Senin, 29 Juli 2019

TIPU DAYA DUNIA



OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto

         💎M a T e R i💎

Sholehah ....

💎DUNIA MEMANG MANIS

Dia indah dan enak jika bisa mendapatkannya. Meski manis, tapi tidak selamanya dunia itu membuat si empunya senang. Lebih dari itu, dunia bisa jadi jalan untuk mendatangkan penderitaan bagi siapa saja yang bermain dengannya tapi melepaskan pegangan terhadap tali syariat Allah Ta’ala.

Apakah dunia ini punya nilai sholehah? Tapi seberapa besar nilai dunia dalam pandangan iman seorang Muslim? Dalam sebuah hadis, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk air pun.” (HR. At-Tirmidzi no. 2320, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani  dalam Ash-Shahihah no. 686)

Dari  hadis di atas bisa dipetik pelajaran bahwa dunia ini sebenarnya tak bernilai sama sekali walau hanya nilainya menyamai sebelah sayap seekor nyamuk. Tapi mengapa masih banyak di antara kita yang terlena dalam mencari dunia?

Tak sedikit di antara kita, hanya demi dunia siang jadi malam, dan malam pun jadi siang sehingga lupa beribadah dan munajat kepada Allah Ta’ala. Tahu-tahu ajal sudah mau menjemput. Astaghfirullah.

Jangan terbuai dengan rumah dan mobil mewah yang dimiliki. Jangan tertipu dengan banyaknya uang yang di tangan, jabatan dan gelar yang tinggi. Jangan tertipu dengan berlimpahnya harta, pakaian bagus dan perhiasan emas yang dimiliki, jangan tertipu dengan tampan atau cantiknya wajah. Jangan tertipu oleh kemilau dunia. Kenapa? Karena segala sesuatu yang ada di dunia ini, bahkan dunia itu sendiri akan berakhir. Hanya Allah-lah satu-satunya yang abadi, sebab Dia adalah Sang Maha Pencipta seluruh jagat raya.

Selain Allah, semua akan musnah. Setiap manusia membenci kematian. Padahal kematian itu adalah haq (benar adanya). Meski kematian itu benar adanya, namun kita semua melarikan diri darinya. Lebih sadis lagi, masih ada di antara manusia yang benar-benar tak percaya ada pertemuan dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kelak di alam akhirat.

Banyak di antara manusia yang lisannya berucap bahwa kematian itu benar adanya. Tapi amat disayangkan ucapan lisan itu rupanya tak mampu membingkai hatinya untuk tunduk dan patuh sebenarnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Karena kesibukan dunia, terkadang ketika tiba waktunya shalat, berzakat, dan haji, seolah manusia menjadi tuli dan buta terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wassallam. Ketika tiba waktunya berzakat. Kelakuan manusia yang mengaku-ngaku beriman layaknya orang yang tidak percaya pada kematian, bahkan lari dari kematian.

Inilah pesona dunia, dimana banyak orang siap menghamba untuk mendapatkannya. Pesona pantai yang indah hingga gunung yang sejuk, pesona kereta yang nyaman hingga kapal pesiar yang mewah, pesona rumah yang besar hingga pusat-pusat hiburan keluarga yang bertebaran, pesona layanan kelas satu di restoran mewah hingga menikmati perjalanan kelas satu ke kota-kota indah di dunia ini, pesona memiliki banyak anak hingga pesona dihormati banyak orang, pesona memiliki uang banyak yang siap memiliki apapun yang kita ingini, pesona wanita cantik hingga pesona makanan dan minuman lezat, halal maupun haram, dan masih ada berjuta-juta jenis lagi berbagai pesona dunia lainnya yang siap menghibur para pecinta pesona dunia. Untuk mendapatkan pesona dunia tersebut manusia menghabiskan demikian banyak waktu bekerja keras menumpuk harta untuk mengejar kebahagiaan duniawi.

Pencinta dunia bahkan tidak atau sedikit saja menyisakan waktunya untuk amal akhirat di sela-sela kesibukan kerjanya atau di waktu luangnya dan dikala ia sehat. Mereka bahkan melupakan sholat atau minimal menunda sholat untuk urusan dunia yang lebih jelas terlihat di depan mata mereka. Sebagian bahkan siap korupsi, merampok, mencuri, menganiaya, menipu, memperkosa, membodohi orang lain untuk mendapatkan tiket membeli pesona dunia. Disisi lain, sebagian manusia meluangkan demikian banyak waktunya untuk menikmati pesona dunia, bahkan tanpa mau bekerja dengan keras apalagi beribadah kepada Pemilik Dunia ini.

Merekalah para pemilik harta berlebih yang menggunakannya untuk bersantai dan menikmati fasilitas dunia, termasuk para pemilik waktu yang menggunakannya untuk bermalas-malas di rumahnya yang nyaman, berjudi atau menikmati narkoba, termasuk juga para pemilik kekuasaan yang menggunakan kelebihannya untuk mendengar kekaguman orang lain pada dirinya atau memamerkan pengaruhnya atau fisiknya yang indah.

💎DUNIA YANG MENIPU DAN MELALAIKAN

1. Kehidupan dunia adalah kehidupan yang rendah dan sementara. Allah mengilustrasikannya seperti air hujan yang menyuburkan tumbuhan sampai jangka waktu tertentu dan akhirnya tumbuhan itu menjadi kering. Allah berfirman, ''Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai pula perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan ia laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang berpikir.'' (QS. 10: 24).

2. Kehidupan dunia hanyalah permainan, melalaikan dan kesenangan yang menipu. Firman Allah SWT : ''Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid : 20)

Firman Allah SWT : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran : 14).

Firman Allah SWT : “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainulyaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)." (QS, At-Takatsur: 1-5).

Firman Allah SWT : "Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS. Fathir : 5)

3. Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang kekal. Firman Allah SWT : “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS.  Al-‘Ankabut : 64)

Firman Allah SWT : "Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri dan dia ingat akan Tuhannya, lalu dia shalat. Tetapi kamu (orang yang ingkar) memilih dunia, padahal akhirat itu jauh lebih baik dan lebih kekal." (QS, Al A'laa :14-17)

Dunia Yang Tidak Ada Nilainya Para pecinta dunia hanya berpikir bahwa adalah tak mungkin Tuhan menciptakan dunia yang sangat sempurna, luas dan lengkap ini kalau tidak untuk dinikmati. Bahkan mereka berpikir tak mungkin Tuhan akan menghancurkan dunia ciptaan-Nya sendiri yang demikian menakjubkan ini melalui suatu bencana kiamat.

Pencinta dunia hanya takjub kepada dunia yang luar biasa ini dan tidak pada akhirat karena mereka tidak tahu gambaran mengenai akhirat.

Rasulullah SAW telah menggambarkan betapa kecilnya nilai dunia ini dibanding akhirat dalam beberapa hadits sebagai berikut:

1. "Nilai dunia tidak ada artinya dibanding dengan nilai akhirat. Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia.” (dari Al-Mustaurid ibn Syaddad r.a, Hadits Riwayat Muslim).

Inilah penggambaran luar biasa yang menunjukkan betapa tak ada nilainya dunia ini dibanding keluarbiasaan alam akhirat.

2. Nilai dunia lebih hina bagi Allah dibanding dari nilai bangkai seekor kambing cacat dalam pandangan manusia. Jabir bin Abdullah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berjalan melewati pasar sementara orang-orang berjalan di kanan kiri beliau. Beliau melewati seekor anak kambing yang telinganya kecil dan sudah menjadi bangkai. Beliau lalu mengangkatnya dan memegang telinganya, seraya bersabda : “Siapa diantara kalian yang mau membeli ini dengan satu dirham (saja)?”. Mereka menjawab, “Kami tidak mau membelinya dengan apapun. Apa yang kami bisa perbuat dengannya?” Kemudian beliau SAW bertanya, “Apakah kamu suka ia menjadi milikmu?”. Mereka menjawab, “Demi Allah, seandainya ia hidup ia adalah aib (cacat), ia bertelinga kecil, apalagi setelah ia menjadi bangkai?”. Maka beliau SAW bersabda, “Demi Allah, dunia ini lebih hina bagi Allah daripada bangkai ini dalam pandangan kalian.” (HR.
 Muslim).

Ibarat anak kambing yang cacat dan telah jadi bangkai pula, maka tak seorangpun yang mau memilikinya bahkan memandangnya apalagi menyimpannya; demikianlah Rasulullah SAW menggambarkan bagaimana Allah SWT menilai dunia ini yang diibaratkan lebih rendah dan hina dari bangkai kambing.

3. Dunia tidak ada nilainya di sisi Allah, bahkan seberat sayap nyamuk sekalipun. Sahal Ibn Sa’ad as-Sa’idi ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Seandainya dunia itu ada nilainya disisi Allah bahkan seberat sayap nyamuk sekalipun, tentu Dia tidak akan sudi memberi minum pada orang kafir meskipun seteguk air.” (HR. Tirmidzi, shahih).

Hadits ini juga memberi makna bahwa rezeki dan kebahagiaan dunia juga diberikan Allah pada orang kafir maupun fasik, bahkan sering diberikan lebih banyak dibanding yang Ia berikan kepada orang-orang yang sholeh, ini karena nilai dunia yang sangat tidak ada artinya dibanding akhirat.

Demikian materi kita malam ini sholehah, mari kita renungkan bersama.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Kiki ~ Tanjungpinang
Bagaimana untuk mengontrol hati dan pikiran agar tidak condong ke dunia (menuju menjadi pencinta dunia)?

🌷Jawab:
Pengontrolan yang ampuh adalah dengan mengingat mati,  menyadari bahwa dunia ini akan kita tinggalkan,  mau tidak mau, pasti akan kita tinggalkan,  cepat atau lambat,  sekarang atau nanti kita pasti akan meninggalkannya.

Apa yang akan kita bawa?
Hanyalah amalan, kain kafan saja kita tak bisa beli saat itu, kecuali jika dibeli disaat kita masih sehat.

Kaya harus bagi orang Islam agar bisa beramal yang banyak, orang Islam tidak boleh miskin sejatinya, hanya saja harta benda dijadikan kendaraan untuk akhirat,  bukan dicintai lantas ditumpuk, tapi cintailah harta dengan membawanya kealam kubur dengan cara membelanjakannya dijalan Allah. 

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Neng Ella ~ Palu
Ustadzah bagaimana caranya menyeimbangkan kehidupan antara dunia dan akhirat. Agar kita tidak salah jalan. Apalagi godaannya dunia luar biasa pada saat ini
Kata hal Negatif sepertinya sekarang sudah tidak menjadi tabu lagi.
Bagaimana tips agar kita tidak terjerumus?

🌷Jawab:
Untuk menyeimbangkan dunia dan akhirat,  maka jadikan akhirat tujuan hidup kita, disaat kita mengejar akhirat maka dunia akan ikut serta dengan sendirinya, tapi jika kita mengejar dunia maka akhirat akan tertinggal, layaknya kita membeli tali dan kambing. Jika kita membeli tali, maka kita tak akan mendapatkan kambing, tapi jika kita membeli kambing, kita pasti dapat talinya sekalian. Begitulah jika kita mendahulukan akhirat maka dunia akan ikut, tapi jika sebaliknya,  maka kita hanya akan dapat 1 saja yaitu dunia. 

Agar tak terjerumus,  salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah lingkungan, carilah teman-teman yang baik dan sejalan dengan kita.  Bergaullah bersama orang-orang yang tujuan hidupnya adalah akhirat. 

Bersungguh-sungguhlah didalam belajar ilmu agama tapi berhati hati mengikuti majelis agama agar kita bisa memahami agama dengan baik dan benar.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Bunda Vina ~ Cianjur
Ustadzah bagaimana caranya supaya kita tidak terlena dalam mencari dunia dan tidak tertipu oleh dunia ini yang hanya panggung sandiwara! 

Jazakillah kharyan.

🌷Jawab:
Jawabannya sama dengan pertanyaan dari Neng Ella. Tak ada yang mampu menghalangi kita dari tipuan selain dari ilmu dan iman serta Rahmat Allah,  makanya jangan pernah bosan menimba ilmu agama. 

Dan slalu berdoa kepada Allah agar hati kita hanya tunduk dan patuh kepada Allah, mohon agar kita punya hati yang mencintai Allah. 

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Han ~ Gresik
Bagaimana ya bu, biar dunia yang memperdaya kita ini bisa kita balikkan agar kita bisa memperdaya dunia untuk menggapai rahmat-Nya?

🌷Jawab:
Iman adalah kunci semuanya, iman yang kuat akan membawa kita kepada kezuhudan terhadap dunia, bagaimana iman bisa didapat dan dipertahankan, salah satunya adalah dengan memperdalam ilmu agama, dan memahami serta memaknai Al Qur'an dan hadist. 

Iman akan menjadikan dunia dan isinya menjadi kendaraan kita menggapai rahmat Allah azza wajalla. Tanpa iman yang kuat maka dunia akan masuk ke hati kita dan dia menguasainya,  maka jadilah hati kita hati yang cinta pada dunia dan akan abai pada agama dan akhirat. 

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Han ~ Gresik
Bu, Dunia itu memang menyilaukan. Kenapa banyak sekali yang berlomba-lomba untuk menumpuk harta, kekayaan bahkan juga orang tua pada berlomba menyekolahkan anak-anaknya sampai mendapatkan gelar yang sangat tinggi tapi melupakan pendidikan rohaninya. Bukankan harta, kekayaan, jabatan ataupun gelar tertinggi apapun itu tidak akan di bawa kelak untuk menghadap-Nya. Bagaimana menyikapi yang seperti itu bu?

🌷Jawab:
Karena dunia ini menyilaukan makanya banyak manusia yang tertipu. 

Jika kita telah menyadari hal itu, maka kita harus merubah mindset bahwa dunia ini bukanlah tujuan hingga harus dikejar mati matian, dan sebaliknya yangharus dikejar mati matian itu adalah akhirat,  kenali dan pelajarilah agama dengan baik dan benar, hingga kita punya tameng terhadap silaunya dunia. 

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Yuli ~ Jombang
Assalamualaikum bunda Irna..

Dari materi sudah dijelaskan betapa rendahnya dunia...
Tapi saya pernah membaca atau mendengar bahwa muslim yang kuat secara ekonomi lebih disukai, benarkah demikian?

Bagaimana agar nikmat dunia yang kita miliki bisa menambah nilai kita sebagai hamba Allah?

🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam mba yuli.

Yups tidak salah lagi... 
Muslim itu wajib kaya,  karena jika dia miskin maka agama Islam akan dilecehkan, dan dia tidak punya kesempatan beribadah lebih banyak dengan harta hartanya,  bagaimana dia bisa menolang agamanya jika dia miskin? 

Yang tidak boleh itu adalah mencintai harta benda dunia hingga membuat dia jadi lupa akan tugasnya sebagai hamba yang diciptakan untuk mengibadahi Rabb nya, dia sibuk mencari dunia hingga lalai beribadah, disaat harta semakin banyak dia lupa bahwa didalam hartanya ada hak hak yang harus ditunaikan. Kecinta annya kepada harta telah mematikan hatinya. Ini yang tidak boleh. 

Wallahu a'lam

0⃣7⃣ Yuli ~ Jombang
Dalam salah satu do'a dan Dzikirnya, Rasulullah juga memohon agar terhindar dari kefakiran.
Lalu, bagaimana harusnya seorang muslim menyikapi dunia (materi)?

🌷Jawab:
Yang dituntut adalah menjadi seorang yang dzuhud, yang tidak bermegah megah dan menjauhkan diri dari mencintai dunia dan isinya. Kuasailah dunia jangan dunia yang menguasai kita. 

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Sahabat Muslimah...

Dunia ini hanyalah fatamorgana,  keindahannya akan menyilaukan mata, janji-janjinya membuat kita berusaha mengejar habis-habisan, padahal semua hanyalah kebohongan belaka, tak ada manfaatnya jika kita melupakan tujuan hidup hakiki kita. 

Dunia ini adalah tunggangan bagi kita,  kita yang seharusnya menjadi pengendali,  layaknya seorang sopir, dialah yang mengendalikan tunggangannya, bukan kendaraan yang mengendalikan sopirnya.  Mau dibawa kemana tungganggan kita? 

Kita yang menentukannya, jangan sebaliknya. Dunia tidak boleh mengendalikan kita, tapi kitalah yang harus mengendalikan dunia. 

Demikian saja dari saya.  Mohon maaf atas segala kekurangan. 

Wabillahi taufik walhidayah. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar