Kamis, 29 September 2022

BERPIKIR LOGIS

 


OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎 BERPIKIR LOGIS

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Alhamdulillah Manusia diberikan keluasaan untuk bisa mengingat, merespon, mengetahui
hal-hal baru, berbicara, berpikir, berargumentasi, menulis, membaca dan berorganisasi. Disepanjang perjalanan peradaban manusia, Ilmu logika atau dalam dunia Islam bisa disebut dengan ilmu al-mantiq senantiasa mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan. Berpikir dan berilmu pengetahuan bagaikan dua mata koin yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Basis dari segala ilmu baik ilmu humaniaora maupun ilmu keislaman adalah logika, cara berpikir yang benar. Sadar atau tidak sadar,
segala macam bentuk perbuatan manusia senantiasa ditemani dengan kerja akal. Berpikir yang benar akan membuahkan perilaku dan gaya hidup yang benar juga. Jadi seseorang yang konsen dalam berilmu pengetahuan sudah sepatutnya menguasai
disiplin ilmu ini.

Manakah yang harus didahulukan dalam Islam logika atau rasa? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada banyak permasalahan orang dalam beragama yang membawa mereka ke jalan kemurtadan dan tidak sedikit diantara mereka adalah insan akademis dan juga ada diantara mereka yaitu orang-orang yang tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai Islam sehingga mudah dipengaruhi.

Permasalahan yang biasanya menghampiri insan akademis adalah terlalu kritisnya mereka berpikir tentang keberadaan Alloh ﷻ dan biasanya pertanyaan-pertanyaan yang menghantui kepala mereka adalah bukti adanya Alloh ﷻ, dimana tempat Alloh ﷻ, apa gunanya menyembah Alloh ﷻ dan lain-lain, hal ini dipicu oleh pemaham mereka yang mendalam mengenai filsafat yang nantinya akan meningkatkan daya pikir kritis mereka akan sesuatu hal.

Pengunaan logika yang berlebihan lah yang dapat membawa kita ke jalan kesesatan dan yang lebih parahnya lagi adalah jalan kemurtadan, kita semua sepakat bahwa semua manusia pasti punya batasan-batasan dalam dirinya, contohnya mata kita punya batasan untuk melihat, telinga kita punya batasan untuk mendengar, mulut kita ada batasan untuk bicara, perut kita ada batasan untuk makan, kaki kita ada batasan untuk berjalan, dan otak kita punya batasan untuk berpikir atau berlogika.

Dan batasan logika manusia adalah berpikir yang sangat mendalam tentang Alloh ﷻ, karena dalam Islam sudah ditetapkan batasan-batasan berpikir tentang Alloh ﷻ, karena Alloh ﷻ tidak seperti makhluk, pertanyaan-pertanyaan seperti Bagaimana bentuk Alloh ﷻ? Apakah Alloh ﷻ bertempat? Dan lain-lain. Ketahuilah pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya pantas untuk makhluk tidak pantas untuk Alloh ﷻ, karena Alloh ﷻ tidak seperti makhluk, dan logika kita dibatasi untuk memikirkan dan membayangkan Alloh ﷻ bukanlah wilayah logika manusia karena logika kita sudah dibatasi dari pertanyaan-pertanyaan demikian.

Dan penyebab orang-orang berpikir terlalu mendalam tentang Alloh ﷻ yang akhirnya malah berujung kemurtadan adalah kurangnya rasa dalam diri mereka. Apa itu rasa? Kenapa rasa? Dari mana sumber rasa berasal. Rasa itu adalah ketika Kita merasakan keberadaan Alloh ﷻ dalam hidup kita, dan apabila kita sudah merasakannya maka pertanyaan tentang “Apa bukti keberadaan Alloh ﷻ” dan “dimana Alloh ﷻ bertempat” tidak akan berlaku. Karena Alloh ﷻ tidak mampu dilihat oleh manusia sebagaimana Nabi musa yang meminta Alloh ﷻ menampakkan jasadnya namun belum melihat jasadnya saja Nabi musa sudah pingsan, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, anda Nabi? Bukan, Rasul? Bukan, terus anda mau mengetahui wujud Alloh ﷻ apakah anda sehat?

Rasa itu hanya bisa diperoleh lewat mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ dengan amalan yang ia ridhoi agar bisa merasakan keberadaan Alloh ﷻ sebagai bentuk implementasi dari ihsan. Dan dalam keilmuwan nilai-nilai ihsan terdapat di Tashowwuf dan diamalkan dengan metode yang disebut Thoriqoh. Maka dapat kita katakana disini bahwa Rasa lebih penting dari logika, bukan berarti logika tidak penting tetapi kita harus mengutamakan rasa.

Contoh simpelnya seperti ini tahukah anda tongkol balado? Mungkin kelihatan sepintas anda akan berpikir tongkol itu pedas karena dipenuhi cabai dan warnanya merah? Tapi ketika anda sudah merasakannya dan ternyata tongkolnya tidak pedas apakah anda masih mengutamakan apa yang dikatakan otak anda atau apa yang anda rasakan tentu anda akan memilih apa yang sudah anda rasakan.

Wallahu a’lam bishawab

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaykum warahmatullahi Wabarakatuh Ustadz.

Kalau kita lebih dominan menggunakan logika daripada rasa, apa yang akan terjadi Ustadz?

Mohon penjelasannya.

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh 

Akan menjadi ambigu dalam menjalani kehidupan, karena akan tidak stabil dalam setiap perbuatan yang dilakukan olehnya.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Berpikir logis mengantarkan ketenangan dan keberkahan.

Wallahu a’lam bishawab

•┈•◎❀★❀◎•┈•

Tidak ada komentar:

Posting Komentar