Sabtu, 30 April 2022

TAZKIYATUN NAFS RAMADHAN



OLeH: Ustadz Tono Esfandiar, SE., SHT 

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸TAZKIYATUN NAFS

Pembahasan tentang tazkiyatun nufus merupakan pembahasan yang penting, dimana akan ditanya oleh Allah Ta’ālā pada hari Kiamat nanti. Dan Allah Ta’ālā hanya akan menerima manusia yang datang kepada-Nya dengan hati yang selamat.
Allah Ta’ālā berfirman,

وَلاَ تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ ، يَوْمَ لاَ يَنفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ ، إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Alloh ﷻ dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu`araa’: 87-89)

Dan Allah Ta’ālā akan bertanya kepada hati, sebagaimana yang telah dijelaskan di muka. Seperti firman Alloh ﷻ:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Israa’: 36)

Setiap anggota badan yang disebutkan dalam ayat di atas akan ditanya pada hari Kiamat. Hatinya akan ditanya tentang apa yang terlintas, apa yang difikirkan, dan apa yang diyakininya. Pendengaran akan ditanya tentang segala hal yang didengarnya. Dan seterusnya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ahli tafsir. [1]

Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“…Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.” [2]

Abu Hurairah –radhiyallāhu ‘anhu– mengatakan,
“Hati ibarat raja, sedangkan anggota badan ibarat pasukannya. Apabila baik rajanya, maka baik pula pasukannya, apabila buruk rajanya maka buruk pula pasukannya.” [3]

Imam Ibnul Qayyim –rahimahullāh– mengatakan,
“…Amalan hati adalah pokok sedangkan amalan badan itu adalah penyerta dan penyempurna. Sesungguhnya niat itu laksana ruh sedangkan amalan itu laksana badan. Apabila ruh meninggalkan badan, maka ia akan mati. Maka, mempelajari hukum-hukum hati lebih penting daripada mempelajari hukum-hukum badan.” [4]

Imam Ibnul Qayyim –rahimahullāh– menjelaskan bahwa amalan hati lebih penting daripada amalan badan namun hal ini tidak berarti bahwa beliau –rahimahullāh– berpendapat bahwa amalan badan tidak temasuk bagian dari iman.

Amalan hati adalah pokoknya amal. Meskipun seseorang beramal dengan amalan yang sangat banyak namun hatinya tidak ikhlas karena Allah Ta’ālā, maka amalannya tidak akan diterima Allah Ta’ālā.
Maka permasalahan tentang hati merupakan perkara yang penting. Tidaklah mungkin Rasulullah Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam  terus-menerus mengingatkan ummatnya tentang hati apabila hal tersebut tidak penting. Tidaklah para Shahabat –radhiyallāhu ‘anhum– mewasiatkan agar memperhatikan hati apabila hal ini tidak penting.

Oleh karenanya, pembahasan tentang hal ini harus terus diulang-ulang, dikaji dan disampaikan dalam kajian-kajian dan tulisan dalam rangka saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran, sebab terkadang seseorang tidak mengetahui bahwa dirinya terjangkit penyakit hati. Adapun orang-orang yang dapat mengetahui bahwa ia terjangkit penyakit hati adalah para ulama. Merekalah tabib-tabib (dokter-dokter) hati.

Dan penyakit-penyakit hati ini menjangkiti hampir semua orang, baik itu orang awam maupun penuntut ilmu, bahkan juga ustadz, da’i, kyai, dan lainnya.

Mereka tidak menyadari bahwa di dalam hatinya terjangkiti penyakit hati, baik itu riya’, iri, dengki, ujub, sombong, dan lain sebagainya.

Allah Ta’ālā menjanjikan kepada orang yang mensucikan jiwanya dengan ganjaran, pahala, dan Surga.
Allah Ta’ālā berfirman,

وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى

“Tetapi barangsiapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga-surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Ṭāhā: 75-76)

Juga firman-Nya,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Rabb-nya, lalu ia shalat.” (QS. Al-A’laa: 14-15)
~~~~~~~~
[1] Tafsiir al-Qurthubi (X/169) dan Tafsiir Ibni Katsir (V/75)
[2] Shahih: HR Bukhari (no.52) dan Muslim (no.1599) dari Shahabat an-Nu’man bin Basyir –radhiyallāhu ‘anhumā–
[3] Atsar shahih: Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazaq dalam  al-Mushannaf (XI/221, no. 20375) dan al-Baihaqi dalam al-Jaami’ li Syu’abil limaan (I/257, no. 108) dengan sanad shahih. Disebutkan juga oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam  Majmuu’ Fataawaa (X/15).
[4] Badaai’ul Fawaa-id  (hlm. 511) tahqiq Basyir Muhammad ‘Uyun.

Barakallahufiikum 
Tono Esfandiar 

Subscribe Channel youtube:
https://youtube.com/channel/UCrXX10BY01gigOJTp6jlbcA

Join Channel Telegram:
https://t.me/quantumquranichealing

Belanja di toko kami :
Semakin mudah belanja produk azzahrawain di Tokopedia. Cek aja, pasti ada yang kamu suka
https://tokopedia.link/azzahrawain

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ iiN ~ Boyolali
Ustadz, di materi tadi disebutkan "Mempelajari hukum hati lebih penting daripada hukum badan," itu bagaimana maksudnya ya ustadz. 

Dan juga bila ada asumsi "Kasih atau beri atau sedekah saja dulu, urusan pahala Alloh ﷻ yang atur, entah kita ikhlas atau tidak, orang lain tidak tahu" itu bagaimana?

Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“…Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.”

Abu Hurairah –radhiyallāhu ‘anhu– mengatakan,
“Hati ibarat raja, sedangkan anggota badan ibarat pasukannya. Apabila baik rajanya, maka baik pula pasukannya, apabila buruk rajanya maka buruk pula pasukannya.”

Hati yang tidak ikhlas dalam melakukan amalan sholeh maka amalnya akan menjadi sia-sia.

Dalam bersedekah harus menjaga hati agar ikhlas karena Alloh ﷻ dan tentunya mengharapkan ridho pahala dari Alloh ﷻ. Sedekah sembunyi maupun terang-terangan tidak apa-apa, utamanya orang bersedekah bisa menjaga hatinya agar tidak riya'. 

🔹Na'am ustadz, jazakallah khayr.

0️⃣2️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Ustadz, hati sangat menentukan amal seseorang dan penyakit hati tidak terlihat.
1. Bagaimana ciri yang spesifik bahwa seseorang terkena penyakit hati?

Allah Subhanahu Wata'ala hanya akan menerima manusia yang datang kepada-Nya dengan hati yang selamat.

2. Bagaimana ciri-ciri manusia yang selamat hatinya? 

🌸Jawab:
1. Penyakit hati menurut ulama terbagi menjadi 2 bagian: 
(1) Tidak dirasakan oleh manusia ketika terjangkit, oleh sebab itu butuh tausiyah, nasihat, terapi. Penyakit ini adalah syahwat dan subhat.

(2) Penyakit hati yang dirasakan oleh manusia sehingga manusia mencari obatnya hanya saja beberapanya keliru dalam mencari solusi. Penyakit ini emosi negatif, seperti marah, sedih, kesal, jengkel, khawatir, takut, dan sejenisnya. Ada yang mencari solusi dengan mendengarkan musik, berteriak, terapi hypno dan lain-lain, ini keliru padahal Islam sudah punya solusi lengkapnya. Datanglah pada terapis, peruqyah syar'i, ustadz memiliki ilmu pemahaman. InsyaaAllah akan diberikan terapi Quran yang tepat.

2. Tanda-tanda hati yang sehat dan hati yang sakit:

◼️Tanda Hati Yang Sehat

1) Hati yang selalu mengutamakan hal-hal yang bermanfaat.

2) Mengutamakan akhirat daripada dunia.

3) Bertaubat kepada Alloh ﷻ dan menggantungkan hidupnya hanya kepada-Nya.

4) Selalu ingat kepada Alloh ﷻ dan tidak bosan dalam beribadah kepada-Nya.

5) Bersedih apabila terluput dari wirid, lebih sedih daripada kehilangan dunia.

6) Merasa rindu untuk melakukan ibadah kepada Alloh ﷻ.

7) Hilang kesedihan dan kesibukan dunia ketika mengerjakan shalat.

8) Satu tujuan yaitu karena Allah Ta'ala.

9) Sangat bakhil dengan waktunya agar tidak terlewat dengan sia-sia.

10) Perhatiannya tertuju untuk membersihkan amal, bahkan lebih penting daripada mengerjakan amal tersebut.

◼️Tanda-tanda Hati Yang Sakit

1) Tidak mengenal Alloh ﷻ, tidak mencintai-Nya, tidak merindukan perjumpaan dengan-Nya, dan tidak mau kembali ke jalan-Nya, lebih suka mengikuti hawa nafsu.

2) Tidak merasakan sakitnya hati dengan sebab luka-luka maksiat.

3) Tidak merasakan sakit (tidak merasa tersiksa) dengan kebodohannya (ketidaktahuannya) akan kebenaran, berbeda dengan hati yang sehat akan merasa sakit dengan datangnya syubhat (ketidakjelasan) pada dirinya.

4) Hati yang sakit meninggalkan makanan yang bermanfaat dan memilih racun yang berbahaya.

5) Hati yang sakit cinta pada dunia, senang tinggal di dunia dan tidak merasa rindu kepada akhirat.

6) Mencintai perbuatan maksiat, mendapatkan kelezatan saat melakukannya, merasa tenang saat melakukannya, serta tidak menyukai ketaatan, dzikir kepada Alloh ﷻ dan amal-amal shalih.

7) Membenci kebenaran dan hatinya merasa sempit dengannya serta sangat mudah menyerap syubhat dan mudah terpengaruh dengannya.

◼️Memahami Penyakit Hati dan Terapinya

Dari An Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

◼️Penyakit Hati Dibagi 2 Macam:

(1) Orang yang terjangkit tidak merasakan sakit apa-apa, ini jenis penyakit hati yang paling berbahaya dan paling sulit untuk disembuhkan karena orang yang terjangkit penyakit hati ini tersibuki dengan urusan dunia. Penyakit hati ini seperti: kebodohan, syubhat, keragu-raguan serta penyakit syahwat.

(2) Orang yang terjangkit akan merasakan sakit seketika seperti kesedihan, gundah, resah dan marah. Penyakit hati ini terkadang bisa hilang dengan obat herbal dan terapi alamiah, seperti menghilangkan sebab-sebabnya, mengikhlaskan pasrahkan permasalahannya atau dengan sesuatu yang bisa menyehatkan.

◼️Obat Penyakit Hati

1) Mentauhidkan Alloh ﷻ dan menjauhkan syirik.
2) Menuntut ilmu syar'i dan mengamalkannya serta menerima kebenaran dan mengamalkannya.
3) Menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
4) Berdzikir dan istighfar.
5) Membaca Al-Quran setiap hari.
6) Selalu bertaubat kepada Alloh ﷻ.
7) Berbuat baik kepada manusia.
8) Membuang berbagai kotoran hati.
9) Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.
10) Zuhud kepada dunia.
11) Banyak berdoa kepada Allah ta'ala.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Apni ~ Garut
Assalamualaikum,

Bagaimana dengan pikiran-pikiran kita yang kadang terlalu dalam berpikir kemana-mana, apakah itu akan dipertanggungjawabkan?

Dan bagaimana cara kita mengendalikannya?

Wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

🌸Jawab:
Waalaikumussalam Warrohmatulloohi Wabarokatuh.

Jika ada yang mengganggu pikiran kita, apakah itu bentuk was-was, ketakutan, prasangka buruk maka segeralah buang yang jauh, alihkan kepada tilawah Al Quran, dzikir, mendengarkan kajian. Jika hal ini masih mengganggu maka disarankan untuk segera diterapi ke peruqyah syar'i.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Sri ~ Gunungkidul
Ustadz, bagaimana cara kita mendeteksi diri kita kalau kita punya penyakit hati?

🌸Jawab:
Tanda-tanda hati yang sehat dan hati yang sakit:

◼️Tanda Hati Yang Sehat

1. Hati yang selalu mengutamakan hal-hal yang bermanfaat.

2. Mengutamakan akhirat daripada dunia.

3. Bertaubat kepada Alloh ﷻ dan menggantungkan hidupnya hanya kepada-Nya.

4. Selalu ingat kepada Alloh ﷻ dan tidak bosan dalam beribadah kepada-Nya.

5. Bersedih apabila terluput dari wirid, lebih sedih daripada kehilangan dunia.

6. Merasa rindu untuk melakukan ibadah kepada Alloh ﷻ.

7. Hilang kesedihan dan kesibukan dunia ketika mengerjakan shalat.

8. Satu tujuan yaitu karena Allah Ta'ala.

9. Sangat bakhil dengan waktunya agar tidak terlewat dengan sia-sia.

10. Perhatiannya tertuju untuk membersihkan amal, bahkan lebih penting daripada mengerjakan amal tersebut.

◼️Tanda-tanda Hati Yang Sakit

1. Tidak mengenal Alloh ﷻ, tidak mencintai-Nya, tidak merindukan perjumpaan dengan-Nya, dan tidak mau kembali ke jalan-Nya, lebih suka mengikuti hawa nafsu.

2. Tidak merasakan sakitnya hati dengan sebab luka-luka maksiat.

3. Tidak merasakan sakit (tidak merasa tersiksa) dengan kebodohannya (ketidaktahuannya) akan kebenaran, berbeda dengan hati yang sehat akan merasa sakit dengan datangnya syubhat (ketidakjelasan) pada dirinya.

4. Hati yang sakit meninggalkan makanan yang bermanfaat dan memilih racun yang berbahaya.

5. Hati yang sakit cinta pada dunia, senang tinggal di dunia dan tidak merasa rindu kepada akhirat.

6. Mencintai perbuatan maksiat, mendapatkan kelezatan saat melakukannya, merasa tenang saat melakukannya, serta tidak menyukai ketaatan, dzikir kepada Alloh ﷻ dan amal-amal shalih.

7. Membenci kebenaran dan hatinya merasa sempit dengannya serta sangat mudah menyerap syubhat dan mudah terpengaruh dengannya.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis dalam kitabnya tersebut, "Ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh ayah kalian Adam  ‘alaihis salam,

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’rof: 23).

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Nuh ‘alaihis salam,

وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُن مِّنَ الْخَاسِرِينَ

“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Hud: 47)

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Ibrahim  ‘alaihis salam,

وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

“Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.” (QS. Asy Syu’ara: 82)

Ucapkanlah seperti yang diucapkan Musa ‘alaihis salam,

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.” (QS. Al Qashash: 16)

Begitu pula ucapkanlah seperti yang diucapkan Dzun Nun (Yunus) ‘alaihis salam,

لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al Anbiya’: 87)

Puasa kita butuh pada istighfar, sedangkan amalan sholih sebagai penggenapnya. Bukanlah puasa kita penuh cacat dikarenakan pelanggaran yang kita lakukan saat puasa?

Sebagian salaf berkata setelah kita shalat, maka kita beristighfar untuk menambal cacat dalam shalat. Ini dilakukan sebagaimana orang yang berbuat dosa beristighfar. Inilah keadaan orang-orang yang bagus ibadahnya (muhsin). Sedangan para pelaku maksiat, bagaimana keadaan keseharian mereka? Sungguh merugi jika waktu untuk berbuat baik malah berbalik menjadi maksiat. Lalu waktu berbuat taat, malah jadi waktu sia-sia.

Al Hasan Al Bashri berkata, “Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan waktu turunnya rahmat. Lukman pun pernah berkata pada anaknya, “Wahai anakkku, basahilah lisanmu dengan bacaan istighfar (permohonan ampun pada Alloh ﷻ) karena Alloh ﷻ telah memilih beberapa waktu yang do’a orang yang meminta tidak tertolak saat itu.” (Lathoiful Ma’arif, karya Ibnu Rajab, hal. 376-378.) 

Semangat perbaiki dan tambah amalan di bulan penuh rahmat Ramadhan ini, semoga Alloh ﷻ menerima semua amalan sholeh kita. Aamiin.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar