Senin, 29 Juli 2019

DON'Y CRY, ALLOH BE WITH US



OLeH: Ibu Irnawiati Syamsuir Koto

          💘M a T e R i💘

Sahabat-sahabat ku....

Manusia adalah sebuah entitas dan makhluk multi dimensional. Salah satu dimensi eksistensialnya adalah dimensi afeksi dan perasaan. Dengan dimensi ini manusia terkadang merasakan kegembiraan dan keceriaan. Terkadang terkejut dan takut. Terkadang juga lantaran beberapa faktor, dirundung kesedihan dan kepiluan.

Sedih dan pilu merupakan sebuah kondisi yang terdapat pada seluruh manusia. Setiap orang merasakan kesedihan dan kepiluan sepanjang hidupnya. Sebagian orang dengan peristiwa sekecil apa pun atau kehilangan sesuatu akan dirundung kesedihan dan kepedihan. Sebagian lainnya mampu menahan kesedihan dan kepedihannya. Sebagian lainnya berada pada tataran untuk memenuhi tujuan-tujuan transendental kemanusiaan.

Sedih dan pilu adalah sebuah kondisi yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Setiap manusia sepanjang hidupnya berulang-ulang merasakannya.

Kehidupan ini tak selamanya indah. Senang dan duka datang silih berganti. Hal ini semakin memantapkan hati untuk menilai kehidupan dunia ini adalah semu. Kebahagiaannya semu. Kesedihannya semu.

Kehidupan ini tak selamanya indah. Senang dan duka datang silih berganti. Hal ini semakin memantapkan hati untuk menilai kehidupan dunia ini adalah semu. Kebahagiaannya semu. Kesedihannya semu.

Allah yang menciptakan kebahagiaan dan kesedihan agar manusia menyadari nikmatnya kebahagiaan, sehingga ia bersyukur dan berbagi. Dan sempitnya Kesedihan diciptakan agar ia tunduk bersimpuh di hadapan Tuhan yang maha rahmat dan mengasihi, serta tidak menyombongkan diri. Hinggalah ia mengadu harap di hadapan Allah. Merendah merengek di hadapan Allah. Bersimpuh pasrah kepada Tuhan yang maha penyayang. Seperti aduannya Nabi Ya’qub saat lama berpisah dengan putra tercinta; Yusuf ‘alaihimas sasalam

إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ

“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan penderitaan dan kesedihanku.” (QS. Yusuf: 86).

Setiap manusia pasti mempunyai masalah. Sering kali kita dihadapkan dengan ujian hidup. Ada yang begitu berat untuk dihadapi, ada pula yang begitu ringan untuk diselesaikan. Tapi satu hal yang perlu kita sadari, setiap manusia pasti mendapatkan ujian.

Semua orang menghadapi masalahnya masing-masing. Ada yang diuji dengan sakitnya , diuji dengan kesempitan hidup. Cobaan hidup yang beruntun, kehilangan pekerjaan, rezeki seret, dizalimi orang, terlilit hutang. Bahkan tidak jarang pula diuji dengan harta, kekayaan dan jabatannya. Yang membedakan antara satu dengan yang lain adalah cara menghadapinya, seberapa cerdas menyikapinya, seberapa siap menghadapinya, dan seberapa bijak menyelesaikannya.

Tapi tenanglah, tegarlah, tentramkanlah hati karena Allah bersama kita. Karena di balik semua ujian yang ada, Allah berjanji tidak akan pernah memberikan ujian kepada kita dengan melampaui batas kemampuan dari umatnya, yang diabadikan dalam Al Qur'an surah Al Baqarah ayat 286.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Dalam ayat lainnya Allah juga berjanji bahwa bersama kesulitan ada kemudahan, “innama‘al ‘usri yusro…”

Sesungguhnya bersama dengan kesulitan, ada kemudahan. Ma’al, bukan ba‘dal. Bersama, bukan sesudah.

Dan sangat tercela adalah saat seorang larut dalam sedihnya. Hingga membuat hatinya lemah, tekadnya meredup, rasa optimisnya menghilang, kesedihan yang menghancurkan harapan. Sampai membuatnya tidak mau bergerak, tidak ada ikhtiyar untuk mengubah keadaannya untuk menjadi insan yang bahagia.

Yang tercela kesedihan yang membuatnya lemah untuk meraih ridha Allah, bahkan membawanya pada keputusasaan dan membenci takdir Allah. Karena seringkali setan memanfaatkan kesedihan untuk menjerumuskan manusia. Betapa banyak orang-orang yang tergelincir dari jalan Allah karena larut dalam kesedihan. Oleh karenanya, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam senantiasa berlindung dari rasa sedih. Di antara doa yang sering dipanjatkan Nabi adalah,

اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ..

Allahumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazani…

“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari gundah gulana dan rasa sedih…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tidak perlu berlama-lama memendam kesedihan dalam hatimu. Banyak yang tak menyadari, ternyata setan senang melihat seorang mukmin bersedih. Ia amat menginginkan kesedihan itu ada pada orang-orang beriman. Allah ‘azzawajalla mengabarkan dalam firmanNya,

إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu hanyalah dorongan dari setan. Supaya menjadikan hati orang-orang beriman sedih. Padahal pembicaraan rahasia untuk menggunjing tidak akan merugikan orang-orang beriman sedikitpun, kecuali dengan kehendak Allah. Hanya kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.” (QS. Al-Mujadilah: 10).

Ternyata bila kita amati, kata-kata sedih dalam Al-Qurán tidaklah datang kecuali dalam konteks larangan atau kalimat negatif (peniadaan). Sebagaimana yang dijelaskan Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam bukunya Madaarijus Saalikiin.

Dalam konteks larangan, misalnya adalah firman Allah ‘azza wa jalla,

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139).
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ

“Dan janganlah kamu berduka cita terhadap mereka.” (QS. An-Nahl: 127).

Beberapa ayat juga berbunyi senada.

Kemudian firman Allah ta’ala,

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At-Taubah: 40)

Adapun dalam konteks kalimat negatif (peniadaan) misalnya firman Allah ta’ala,

لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Mereka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 38)

🌸🔷🌸
Apa rahasia dari semua ini? Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan,

وسر ذلك أن الحزن موقف غير مسير، ولا مصلحة فيه للقلب، وأحب شيء إلى الشيطان :أن يحزن العبد ليقطعه عن سيره ويوقفه عن سلوكه، قال الله تعالى : {إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا }

Rahasianya adalah, karena kesedihan adalah keadaan yang tidak menyenangkan, tidak ada maslahat bagi hati. Suatu hal yang paling disenangi setan adalah, membuat sedih hati seorang hamba. Hingga menghentikannya dari rutinitas amalnya dan menahannya dari kebiasaan baiknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا

“Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita.” ([QS. Al-Mujadalah: 10]. Madaarijus Saalikiin hal: 1285).

Yang kita perlukan sekarang adalah melatih perasaan itu. Melatih perasaan bahwa ada Allah yang selalu mengawasi kita, ada Allah yang senantiasa memberikan pertolongan bagi hamba-hambaNya yang bersabar. Perasaan itulah yang perlu kita hadirkan saat masalah datang kepada kita. Sesungguhnya Allah bersama kita. La Tahzan, Innallaha Ma’ana.

Bersyukurlah anda atas nikmat Islam. Karena Islam adalah agama yang menginginkan anda untuk senantiasa bahagia. Allah ‘azza wa jalla. Sang Pembuat Syariat ini tak ingin melihat hamba-Nya bersedih hati. Oleh karenanya, Islam diturunkan untuk membawa kebahagiaan bagi segenap makhluk, bukan untuk menyusahkan. Dalam surat Thaha Allah berfirman,

مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ

“Kami tidaklah menurunkan Al Quran ini kepadamu untuk membuatmu susah.” (QS. Thaha: 2).

Artinya, Islam diturunkan untuk membuatmu bahagia.

Bahkan, saat seorang jauh dari Islam, saat Itulah kesedihan hakiki akan menghampirinya, dia memang pantas untuk mendapat kesedihan,

Bila kita perhatikan sebuah hadis Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, maka kita bisa memyimpulkan sebuah kesimpulan yang indah. Di mana Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah bersabda,

إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى رَجُلَانِ دُونَ الْآخَرِ حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ أَجْلَ أَنْ يُحْزِنَهُ

“Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbicara atau berbisik bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bercampur dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.” (HR. Bukhori no. 6290 dan Muslim no. 2184).

Sekedar berbisik bila membuat saudaranya sedih saja dilarang. Ini menunjukkan bahwa Islam begitu menjaga perasaan penganutnya dan amat menginginkan kebahagiaan dalam hati setiap insan. Bahkan Allah senang melihat tanda-tanda bahagia, itu tampak dalam diri kita.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

"Sesungguhnya Allah senang melihat bekas nikmat-Nya pada seorang hamba.” (HR. Tirmidzi dan An Nasai).

Maka betapa indahnya Islam, agama yang mencintai kebahagiaan pada dirimu, dan mengenyahkanmu dari duka cita, di dunia dan di akhirat. Wahai saudaraku usirlah kesedihan dari hatimu. Jangan biarkan setan memanfaatkannya. Karena setan selalu mengintai setiap gerak-gerik kita. Sebagaimana Rasulullah kabarkan,

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَيْءٍ مِنْ شَأْنِهِ، حَتَّى يَحْضُرَهُ عِنْدَ طَعَامِهِ

“Sesungguhnya setan mendatangi kalian dalam setiap keadaan kalian. Sampai setan ikut hadir di makanan kalian.” (HR. Muslim).

Sedih  dan bahagia akan tetap sama kita rasakan, bila hati tahu caranya berserah diri hanya pada Allah, bila kita tahu caranya bersikap sabar, dan bila kita tahu caranya berikhlas hati dengan terus berprasangka baik kepada-Nya.

Sebab dengan demikian, kita akan sadar bahwa rasa sedih yang ada hanyalah sementara, dan pastinya Allah telah menyiapkan gantinya dengan begitu sempurna.

Terakhir sebagai penutup saya ingin katakan, “ANDA SEORANG MUSLIM? BERBAHAGIALAH!”

Wallahu  a’lam

Wassalamu'alaikum

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Nuring ~ Aceh
Assalamu'alaykuum warahmatullahi wabarakaatuh mams

Jadi begini, ketika seseorag punya masalah dalam hidupnya itu hal yang paling sering di lakukan adalah menangis, bahkan tangisan itu bisa berlanjut berhari-hari, sampai pada suatu waktu memang akhirnya terhenti karena yakin permasahan itu akan slsai atas pertolongan dari Allah.

Bagaimana cara mengendalikan dari dari rasa sedih yang berlarut-larut, apakah ada tips nya?
Atau bahkan punya triknya?

🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam,

Islam membolehkan untuk bersedih, namun melarang sedih yang berlarut larut, jika kita sedih berlarut-larut berarti kita tidak bisa merasakan bahwa Allah itu dekat dengan kita, Allah itu peduli dengan.

Maka sadarilah bahwa Allah itu dekat dan ada bersama kita, memperhatikan segala gerak-gerik kita dan tahu lahir batin kita, Allah tahu siapa yang akan diuji dan siapa yang akan dibiarkan. 

Ujian Allah adalah tanda bahwa Allah masih peduli dan tak membiarkan kita,  dan Allah yakin bahwa kita mampu menjalaninya. 

Cara agar tak larut dalam kesedihan adalah hadirkan Allah didalam hidup kita, dzikrullah dan do'a adalah sarana bagi kita untuk mengingat Allah. 

Jangan biarkan sedih yang berlarut karena disana ada setan yang akan membawa kita pada penyesalan penyesalan dan menyalahkan Allah terhadap takdir yang kita jalani. 

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Rahmah ~ Cisalak
Bismillah
Assalamu'alaykum wr.wb.

Setelah membaca taushiyyah ustadzah. SEDIH DAN BAHAGIA AKAN TETAP KITA RASAKAN itu di dunia ya ustadzah? 

Sepertinya untuk perbandingan sedih dan bahagia itu belum seimbang, kalau hidup di dunia yang kita rasakan lebih banyak susahnya dari pada senangnya. Yang penting Laa tahzan. Jadi berapa % perbandingan antara susah dan senang hidup di dunia?

Yang menyenangkan...% dan juga yang menyusahkan...%. Agar kita bisa menjalankan hidup didunia ini dengan syukur ikhlas,sabar dan tabah. Afwan.
Wassalam.

🔷Jawab:
Kita tidak bisa menakar dengan logika kita apa yang akan Allah berikan,  Allah lah Maha Tahu berapa kesanggupan kita dan berapa ujian yang akan Allah berikan, satu hal yang wajib kita sadari adalah ujian dari Allah tak melulu kesedihan, kesusahan, kegundahan dan kegalauan, sejatinya kesenangan,  kebahagiaan dan banyaknya harta benda adalah ujian, dan ini ujian terberat bagi manusia yang mempunyai hawa nafsu. 

Jadi perbaiki saja aqidah dan perkuat iman, jadilah umat yang bertakwa maka kita akan ikhlas dan penuh syukur. 

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Nurzakiyah ~ Jaktim
Assalamualaikum warahmatullah

Bagaimana cara kita keluar dari kesedihan atau penyesalan yang berlarut sedangkan kita sudah berdoa dan mengadu setelah shola, tapi rasanya hati masih terasa sedih dan gelisah... 
Seperti masih ada yang mengajal?
Afwan

🔷Jawab:
Wa'alaikumsalam,

Berarti kita belum mampu meyakini bahwa takdir Allah itu adalah yang terbaik untuk kita,  doa, dzikir, sholat itu adalah sarana, dan yang akan menghilangkannya adalah Allah, hanya Allah yang berhak untuk menghilangkan sedih,  sakit dan hal-hal negatif yang kita rasakan. 
Kita tak berhak menekan Allah bahwa kesedihan itu wajib Allah akhiri dengan segera. 

Siapalah kita? 

Doa nabi saja hanya Allah yang Maha Tahu kapan akan dikabulkan. 

Lakukan saja doa dan dzikir penuh pengharapan setelahnya bertawaqallah. 

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Ranie ~ Serbuk
Bun, bagaimana menghadirkan sabar agar tidak larut dalam kesedihan, dan melatih perasaan biar ikhlas menerima ujian yang diberikan Allah (karena sebenarnya kita tahu, bahwa semua milik Allah akan kembali pada Allah, tapI tetap saja sedih).

🔷Jawab:
Jawabannya bisa dilihat dari pertanyaan 1-4 ya...  Insyaa Allah akan paham. 

0⃣5⃣ Han ~ Gresik
1. Bu, bagaimana jika kebahagiaan dan kesedihan hadir secara bersamaan?
Disatu sisi kita bersyukur karena bahagia dan disatu sisi kita berprasangka buruk (menyalahkan-Nya) karena kesedihan atau musibah yang menimpa!

2. Bagaimana menyikapi kalau ternyata pasangannya disayangi orang lain?
Apakah bersedih ataukah harus bahagia?

🔷Jawab:
1. Itulah ujian yang Allah datangkan, dan Allah berhak 100% untuk melakukan apa saja kepada hamba-Nya.

Yakin dan percayalah bahwa Ujian dari Allah itu akan datang menyapa kita kapan saja dan dimana saja, hanya Allah yang tahu apa yang terbaik, sedih kah atau bahagia bahkan keduanya sekaligus. Jadi aqidah yang lurus akan membawa kita kepada keimanan serta akan membentuk kita menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah Azza Wajalla.

2. Seharusnya kita bahagia, tapi terkadang kita tak mampu untuk menerimanya.

Obati aja ketidak mampuan kita itu dengan dzikrullah. 

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Lisa ~ Malang
Bundaaa.. Kali pas sediiiiihhh buangeeeeettt itu keingat pas disakiti, didzolimi, dikhianati dan di di yang lain, asalnya sudah berusaha memaafkan, jadi hilang keinginan memaafkan, malah takut mendoakan buruk, Bunda.
Apa yang harus Saya lakukan?

🔷Jawab:
Ini adalah kerjaan setan moms, setan akan terus menjadikan jiwa jiwa kita tak tenang dan mengingat-ingat lagi kesalahan orang lain, hal kecil akan dibuat besar dan hal besar seakan dibuat lebih besar dari langit dan bumi hingga kita tak bisa memikul semua it.

Karena itu moms mohon perlindunganlah kepada Allah dari gangguan setan, dan berserah dirilah kepada Allah, dan perbanyak ta'awudz dan tilawah.

Wallahu a'lam

🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Sahabatku... 

Dekatkan hati kepada Alloh ﷻ, maka jiwa akan terbebas dari kesedihan.
Pahami takdir maka jiwa akan tentram.

Jadilah muslim yang bertaqwa maka kita akan terlindungi dari keputusasaan.
Bersedih yang berlanjutan hanya akan membawa kita kepada keputusasan dan su'udzan kepada Ilahi Rabbi.

"Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS.Ali ‘Imran:139)

Rasulullah ﷺ pun berdoa untuk agar terhindar dari kesedihan,

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran; Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur. Tiada Tuhan kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud)

Wallahu a'lam bishowab.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar