Sabtu, 30 April 2022

RAMADHAN BULAN PEMBERSIHAN JIWA MENUJU TAKWA



OLeH: Ustadz Akhyar Al Banjary

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎RAMADHAN BULAN PEMBERSIHAN JIWA MENUJU TAKWA

Bulan Ramadan, yang di dalamnya terdapat ibadah puasa, identik dengan bulan pembersihan jiwa (tazkiyah al-nafs). Puasa Ramadhan menawarkan sebuah kesempatan untuk pensucian diri. Di mana ganjaran pahala diberikan berlipat ganda bahkan sampai tak ada batasnya. Lebih luar biasanya lagi, 2 amalan penghapus dosa yaitu puasa dan sabar terus dijalani selama 1 bulan berturut-turut. 

Takwa sebagai tujuan puasa tidak begitu saja diperoleh, tanpa melalui tahapan perjuangan pengendalian diri (mujahadah al-nafs), perjuangan dengan sungguh-sungguh mengendalikan ego pribadi negatif (nafs al-ammarah bi al-suu’). Takwa terhadap mujahadah bagai kebutuhan formal yang tidak dapat dipisahkan. 

Alloh ﷻ berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh ﷻ, dan carilah wasilah kepada-Nya, dan berjuanglah dengan sungguh-sungguh agar kamu sekalian beruntung,” (QS. Al-Maidah: 35). 

Begitu pentingnya, sehingga Rasulullah ﷺ menyebut sebagai “perang sesungguhnya” (al-jihad al-akbar).

Dengan demikian, mujahadah al- nafs merupakan pintu masuk bagi terselenggaranya tazkiyah al-nafs yang optimal dan maksimal. 

Di dalam tazkiyah al-nafs itu kita diajarkan oleh Nabi ﷺ untuk bersikap lebih utama dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diperintahkan berpuasa, tentunya bukan dalam rangka menahan gejolak syahwat kita pada siang hari belaka, justru dengan demikian kita tidak akan mendapatkan manfaat dari lapar ketika berpuasa itu. Di malam harinya pun penuh dengan amalan-amalan yang juga menjadi bagian dari pensucian jiwa.

Pentingnya pensucian jiwa ini sampai-sampai Alloh ﷻ bersumpah dengan 11 hal hanya untuk menegaskan pentingnya 1 hal, dalam surat As Syams, beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan merugilah orang yang mengotori jiwanya.

Puasa Ramadhan adalah salah satu cara yang diajarkan Alloh ﷻ pada orang ber-iman untuk membersihkan jiwanya dari berbagai kotoran dan penyakit. Sementara kotoran yang paling busuk dalam diri manusia adalah kesyirikan.

Selama tidak terkontaminasi dosa syirik orang yang menjalani puasa ramadhan insyaAllah, niscaya akan dibersihkan jiwanya dari berbagai kotoran dan penyakit. Hasil nyata dari puasa ini adalah peningkatan ketaqwaan pada Allah Subhanallahu wa Ta'ala. Beberapa amalan khawasul khawas yang dapat kita contoh selain menahan lapar dan haus antara lain: 

◾Menjaga lidah dari ucapan yang sia sia dan menimbulkan dosa seperti bergurau, bergunjing, mencela dan mengumpat.

◾Mengarahkan lidah untuk banyak membaca ayat Qur’an, berdzikir dan mengucapkan kata-kata nasihat yang menyejukan hati.

◾Menjaga mata dari memandang lawan jenis dan hal lain yang dapat membangkitkan syahwat.

◾Mengarahkan mata untuk membaca Al-Qur’an dan kajian ilmu yang mendekatkan diri pada Alloh ﷻ.

◾Menjaga telinga dari mendengarkan ucapan atau suara yang sia-sia, seperti mendengar gunjing dan gosip, mendengar musik hingar bingar dan lain sebagainya.

◾Mengarahkan telinga untuk sering mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an, mendengar nasihat dan pengajian.

◾Memperbanyak ibadah sunah seperti taraweh, tahajud,Istighfar, tasbih dzikir mengingat Alloh ﷻ, mengikuti kajian ilmu agama.

◾Meningkatkan amal sedekah, kegiatan sosial dan amal soleh lainnya.

Jika kita melaksanakan ibadah-ibadah ini dengan tepat dan benar, dan tidak terkontaminasi kesyirikan insyaAllah pada bulan syawal nanti jiwa kita akan bersih selayaknya anak bayi yang baru lahir.

Namun nyatanya tak semudah itu, apalagi bagi mereka yang terkontaminasi kesyirikan, memiliki Tuhan-Tuhan lain dalam dirinya, menjadikan thogut sebagai tandingan Alloh ﷻ. Thogut itu bisa jadi hawa nafsunya. Atau hal lain yang ia gunakan, manfaatkan yang ternyata hal itu mengambil haknya Alloh ﷻ. Seperti untuk perlindungan, kesembuhan, rezeki, jodoh, dan lain-lain. Bisa jadi jimat-jimat yang ada di rumahnya, atau bisa jadi dukun yang pernah didatanginya.

Allah Ta’ala berfirman :

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS. Al-Furqaan: 43)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُون

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”[6]

Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.

Alloh ﷻ memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh ﷻ, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur: 31).

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Alloh ﷻ”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.

Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Mengapa banyak orang menjalani Ramadhan dengan baik, mengisi dengan ibadah dan shalat berjamaah. Namun selesai Ramadhan selesai pula ketaatannya. Jawabannya, karena ibadah yang ia lakukan tidak mampu mensucikan jiwanya, sehingga ia tidak merasakan manisnya, indahnya taat kepada Alloh ﷻ. Dan predikat taqwa pun tak melekat pada dirinya.

Jika kita perhatikan, sejatinya iman, Islam, dan ketaatan kepada Alloh ﷻ adalah sebuah kenikmatan. Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah bisa dirasakan kenikmatannya, diantaranya firman Alloh ﷻ ketika menceritakan salah satu kenikmatan yang Alloh ﷻ berikan kepada para sahabat,

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

"Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah ﷺ. kalau ia menuruti kemauan kalian dalam beberapa urusan benar-benarlah kalian mendapat kesusahan, tetapi Alloh ﷻ menjadikan kalian ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian." (QS. Al-Hujurat: 7).

Atas petunjuk Allah ta’ala, Alloh ﷻ jadikan para sahabat manusia yang bisa menikmati lezatnya iman, bahkan Alloh ﷻ jadikan iman itu sesuatu yang indah pada hati para sahabat. Sehingga kecintaan mereka kepada kebaikan, mengalahkan segalanya.

Kemudian dalam hadis dari Abbas bin Abdul Mutahalib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

“Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Alloh ﷻ sebagai Rabnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai rasulnya.” (HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya).

Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tiga kriteria:

Orang yang mentauhidkan Alloh ﷻ dengan sepenuhnya, sebagai bukti dia ridha Alloh ﷻ sebagai Rabnya,
kemudian dia menjadikan syariat Islam sebagai aturan hidupnya, sebagai bukti dia ridha bahwa Islam sebagai agamanya
dan dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hidupnya orang yang memiliki 3 kriteria ini akan merasakan lezatnya iman dan memghasilkan sifat takwa dalam kehidupannya.

Dalam hadis lain, yang mungkin hadis ini sering kita dengar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya iman: Alloh ﷻ dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai seseorang hanya karena Alloh ﷻ, dan dia sangat benci untuk kembali kepada kekufuran, sebagaimana dia benci untuk dilempar ke neraka.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya).

Semua dalil di atas menunjukkan betapa iman, islam, dan segala turunannya, merupakan kenikmatan dan bisa dirasakan lezatnya.

Sejatinya kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Seperti yang kita pahami, hampir semua orang yang mengalami sakit, dia akan susah makan, dan semua terasa pahit. Selezat apapun jenis makanan yang diberikan, orang sakit akan merasakannya sebagai sesuatu yang pahit. Soto pahit, sate pahit, bahkan sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia sedang sakit.

Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun nutrisi yang diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya. Dengan ini kita bisa menemukan jawaban, mengapa banyak orang tidak merasakan nikmatnya iman? Karena kebanyakan manusia, hati dan jiwanya sedang sakit.

Jamaah yang berbahagia.

Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus berusaha mengobati penyakit itu. Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya kita tidak bisa merasakan nikmatnya nutrisi dan makanan. Hati sakit yang dibiarkan, selamanya akan sulit untuk menikmati lezatnya iman dan sulit untuk menjadi orang yang bertakwa meskipun sudah berkali-kali berjumpa pada bulan Ramadhan. Diantara penyakit hati yang perlu dibersihkan yang pertama dan utama adalah kesyirikan. Dosa-dosa syirik yang pernah kita lakukan, atau dosa besar lainnya yang tidak akan rontok hanya dengan istighfar, seperti zina dan riba. Maka, jika kita pernah terkontaminasi dosa ini, lakukanlah taubatan nasuha. 

Wallahu a'lam.

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaykum Ustadz.

Kalau seseorang melaksanakan sholat dhuha agar urusannya dilancarkan dan dimudahkan, bagaimana hukumnya Ustadz?
Mohon pencerahannya, syukron.

🔷Jawab:
Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh.

Untuk pertanyaan satu ini, kalau seseorang melakukan shalat, dengan niat agar urusannya dilancarkan dan dimudahkan, bagaimana hukumnya? Yang perlu kita pahami, disini syarat diterimanya ibadah itu ada dua ya dan ulama sepakat, tidak ada iskal disini, bahwa syarat diterimanya ibadah yang pertama adalah ikhlas, ikhlas itu artinya dia hanya karena Alloh ﷻ, seperti surah al-ikhlas, dia tidak bicara tentang ikhlas, tapi dia bicara tentang Alloh ﷻ, dan ukuran ikhlas dalam syariat itu, apabila dia karena Alloh ﷻ.

Jika dia tidak karena Alloh ﷻ, maka dia tidak ikhlas, sebagaimana kita berpuasa juga atas dasar iman, nanti karena Alloh ﷻ ya. Nah yang kedua adalah ittiba' artinya ibadahnya mencontoh dari Rasulullah shalallahu wassalam. Ada panduannya dalam Al-Quran, maupun hadits ataupun yang disebut, diajarkan oleh para ulama seperti generasi sahabat, kemudian murid-murid para sahabat, yaitu generasi thabiin, kemudian generasi yang berjumpa dengan Nabi.

Tidak apa-apa kita ngikutin ibadah yang ada tuntunan dari mereka atau contoh dari mereka, karena ini ada generasi yang di jamin oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Apabila ada orang beribadah tidak terpenuhi salah satunya, maka hukumnya tidak diterima ibadahnya dan bahkan bisa syirik dan ibadah syirik dalam hal ibadahnya, tidak boleh ibadah, ada cinta rasa dunia atau keinginan-keinginan lain untuk hal dunia atau diniatkan untuk lancar rezekinya, dimudahkan urusannya, ini tidak ada hubungannya.

Karena ibadah itu, untuk memutuskan dunia, maaf karena ibadah itu untuk kesuksesan akhirat, bukan untuk kesuksesan dunia. Jika dengan beribadah dengan salat dhuha, orang akan kaya, urusannya akan mudah lancar, maka orang-orang kafir itu harusnya mereka melarat, urusannya sulitnya. Orang-orang yang tidak salat dhuha, urusannya sulit rumit ternyata tidak. Orang-orang kafir, justru kehidupan mereka mudah lancar di dunia, mereka jadi konglomerat, kenapa? Karena ibadah itu bukan untuk kesuksesan dunia, tapi untuk kesuksesan akhirat.

Adapun kita kemudian ibadah karena Alloh ﷻ, Alloh ﷻ berikan kita sesuatu hal ini untuk dunia, itu reward dari Alloh ﷻ, tanpa harus meniatkan didalamnya. Jadi wajar, apabila kita beribadah yang kita niatkan bukan karena dunia, kita beribadah, kita menahan syahwat, menahan dari maksiat. Itu semua untuk kesuksesan akhirat, bukan untuk dunia.

Sementara orang kafir, mereka tidak peduli dengan ibadah, tidak peduli dengan halal haram, hantam maksiat dikerjakan, tapi mereka akan menderita nanti di akhirat. Maka lurus kan niatnya, hanya karena Alloh ﷻ. adapun yang disebutkan fadhilah ibadah tersebut, tidak perlu kita niatkan, karena seperti halnya anak yang kalau disuruh, dia tidak pamrih, yang disuruh nurut-nurut saja, nanti ketika orang tuanya ada kelebihan harta atau ada rezeki pasti yang ingat dahulu itu adalah anak yang baik, anak yang tadi ikhlas itu yang didahulukan. Begitu pula, ketika Alloh ﷻ mau memberikan manfaat kebaikan dunia, itulah orang-orang yang ikhlas, Alloh ﷻ dahulukan dan kita berharap untuk kesuksesan akhirat utamanya, bukan kesuksesan dunia.

Wallahualam

0️⃣2️⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, bagaimana caranya kita untuk mengobati penyakit tersebut, yang terkadang diri sendiri saja tidak merasa sakit ustadz. Tapi disaat ada yang menasihati, diri ini tidak merasa mengalaminya tadz, itu bagaimana ya tadz? 

🔷Jawab:
Rasulullah ﷺ bersabda:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ 
الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

“Semua penyakit ada obatnya. Apabila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan sembuh dengan izin Alloh ﷻ.”

Maka setiap obat berbeda-beda sesuai jenis penyakitnya, jika salah minta maaf, dendam maafkan. Kita mungkin tidak menyadari apa sebab qolbu kita sakit, namun umumnya kita menyadari ketika kita sulit mendekatkan perintah Alloh ﷻ, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larang-Nya. Maka minta petunjuk kepada Alloh ﷻ. Dengan berdo'a, "Ya Allah jika masalah ku ini (..... Sebutkan....) karena dosa-dosaku, kelalaianku, kedzolimanku maka tolong berilah aku petunjuk, dosa apa yang harus aku taubati."

Menemukan sebab sakitnya, akan mudah kita mengurai penyakit nya dan menentukan terapi yang tepat. Jika gangguan jin atau sihir maka lakukan ruqyah dengan al Qur'an yang juga Alloh ﷻ sebutkan sebagai penyembuh dan rahmat. 

Wallahu a'lam.

0️⃣3️⃣ Aisyah ~ Cikampek 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Masyaallah tabarakallah tadz materinya, bikin merenung.

Jadi tadz kalau kita beribadah belum bisa khusuk berarti masih ada penyakit ya tadz?
Kadang sebagian orang tuh sulit mendetek, kenapa dan apa alasan susah khusuk atau sekedar mengingat dan merenungkan kesalahan apa yang telah kita berbuat.

Bagaimana ya tadz agar kita bisa langsung sadar, ada yang harus kita perbaiki dalam ibadah kita agar bisa khusuk?

🔷Jawab:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Mengenai ibadah yang tidak khusyuk ya memang, sholat terutama, memang setan mengganggu orang yang sholat ya. Mengganggu agar tidak khusyuk sholatnya. Maka di antara gangguan setan itu, membuat orang agar dia ingat hal-hal lain dalam sholatnya. Agar dia ingat ini, itu. Ingat kata Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, ketika seorang sholat, maka setan akan datang kepadanya dan mengatakan ingat ini, ingat itu sampai-sampai orang itu lupa jumlah rakaat sholatnya.

Maka untuk mengatasi hal seperti ini, kita senantiasa menyadari, ketika kita khusyuk kembali lagi kepada Alloh ﷻ kembali. Niatkan sholat kita hanya karena Alloh ﷻ. Kembali mengingat Alloh ﷻ. Kemudian apabila lupa jumlah rakaat, maka kita lakukan sujud sahwi. Adapun gangguan setan yang membuat setan itu menumpang di tubuh manusia atau menyusut dalam hati manusia, ini lebih berat lagi ya, bukan hanya tidak sholat khusyuk ya.

Bukan hanya shalatnya tidak khusyuk, bisa jadi ketika dia sholat pusing, matanya seperti sakit, apalagi ketika dia rukuk dan sujud, dia mengantuk saat shalat, dia ngantuk saat baca Al-Qur'an, tertidur saat membaca Al-Qur'an, mengerjakan salah gerakan sholat ya. Dan gangguan-gangguan ketika dia sholat. Maka hal seperti ini perlu untuk di ruqyah ya, perlu diterapi rukiah. Dan bila dirukiah, tidak kunjung sembuh, bisa jadi ada sebab hal-hal yang membuat al-Quran tidak mujarab. Tidak mujarab untuk menghilangkan gangguan setan, dalam tubuhnya, maka ini telusuri apa sebabnya ya.

Mungkin ada dosa-dosa, maka minta petunjuk kepada Alloh ﷻ, Ya Allah jika gangguanku, penyakitku ini, yang tidak khusyuknya, tidak bisanya aku merasakan nikmatnya dalam ibadahku karena dosa-dosaku, berilah aku petunjuk, dosa mana yang harus aku tobati? Ketika Alloh ﷻ ingatkan kita dengan dosa itu, maka segera taubati.

Taubatan nasuha yang terpenuhi syaratnya, yang pertama, syarat terpenuhinya taubat adalah pengakuan. Akui dosa-dosa itu di hadapan Alloh ﷻ di waktu yang mustajab terutama, kemudian yang kedua, hadirkan penyesalan dengan hati yang sedih dan air mata yang mengalir. Syarat yang ketiga, bertekad tidak akan mengulanginya lagi dan kata para ulama belum mensucikan jiwanya jika dia tidak untuk taat.

Jadi konsekuensinya orang bertaubat, dia harus taat, ya. Maka, insyaallah setelah dia melakukan rukiah, setan akan langsung Alloh ﷻ pisahkan dari dalam dirinya. Sholatnya lebih khusyuk, ya, tidak sering lupa rakaat salat, tidak sakit ketika dia shalat, tidak malas-malasan lagi ya. Nah ini salah satu yang di sampaikan dan satu hal lagi yang penting ya ibu-ibu, bagi seorang istri, perhatikan ya, setan kadang, ketika dia tidak bisa menghalang-halangi seseorang untuk beribadah, maka dia akan mendorong orang agar beribadah, beribadah yang membuat dia terlena dengan ibadahnya, tapi dia dibuat lalai, dari sisi yang lainnya. 

Yang bahkan membuat ibadahnya tidak diterima oleh Alloh ﷻ, yang membuat seorang beribadah merasakan nikmatnya ibadah, nikmatnya iman. Karena apa? ibadah yang tidak diterima. Dan ini dialami oleh para istri ya. Mereka hebat ibadahnya, dzikirnya, bahkan bercadar. Namun di sisi lain, dia membangkang dengan suaminya. Ya, tidak taat kepada suaminya. Maka di antara ibadah yang tidak diterima oleh Alloh ﷻ adalah seorang istri yang sholat, dalam keadaan suaminya marah kepadanya. Dalam keadaan suaminya tidak ridho kepadanya.

Maka pastikan ya, seorang istri, jadilah istri yang taat dan amalan seorang wanita untuk menuju surga Alloh ﷻ itu mudah, kata Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, "seorang wanita itu, apabila dia sholat lima waktu yang wajib saja, puasa di bulan Ramadan, yang menjaga kehormatan dan dia taat kepada suaminya, maka dia akan dipanggil dari seluruh pintu-pintu surga, masuklah engkau ke dalam surga melalui pintu mana saja yang kau kehendaki dan sebaliknya, apabila ibadahnya yang tidak disebut di awal salatnya, puasanya, menutup auratnya, meskipun luar biasa, tapi kalau dia tidak taat kepada suaminya, dan taat dalam hal yang baik ya, apalagi itu berhubungan dengan kewajiban kepada Alloh ﷻ, maka apabila dia tidak menaatinya, sia-sia ibadahnya, tidak khusyuk ya, tidak akan merasakan manisnya, nikmatnya iman.

Maka perhatikan para wanita ya dan pilihlah laki-laki yang baik agama dan akhlaknya ketika anda ingin menikah. Agar tidak begitu berat menjadi seorang istri untuk taat kepada perintah-Nya.

Wallahualam.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Akhir penyampaian yang perlu kita pahami bahwa, wasilah untuk menuju takwa itu bukan hanya puasa ya, banyak sekali dalam ayat-ayat lainnya. Alloh ﷻ menyebutkan beberapa ibadah wasilah, yang bisa menjadi menuntun seorang untuk menjadi pribadi yang takwa. Namun puasa adalah wasilah yang sangat strategis bagi kita, untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Alloh ﷻ.

Karena orang yang bertakwa itu, bukan hanya orang yang melaksanakan perintah-Nya saja dan menjauhi larangan-Nya atau ibadah saja. Namun sifat-sifat orang yang bertakwa itu Alloh ﷻ sebutkan dalam surah Al-Imran ya. Di mana Alloh ﷻ mengatakan di antara sifat orang bertakwa, yang menjadi penghuni surga adalah yang pertama,

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ  

 ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ

"yaitu orang yang senantiasa berbagi, baik waktu lapangnya maupun waktu sempitnya."

Jadi orang-orang yang bertakwa itu dia tidak hanya waktu lapang saja. Sebagaimana ada orang berdoa, Ya Allah lapangkanlah rezeki ku, agar aku dapat berbagi, agar aku dapat bersedekah. ada orang yang mengatakan mudah-mudahan ada rezeki lebih, nanti aku bisa berbagi.

Tidak, itu orang yang bertakwa, dia tidak menunggu rezeki lebih. Dia tidak juga pamrih, ketika berbagi ya. Sebagaimana sebagian orang ada yang ingin bersedekah berbagi, karena dia ingin mengharapkan balasan yang lebih dari Alloh ﷻ. Dan itu bukan sifat orang yang bertakwa yang diinginkan Alloh ﷻ. Sifat orang bertakwa dia tetap berbagi baik waktu lapang maupun sempit dan niatnya hanya karena Alloh ﷻ. 

Yang kedua, sifat orang bertakwa Alloh ﷻ menyebutkan وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ
senantiasa menahan amarah, dua sifat ini sangat mudah untuk kita usahakan selama kita puasa dan di bulan Ramadhan kita berpuasa bersama-sama, sehingga meneguhkan hati kita, untuk puasa ini lebih mudah. Karena dilakukan bersama-sama dengan kaum muslimin. Ya, sifat yang kedua yaitu وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ senantiasa menahan amarah. 

Dan sifat yang ketiga Alloh ﷻ sebutkan,

وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ

Maafkan manusia yang bersalah kepadanya. Di mana kita berpuasa, ini dianjurkan untuk menahan amarah yang ketika kita diganggu, kita disuruh oleh Rasul mengatakan bahwa aku sedang berpuasa. 

Kita diajarkan untuk saling memaafkan, ya, di bulan Ramadhan ini dianjurkan untuk menjadi pribadi pemaaf. Orang berpuasa dia tidak mudah marah, tidak mudah mendendam ya, maka di bulan ini sangat strategis sekali, dengan kita dalam keadaan berpuasa. Untuk mencapai sifat-sifat ini. Dan kemudian Alloh ﷻ mengatakan, 

وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Alloh ﷻ mencintai orang-orang yang berbuat ihsan. Orang yang berbuat ihsan ini, ihsan kepada Alloh ﷻ, ihsan kepada hamba Alloh ﷻ, bukan hanya saleh secara pribadi, tapi juga saleh secara sosial, di mana kita dalam beribadah kepada Alloh ﷻ. Sifat ihsan yang Alloh ﷻ sebutkan, Rasulullah ketika ditanya oleh malaikat Jibril, yaitu dia yang beribadah, dia meyakini seolah dia melihat Alloh ﷻ di hadapannya dan kalau dia tidak bisa melihat, dia meyakini bahwa Alloh ﷻ itu ada di hadapannya.

Kemudian ihsan kepada manusia, kita tidak hanya berbuat baik kepada manusia yang baik kepada kita, bahkan kita berbuat baik kepada manusia yang juga menyakiti kita. Ya selain kita tidak marah, kita memaafkan, kita bahkan berbuat baik kepadanya.

Ini adalah sifat ihsan yang membuat Alloh ﷻ cinta kepada seorang hamba. Dan dalam ayat selanjutnya Alloh ﷻ mengatakan,

 وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ

"Yaitu orang-orang yang apabila dia berbuat keji dan menzalimi diri mereka sendiri. Mereka ingat kepada Alloh ﷻ, kemudian mereka bertaubat atas dosa-dosanya itu." 

Maka di sini orang yang menjadi penghuni surga, orang-orang yang bertakwa, bukan orang yang tidak pernah berbuat dosa. Mereka orang yang pernah berbuat dosa, namun mereka segera ingat kepada Alloh ﷻ dan langsung bertobat ketika dia ingat kepada Alloh ﷻ. Demikian. Wallahu a'lam

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar