakan sebuah usaha secara aktif untuk menggali, mencari, mengejar, atau menyelidiki sampai pengetahuan itu diperoleh secara utuh, obyektif, valid, dan sistematis.

Tegasnya, pengertian ilmu, dalam hal ini, menunjuk pada tiga hal, yaitu; pertama; ilmu sebagai proses berupa aktifitas kognitif-intelektuali (aktivitas penelitian), kedua; ilmu sebagai prosedur berupa metode ilmiah, dan ketiga;. Ilmu sebagai hasil atau produk berupa pengetahuan sistematis. Penjelasannya demikian:

Ilmu sebagai aktifitas, menggambarkan hakikat ilmu sebagai sebuah rangkaian aktivitas pemikiran rasional, kognitif, dan teleologis (tujuan). Rasional artinya, proses aktifitas yang menggunakan kemampuan pemikiran untuk menalar dengan tetap berpegang pada kaidah-kaidah logika, kognitif artinya; aktivitas pemikiran yang bertalian dengan; pengenalan, pencerapan, pengkonsepsian, dalam membangun pemahaman pemahaman secara terstruktur guna memperoleh pengetahuan, dan teleologis artinya; proses pemikiran dan penelitian yang mengarah pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, misalnya; kebenaran pengetahuan, serta memberi pemahaman, penjelasan, peramalan, pengendalian, dan aplikasi atau penerapan. Semua itu dilakukan setiap ilmuwan dalam bentuk penelitian, pengkajian, atau dalam rangka pengembangan ilmu.

Ilmu sebagai prosedur menunjuk pada pola prosedural, tata langkah, teknik atau cara, serta alat atau media. Pola prosedural, misalnya; pengamatan, percobaan, pengukuran, survei, deduksi, induksi, analisis, dan lainnya. Tata langkah, misalnya; penentuan masalah, perumusan hipotesis (bila diperlukan), pengumpulan data, penarikan kesimpulan, dan pengujian hasil. Teknik atau cara, misalnya; penyusunan daftar pertanyaan, wawancara, perhitungan, dan lainnya. Alat dan media, timbangan, meteran, perapian, komputer, dan lainnya.

Ilmu sebagai hasil atau produk berupa pengetahuan sistematis, ilmu dipahami sebagai seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (dunia obyek) yang sama dan saling berkaitan secara logis. Ilmu, karena itu, dipandang sebagai sebuah koherensi sistematik, dengan prosedur, aksioma, dan lambang-lambang yang dapat dilihat dengan jelas melalui pembuktian-pembuktian ilmiah. Ilmu memuat di dalam dirinya hipotesis-hipotesis (jawaban-jawaban sementara) dan teori-teori (hipotesis-hipotesis teruji) yang belum mantap sepenuhnya. Ilmu sering disebut pula sebagai konsep pengetahuan ilmiah karena ilmu harus terbuka bagi pengujian ilmiah (pengujian keilmuan).

Jadi, ilmu cenderung dipahami sebagai pengetahuan yang diilmiahkan atau pengetahuan yang diilmukan, sebab tidak semua pengetahuan itu bersifat ilmu atau harus diilmiahkan. Sebagai hasil kegiatan ilmiah, ilmu merupakan sekelompok pengetahuan (konsep-konsep) mengenai sesuatu hal (pokok soal) yang menjadi titik minat bagi permasalahan tertentu. Sebuah pengetahuan ilmiah memiliki 5 (lima) ciri pokok, yaitu; empiris, sistematis, obyektif, analitis, dan verifikatif. Ilmu, dalam hal ini, cenderung dilihat dalam hubungan dengan obyek keilmuan (obyek material dan formal) dan metode keilmuan tertentu. Kesatuan ilmu bersumber di dalam kesatuan obyeknya. Orang, misalnya kaum peneliti, membatasi ilmu sebatas metodologi keilmuan. Alasannya, kaitan-kaitan logis yang dicari di dalam ilmu tidak dicapai dengan penggabungan ide-ide yang terpisah, tetapi pada pengamatan dan berpikir metodis, yang tertata rapih. Alat bantu metodologis keilmuan adalah “teknologi ilmiah” dalam menguji-coba atau mengeksperimentasi konsep-konsep ilmu.

Ketiga unsur dimaksud menggambarkan sebuah pengertian yang lengkap dan utuh mengenai ilmu itu sendiri. Ketiganya, sesungguhnya bukan saling bertentangan, tetapi merupakan sebuah kesatuan, di mana manusia lah yang menjadi pelaku (subyek) ilmu itu sendiri. Alasannya, hanya manusia sajalah yang memiliki kemampuan rasional, melakukan aktivitas kognitif (menyangkut pengetehuan), dan mendambakan berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu. Suatu aktivitas, hanya dapat mencapai tujuan bila mana dilaksanakan dengan metode yang tepat.

Kita sebagai ummat muslim yang mukmin tentunya tidak bisa terlepas dari petnjuk Al-Qur’an. Oleh karenanya berikut kami sampaikan dalil-dali Al-Qur'an.

Firman Allah Subhanahu wqa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab sebagai berikut:

وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ، القرأن سورة الأحزاب : ٣٥

“Dan orang-orang yang benar, lelaki ataupun perempuan.” (QS. al-Ahzab : 35).

Kemudian dalam surah At-Taubah adalah sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ، القرأ سورة التوبة : ١١٩

"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Alloh ﷻ, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (QS. At-Taubah : 119).

Firmannya juga dalam surat Muhammad:

فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ، القرأن سورة محمد : ٢١

“Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Alloh ﷻ, pastilah hal itu amat baik untuk mereka sendiri.” (QS. Muhammad : 21)

Dikutip Dari Kitab Riyadhush-sholihin sebagai bertikut:

عَنْ أَبِيْ مُحَمَّدٍ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيِ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيْبُكَ؛ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَالْكَذِبَ رَيْبَةٌ، رَوَاهُ الْتِّرْمِذِيُّ وقال حديث صحيح، من رياض الصالحين

Dari Abi Muhammad Al-Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhuma. Ia berkata: Aku telah menghafalkannya dari Rasulullah ﷺ.

 “دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيْبُكَ؛ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِيْنَةٌ وَالْكَذِبَ رَيْبَةٌ”. 

“Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh atau halalnya sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu dalam hatimu. Sesungguhnya Kebenaran itu adalah ketenangan jiwa, sedangkan kebohongan adalah kegelisahan jiwa.”

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Kebenaran datang adanya berpikir yang logis sesuai dengan ajaran Islam.

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar