Sabtu, 30 April 2022

KENIKMATAN HAKIKI

 


OLeH: Ustadz Syahrawi Munthe, S.Mn.,S.ST.,M.Ak

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎KENIKMATAN HAKIKI

Segala puji bagi Alloh ﷻ atas segala kenikmatan yang diberikan kepada manusia sebagai makhluk. Sholawat serta salam semoga tercurah pada junjungan alam Rasulullah Muhammad ﷺ. Semoga kita sehat semua, semangat menjalankan ibadah dan mendapatkan keberkahan ramadhan, diberi ganjaran yang berlipat dan diampuni dosa-dosa kita. Amin.

InsyaAllah siang ini, tema kajian kita adalah tentang "Kenikmatan Hakiki."

Kenikmatan hakikatnya adalah rasa. Rasa dari reaksi tubuh pada apa yang di makan atau di minum, di sentuh atau bahkan yang bersifat imajiner. Kenikmatan sifatnya hanya sementara, saat rasa itu berlalu, maka kenikmatannya hilang secara bersamaan. Enaknya makanan kata orang-orang hanya terasa di lidah, sekalipun nikmat sangat, tapi ketika makanan itu habis, atau perut sudah kenyang maka kenikmatannya berhenti pada titik itu.

Namun ada kenikmatan hakiki yang bisa dirasakan oleh orang yang ingin saja. Kenikmatan yang bisa dirasa oleh orang-orang yang dawam atau rutin menjalankannya. Itulah kenikmatan ibadah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan merasakan lezatnya iman, orang yang ridha Alloh ﷻ sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim)

Sejatinya ketika melalukan amal shalih, harusnya akan merasakan kenikmatan dan kelezatan sebagai aktualisasi imannya. Jika tidak merasakan kenikmatan maka mungkin saja ada yang salah dengan orangnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang tidak merasakan manisnya beramal dalam hati dan kelapangan, maka curigai lah amal tersebut. Karena sesungguhnya Rabb Maha Membalas."

Maksudnya, Alloh ﷻ akan senantiasa memberi ganjaran atas orang yang beramal di dunia dengan memberinya kelezatan, kepalangan hati dan kenikmatan. Jika ia tidak mendapatkan itu semua, maka berarti amalnya disusupi.

Kenikmatan ibadah dan beramal shalih adalah kenikmatan hakiki, yang tidak bisa digambarkan, namun terasa sangat nikmat. Serasa Alloh ﷻ begitu dekat, hati adem dan dada terasa lapang dan urusan-urusan dunia serasa dimudahkan.

Wallahu'alam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Syukron Ustadz dan Moderator

Dari penjelasan di atas ada kutipan Sejatinya ketika melakukan amal Sholeh, harusnya akan merasakan kenikmatan dan kelezatan sebagai aktualisasi imannya.

1. Bagaimana kalau ada orang yang berbicara Alhamdulillah saya SUDAH beramal hari ini, dan semoga bisa beramal untuk selamanya. Apakah ada indikasi riya'?

Dari penjelasan di atas Jika tidak mendapatkan itu semua: kelapangan hati dan kenikmatan dari Alloh Subhanahu Wata'ala. Mungkin saja ada yang salah dengan orangnya.

2. Apakah berarti amalannya tidak diterima oleh Alloh Subhanahu Wata'ala atau terhijab?

3. Apa penyebabnya?

4. Langkah-langkah apa yang seharusnya dilakukan?

Afwan kalau pertanyaannya banyak.

Jazakalloh Khoiron

🌸Jawab:
1. Hakikat riya' sebenarnya di hati, sebab riya' adalah amalan hati. Ia ingin menampakkan amanya kepada orang lain. Jika dengan mengucapkan "alhamdulillah", niatnya untuk menunjukkan amalan ibadahnya, maka jatuhnya riya'. Apalagi mengucapkan hitungannya. Misal, alhamdulillah saya bisa berinfaq 10 juta hari ini, di hatinya ingin agar orang lain tahu bahwa infaqnya banyak, maka jatuhnya riya'. Tapi sekali lagi, riya' itu yang tahu hanya dia dan Alloh ﷻ.

2. Iya, kalau riya' maka ibadahnya tidak diterima Alloh ﷻ.

3. Sebab riya', adalah syirik kecil, orang yang beramal karena riya', maka amalnya tertolak.

4. Sebaiknya, ketika beribadah dan beramal shalih, luruskan niat ikhlas karena Alloh ﷻ, dan ikuti sesuai sunnah Rasulullah ﷺ. Ibadah yang tidak sesuai sunnah Nabi pun tidak diterima.

Wallahu'alam

Bismillaah....
Dalam surat Al A'Raf ayat 96

Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Berarti rumusannya sangat jelas. Beriman dan bertakwalah dengan segera tanpa menunda.
Keyakinan akan selalu tumbuh jika kita tidak pernah menunda untuk Iman dan Takwa.
Demikian ukhtiiy.

Wallaahu a'laam.

0️⃣2️⃣ Siti ~ Yogyakarta
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ustadz Awi,

Semoga selalu sehat dan dalam lindungan Alloh ﷻ aamiin.

Bagaimana cara atau kiat-kiat mendapatkan nikmat hakiki?

Jazakumullahu kayran katsira.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Disebut nikmat hakiki, karena sejatinya itulah kenikmatan yang kita cari, yaitu kenikmatan saat beribadah dan beramal shalih. Kenikmatan itu hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang memang hati tersambung kepada Alloh ﷻ, merasakan dekatnya dengan Alloh ﷻ. Bagaimana caranya? Tentu tidak instan. Mendekat kepada Alloh ﷻ itu sangat mudah, tapi seringkali menjauh lagi, seiring dengan banyaknya godaan-godaan. Karenanya perlu kekuatan untuk bertahan dalam suasana istiqomah dalam beribadah. Memahami dan merasakan setiap aktivitas ibadah. InsyaAllah, akan bisa merasakan kenikmatan hakiki tersebut.

Wallahu'alam

0️⃣3️⃣ Apni ~ Garut
Assalamualaikum,

Maaf di luar tema ustadz.
Apa hukumnya bersentuhan dengan non mahram atau kakek usia 78 tahun?

Wassalam mua'laikum warahmatullahi wabarakatuh.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Dasar hukumnya tidak boleh bersentuhan laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom, namun sebagain ulama mengatakan bagi laki-laki dan perempuan yang sudah udzur, tidak ada lagi kecenderungan pada lawan jenisnya, maka tidak mengapa bersentuhan sekadar saja, misal : salaman.

Wallahu'alam

🔹Maaf ustadz kalau sampai buka jilbab bagaimana hukumnya?

🌸Hukumnya berlaku untuk semuanya, namun untuk kehati-hatian, tetap saja hijabnya dipakai. Keinginan untuk berbuat dosa itu hanya Alloh ﷻ yang tahu, makanya kita jaga saja, jangan 'memancing' orang lain berbuat dosa karena tidak pakai hijab. Lebih mulia menjaga aurat dihadapan non mahrom.

Wallahu'alam

0️⃣4️⃣ Fatimah ~ Bandung
Mohon pencerahan ustadz, bila belum mendapatkan kenikmatan amal, apakah ibadah kita masih bisa diterima oleh Alloh ﷻ. Misal dalam berdzikir lisan sih iya, namun pikiran masih kemana-mana, bagaimana ustadz? Apakah dzikir nya Alloh ﷻ balas pahala?

🌸Jawab:
Dalil diterimanya ibadah sebenarnya cuma 2, ikhlas dan sesuai dengan sunnah Rasulullah ﷺ. Namun, perlu khusu' dalam melaksanakannya. Bisa jadi, ibadah sholat, dia hanya mendapatkan pahala setengahnya, atau sepertiganya, atau mungkin tidak mendapatkan pahala, karena saat sholat tidak khusyuk. Secara syar'i sholat nya sah, tapi pahalanya hanya Alloh ﷻ yang tahu balasannya. Demikian juga ibadah-ibadah yang lain. Yang harus dihindari adalah riya', sebab riya' adalah syirik kecil, Alloh ﷻ tidak menerima amal ibadah dari orang riya'.

Wallahu'alam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Di masa usia yang telah kita lalui, semoga di rentang usia itu kita pernah merasakan kenikmatan hakiki, yaitu kenikmatan ibadah. Tidak hanya sebentar, tapi di rentang yang cukup lama di usia kita. Janganlah kemudian, hingga maut menjelang, tidak pernah kita merasa kenikmatan beribadah. Padahal, salah satu kebahagian nanti di akhirat adalah berjumpa dengan Alloh ﷻ. Jika merasa dekat saja kita tidak pernah di dunia, tidak pernah merasa nikmat beribadah kepada-Nya, bagaimana mungkin kita akan bertemu dengan-Nya di akhirat nanti.

Wallahu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar