Kamis, 29 September 2022

JANGAN BANDINGKAN DIRIMU DENGAN YANG LAIN


OLeH: Freddy Setya BS., M.Pd.,MCE.,Cht

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 JANGAN BANDINGKAN DIRIMU DENGAN YANG LAIN

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Beberapa minggu sebelumnya kita tidak asing dengan frasa sebuah lagu yang sempat viral. 

Yah, Ojo Dibandingake (Jangan dibanding-bandingkan).

Kali ini kita akan membahas sedikit beberapa hal dalam sikap membanding-bandingkan yang dibolehkan dan tidak. 

Karena sikap membanding-bandingkan kerap kali menjadi buah bibir (bahan obrolan) dalam kelompok-kelompok yang dimana ada satu sisi yang merasa tersaingi, ada satu sisi yang merasa diatas awan, ada satu sisi di bawah (minder). 

Bahkan membandingkan bukan hanya menjadi obrolan, namun justru seperti kebiasaan dan pembiasaan tanpa disadari pada diri, membandingkan berkaitan pekerjaan, status, jabatan, kecantikan, dan juga hal yang bersifat sensitif.

Membandingkan merupakan sifat yang mana menunjukan kurang bersyukur atas apa yang sudah diberikan. 

Karena bentuk syukur atas apa yang sudah diperoleh, sering lupa dinikmati (dirasakan) dampak syukurnya. Melainkan justru lebih kepada melihat orang lain sebagai parameternya bukan dari diri yang kemarin.

Dalam Al-Qur'an disebutkan:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَا تَتَمَنَّوۡاْ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٞ مِّمَّا ٱكۡتَسَبُواْ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٞ مِّمَّا ٱكۡتَسَبۡنَ ۚ وَسۡـَٔلُواْ ٱللَّهَ مِن فَضۡلِهِۦٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمًا

_“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Alloh ﷻ kepada
sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang
mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Alloh ﷻ sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Alloh ﷻ Maha Mengetahui segala
sesuatu.”_ (QS. An-Nisa: 32)

Ayat di atas berpesan kepada kita agar jangan membanding-bandingkan diri dengan orang
lain sehingga memicu munculnya iri atau hasud. Misalnya, membandingkan jatah rezeki yang telah
Alloh ﷻ bagikan kepada hamba-Nya. Sebab, jika sudah muncul sifat iri akan membuat seseorang lupa diri sehingga dikhawatirkan akan menghalalkan segala cara agar bisa mengungguli orang
lain. (Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [1981], juz X, halaman 82).

Hasad adalah bahasa arab yang berasal dari kata hasada- yahsidu- ihsid, yang artinya adalah iri dan dengki.

Imam Nawawi menjelaskan lebih lanjut mengenai hasad, yakni memiliki angan-angan agar kenikmatan milik orang lain hilang dari dirinya. Kenikmatan tersebut bisa berarti dalam hal apapun, termasuk urusan agama dan dunia.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasad adalah perasaan negatif (Eneg) yang muncul tanpa alasan yang jelas, saat mengetahui orang lain mendapatkan hal yang baik. Hal baik tersebut dapat berupa harta, jabatan, benda, serta prestasi.

Sebagaimana pengertiannya, hasad adalah salah satu sifat tercela. Oleh karena itu, sangat baik bagi kita untuk mengetahui dengan detail apa itu hasad, agar dapat menyadari jika suatu waktu merasakan hal ini dan dapat dengan cepat mengatasi hasad yang muncul tersebut.

Dan prosesnya begitu halus, yakni iri-> hasad-> hasut (perilaku).

Maka, akan perilaku menghasut (provokator) dan begitu seterusnya untuk membuat orang lain ikut merasakan bahwa itu seharusnya tidak ada pada dirinya.

Sikap membandingkan tidak diperkenankan, namun dibolehkan dalam batasan yang dimana untuk membentuk prilaku positif. 

Loh, iri (hasad) atau cemburu dibolehkan asalkan kepada arah yang membawa perubahan baik. 

Hasad yang diperbolehkan, yakni: 

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

“Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Alloh ﷻ anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Alloh ﷻ beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya."

Ketika kepada orang yang padanya harta berlebih, boleh iri tetapi bukan justru malah menjadikan diri ingin memilikinya dengan mencuri atau mencari muka. 

Kepada yang berilmu pun, bukan dengan mencari tahu sumber ilmunya dan mempelajarinya sendiri untuk mendebat atau tidak menghormati orang lain yang tadinya ilmunya kita contoh.

Semisal: Dalam ilmu apapun bisa bisnis, ilmu pengetahuan, atau apapun sehingga kita lupa bahwa dengan ilmu malah mencuri ilmu yang kita pelajari daripadanya. 

Karena bukan itu yang dilakukan atau perilaku yang terbentuk dari iri yang dibolehkan.

Bila iri dalam urusan agama (ibadah) maka berlomba-lomba dalam kebaikan tetapi bukan niat untuk bersaing, kalau niat bersaing bukan karena Alloh ﷻ.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Coach, bagaimana tipsnya agar hati atau diri ini terhindar dari sifat iri ataupun hasad tadi ya, Coach?
Karena terkadang, ada rasa-rasa itu, tapi terkadang sadar lagi, eh tapi kadang muncul lagi, Coach. 

🔷Jawab:
Hehehe..., iri dan hasad tadi perlu kamu arahkan kepada perilaku yang lebih baik, artinya dengan menempa diri dan belajar juga. 

Ada saatnya kamu kagum mula dari iri, hingga lupa bahwa kamu ada yang mengagumi tapi dilupakan oleh diri. 

🌷Harus segera diarahkan ke hal-hal yang positif ya, Coach,
Belajar dan introspeksi diri ya, Coach

InsyaAllah,
Jazakallah khoir coach.

0️⃣2️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh coach Freddy. 

Bagaimana respon kita terhadap seseorang yang menyatakan rasa irinya kepada kita secara terus terang (tidak main belakang), misalnya dia mengucapkan kata-kata seperti ini;
"Wah, kamu beruntung sekali Mbak, dikaruniai anak yang banyak, sedangkan saya belum dikaruniai anak sama sekali."

Bagaimana sebaiknya respon kita, coach Freddy?
Mohon pencerahannya. 
Terima kasih. 

🔷 Jawab:
Sampaikan kembali, mbak, saya beruntung dengan anak banyak tetapi saya jauh lebih tidak beruntung kalau saya tidak bisa mendidik mereka. Jadi lebih berat. 

Karena ada banyak anak, tetapi harta cukup, namun ada yang belum dikaruniai harta yang lebih-lebih. 

Iri bukan negatif tetapi sikap dari iri itu yang berbahaya.

Apakah sikap dari iri itu bentuknya positif atau negatif itu bergantung diri. 

Karena berkaitan emosi soalnya kadang belum bisa kontrol emosi. Ya akhirnya kalut segala cara dihalalkan.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Jangan bandingkan Apel dengan Durian, karena penikmat durian bilang durian lebih enak ketimbang apel, begitu sebaliknya. 

Wallahu a’lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar