Sabtu, 30 April 2022

MENGENDALIKAN HAWA NAFSU DAN EMOSI

 


OLeH: Bunda Rizki Ika Sahana

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸MENGENDALIKAN HAWA NAFSU DAN EMOSI

Nabi shallallahu ‘alaihi wa bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy)

Jabir bin ‘Abdillah berkata, “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Lihat Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)

Hawa nafsu secara realita ada dalam diri setiap manusia, Alloh ﷻ ciptakan bersamaan dengan penciptaan manusia.

Hawa nafsu seperti mata pisau, bisa berpotensi baik bisa pula berpotensi buruk, bergantung pada manusia ketika memanfaatkannya.

Prinsipnya, hawa nafsu harus dikendalikan agar bisa menghasilkan hal yang positif sekaligus produktif.

Hawa nafsu itu seperti potensi yang harus difungsikan dengan baik.

★ Nafsu memiliki misalnya, jika difungsikan dengan baik akan melahirkan orang orang yang produktif dan kreatif mencari peluang bisnis dan mengembangkannya sehingga muncul berbagai industri yang berperan dalam menjalankan roda perekonomian sebuah negara.

★ Nafsu berkuasa juga sama. Jika difungsikan dengan baik, akan melahirkan pemimpin pemimpin yang amanah, yang peduli, yang care terhadap persoalan oersoalan yang dihadapi oleh masyarakatnya.

Nah, pertnyaannya, bagaimana caranya supaya hawa nafsu ini bisa berfungsi dengan baik? Bisa produktif?

Nafsu berfungsi dengan baik jika dipandu oleh wahyu.

Alloh ﷻ berfirman...

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

“Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka Sesungguhnya Jannah lah tempat tinggal(nya).” (QS. an-Nazi’at 40-41)

Ini adalah pujian Alloh ﷻ bagi siapa saja yang menundukkan hawa nafsunya karena Alloh ﷻ.

Alloh ﷻ memuliakan mereka dengan surga.

Sementara itu, manusia yang dikuasai oleh hawa nafsunya adalah manusia hina. Dia menjadi bertekuk lutut pada hawa nafsunya, sehingga akalnya tidak mampu untuk mengendalikannya. Bahkan akalnya diperalat untuk menjadi pembenar setiap apa yang diingini hawa nafsunya. Dia tidak berfikir kecuali dengan sudut pandang nafsunya, membenci dan menyenangi juga berdasarkan kecenderungan nafsunya, berbuat dan bertindak pun hanya mengikuti selera hawa nafsunya. Dialah yang dimaksud oleh Alloh ﷻ dalam firman-Nya:

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS. Al-Furqan: 43)

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya

Syukron Ustadz dan Moderator

Dari penjelasan di atas bahwa Allah Subhana Wata'ala memberi pujian kepada siapa saja yang menundukkan hawa nafsunya karena Allah Subhana Wata'ala.

1. Orang yang menundukkan hawa nafsunya seperti apa yang mendapat pujian itu?

2. Bagaimana cara menundukkan hawa nafsu sesuai syaria't?

🌸Jawab:
Bunda Cucu Cudliah dan para bunda yang disayang Alloh ﷻ...

1. Yang perlu kita pahami adalah bahwa menghilangkan hawa nafsu dari dalam diri manusia itu adalah perkara yang mustahil. Sementara menundukkannya atau mengendalikannya atau mengaturnya, adalah sesuatu yang bisa kita lakukan, karena berada di bawah kekuasaan kita.

Nafsu memiliki harta misalnya, berupa rumah, kendaraan, pakaian yang unyu-unyu (apalagi menjelang lebaran bertebaran diskon di mana-mana), tentu sesuatu yang selalu ada dalam diri manusia. Nafsu ini biasanya berbentuk kecintaan terhadap harta yang mendorong manusia melakukan amal. Bisa berupa amalan bekerja di jalan halal, atau amalan korupsi, nilep uang orang, mencuri, main saham, dan seterusnya. Nah, orang orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya sesuai syariat, yakni beramal di jalan yang halal, amanah disertai sabar dalam mencari harta, dengan berdagang, berbisnis, bertani, beternak, dan seterusnya, meski yang didapat tak seberapa misalnya, kemudian mereka tetap bersyukur, mereka tidak meluapkan hawa nafsu ingin memiliki harta dengan menghalalkan segala cara, dengan tak peduli pada aturan Alloh ﷻ, dengan mempraktikkan riba dan hal-hal yang diharamkan demi harta berlimpah, maka orang orang yang menahan atau menundukkan hawa nafsunya sesuai dengan aturan Alloh ﷻ inilah yang Alloh ﷻ janjikan jannah.

2. Ibarat anak kecil yang belum paham aturan yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya (keinginan keinginannya), ingin main sepuasnya tanpa kenal waktu, ingin makan apa saja bahkan makanan makanan yang tidak menyehatkan, ingin memainkan apa saja termasuk benda benda berbahaya, maka tugas kita orang tua adalah memberinya pemahaman, tentang mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang disukai Alloh ﷻ dan mana yang dibenci oleh-Nya, mana yang membawa pada dharar mana yang bermanfaat, dan seterusnya, maka seperti itulah kita harus banyak mengkaji untuk memahami berbagai syariat Alloh ﷻ kemudian berupaya sekuat tenaga menyelaraskan hawa nafsu kita dengan syariar-Nya. Hawa nafsu (keinginan) punya rumah sendiri misalnya, di saat saudara-saudara kita juga teman-teman kita sudah punya rumah masing-masing sementara kita masih jadi 'kontraktor', maka mesti ditundukkan agar sejalan dengan syariat-Nya sehingga tidak terjerumus pada KPR yang di dalamnya ada transaksi ribawi atau akad akad yang tidak syar'i, dan seterusnya.

Hawa nafsu ingin jalan jalan (travelling) ke tempat wisata yang ramai pengunjung di masa pandemi misalnya, harus ditunda dulu karena kita ingin menghindari dharar sebagaimana perintah agama.

Hawa nafsu ingin punya gadget terbaru yang lebih canggih misalnya, kudu ditunda dulu karena budgetnya tidak cukup, mesti nabung dulu misalnya, dan seterusnya. Jadi nafsu nafsu tadi tidak boleh diumbar dengan cara menghalalkan segala cara, mesti ditundukkan oleh aturan aturan Yang Maha Pencipta.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Ofie ~ Bukittinggi
Bunda, cara mengendalikan amarah kecil bagaimana?

🌸Jawab:
Baik, Ukhti Ofie dan para bunda shalihah...

Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan amarah, yakni dengan beristighfar, membaca ta'awudz, menjaga lisan dengan diam (tidak berkata kata), dengan berwudhu, mengubah posisi (misal dari berdiri kemudian duduk, dan seterusnya), dengan banyak berdzikir, dan yang terpenting dengan mengingat kembali tentang keutamaan mengendalikan amarah.

Rasulullah ﷺ bersabda, "Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Alloh ﷻ panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Alloh ﷻ menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki." (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Orang beriman adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, menundukkannya sesuai dengan perintah dan larangan Alloh ﷻ. Orang yang mampu mengontrol hawa nafsunya sejalan dengan wahyu, niscaya akan mampu mengelola dirinya, lingkungannya, bahkan negaranya dengan pengelolaan yang membawa maslahat dan rahmat bagi semua.

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar