Jumat, 25 Januari 2019

SAKINAH, MAWADDAH, WAROHMAH Part-2



OLeH: Ustadz Endang Mulyana

            💎M a T e R i💎

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Bunda fillah semuanya..
Semoga bunda semua dalam kebaikan - kebaikan....

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah, al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita iman dan keyakinan. Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya yang baik, kepada para sahabat piluhan, dan yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan hingga hari kiamat.

In syaa Allah petang ini kita lanjutkan kajian kita dengan madah Sakinah Mawaddah Warahmah
Dan petang ini masih di atmosfir Sakinah..

Karena inti dari keluarga SAMARA ada pada Sakinah nya.
Saya ingin bagian Sakinah ini di fahami oleh bunda fillah semuanya dengan pemahaman lebih dalam dan luas...

Sore ini saya akan menyampaikan karakter keluarga sakinah.....
Silakan di simak dengan seksama...
Bismillah.

🌷🌸🌷
Keluarga sakinah bukan hanya khayalan, namun sesuatu yang nyata dan bisa diwujudkan dalam kehidupan keseharian. Ia memiliki berbagai karakter di antaranya adalah sebagai berikut :

1.Berdiri Diatas Pondasi Keimanan Yang Kokoh

Keluarga sakinah bukan berdiri di ruang hampa, tidak berada di awang-awang. Keluarga sakinah berdiri di atas pondasi keimanan kepada Allah. Sebagai bangsa yang religius kita semua percaya bahwa kebahagiaan hidup berumah tangga tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai keimanan. Suami dan istri yang memiliki keimanan yang kokoh kepada Allah, akan merasakan pengawasan dari-Nya. Mereka akan terjaga dalam kebaikan, terjauhkan dari kejahatan dan keburukan, karena yakin selalu dijaga dan diawasi Allah.

Mereka hidup dalam kesejukan iman, yang membuat suasana spiritualitas dalam keluarga menjadi semakin kuat. Inilah yang akan menjadi pondasi kebahagiaan dan kesuksesan hidup berumah tangga. Iman akan membimbing arah dan tujuan, iman akan memandu visi dan misi kehidupan, iman akan menghantarkan kepada jalan yang lurus dan menjauhkan dari penyimpangan.

Kebahagiaan yang hakiki hanya didapatkan dari keimanan yang benar. Tidak ada kebahagiaan yang landasannya hanya materi atau hanya kesenangan duniawi.

2. Menunaikan Misi Ibadah Dalam Kehidupan

Kehidupan kita tidak hanya untuk bersenang-senang dan bermain-main, namun ada misi ibadah yang harus kita tunaikan. Menikah adalah ibadah, hidup berumah tangga adalah ibadah, interaksi dan komunikasi suami istri adalah ibadah, berhubungan seksual adalah ibadah, mengandung, melahirkan dan menyusui anak adalah ibadah, mendidik anak adalah ibadah, mencari rejeki adalah ibadah, membersihkan rumah adalah ibadah, mandi adalah ibadah, makan adalah ibadah, berbuat baik kepada tetangga adalah ibadah, semua kegiatan hidup kita hendaknya selalu berada dalam motivasi ibadah.

Dengan motivasi ibadah itu maka kehidupan berumah tangga akan selalu lurus, di jalan yang benar, tidak mudah menyimpang. Jika ada penyimpangan segera mudah diluruskan lagi, karena semua telah menyadari ada misi ibadah yang harus ditunaikan dalam kehidupan. Bahwa menikah tidak hanya karena keinginan nafsu kemanusiaan, namun ada misi yang sangat jelas untuk menunaikan ibadah.

3. Mentaati Ajaran Agama

Sebagai insan beriman, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu mentaati ajaran agama. Mengikuti ajaran Allah dan tuntunan Nabi-Nya. Ajaran ini meliputi melaksanakan hal-hal yang diwajibkan atau disunnahkan, ataupun menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan. Semua ajaran agama pasti mengandung maksud untuk mendatangkan kebaikan atau kemaslahatan, dan menghindarkan manusia dari kerusakan.

Misalnya dalam mencari dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, hendaknya selalu sesuai dengan tuntunan agama. Hendaknya kita menghindari mata pencaharian yang haram dan syubhat, menghindari rejeki yang tidak halal dari segi zat maupun asalnya. Kita harus berusaha mendapatkan penghidupan yang halal dan thayib, dengan cara yang halal dan thayib pula.

Demikian pula dalam mengelola rumah tangga, selalu mendasarkan diri pada ajaran agama. Hal-hal yang dilarang agama tidak akan dijumpai di dalam rumah, baik berupa keyakinan, tradisi, sampai kepada peralatan, perhiasan, teknologi, ataupun benda-benda yang digunakan sehari-hari. Semua yang ada dalam rumah hanya yang dibenarkan menurut ajaran agama.

4. Saling Mencintai Dan Menyayangi

Keluarga sakinah memiliki suasana yang penuh cinta dan kasih sayang. Suami dan istri saling mencintai dan saling menyayangi. Untuk itu mereka selalu berusaha untuk melakukan hal terbaik bagi pasangan. Mereka menghindarkan diri dari tindakan atau ucapan yang saling menyakiti, saling mengkhianati, saling melukai, saling mendustai, saling mentelantarkan, saling membiarkan, saling meninggalkan.

Mereka berusaha saling memaafkan kesalahan, saling mendahului meminta maaf, saling membantu pasangan dalam menunaikan tugas dan kewajiban. Karena cinta maka mereka tidak mudah emosi, karena cinta maka mereka tidak mudah marah, karena cinta maka mereka akan selalu setia kepada pasangannya.

5. Saling Menjaga Dan Menguatkan Dalam Kebaikan

Pasangan suami istri saling menjaga dan bahkan selalu berusaha saling menguatkan dalam kebaikan. Dalam kehidupan berumah tangga, seiring dengan bertambahnya usia pernikahan, kadang terjadi penurunan nilai-nilai kebaikan. Suami dan istri menjadi malas melaksanakan ibadah, malas melakukan kebaikan, malas menunaikan kewajiban, sehingga suasana keluarga menjadi kering kerontang dan tidak menyenangkan. Mereka selalu berusaha saling menguatkan dalam kebaikan, sehingga tidak membiarkan terjadinya  suasana kekeringan spiritual dalam kehidupan keluarga.

Semua orang memiliki sisi kelemahan dan kekurangan. Bahkan semua manusia berpeluang melakukan kesalahan dan dosa. Maka pasangan suami istri dalam keluarga sakinah selalu berusaha saling mengingatkan dan menasihati dalam kebenaran. Mereka mengerti cara mengingatkan pasangan, agar tidak menimbulkan salah paham dan kemarahan. Saling mengingatkan dan menasihati antara suami dan istri adalah cara untuk saling menjaga dan menguatkan dalam kebaikan.

6. Saling Memberikan Yang Terbaik Untuk Pasangan

Suami dan istri selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pasangan. Suami dan istri saling memberikan pelayanan terbaik, memberikan penampilan terbaik, memberikan perhatian terbaik, memberikan bantuan terbaik, memberikan kata-kata terbaik, memberikan senyuman terbaik, memberikan sentuhan terbaik, memberikan motivasi terbaik, memberikan inspirasi terbaik, memberikan suasana terbaik, memberikan hadiah terbaik, memberikan waktu terbaik, memberikan komunikasi terbaik, memberikan wajah terbaik untuk pasangan.

Dengan kondisi seperti ini maka suami dan istri akan selalu berada dalam kenyamanan hubungan. Mereka tidak menuntut hak dari pasangannya, namun justru berloimba melaksanakan kewajiban untuk pasangan.

7. Mudah Menyelesaikan Permasalahan

Keluarga sakinah bukan berarti tidak ada permasalahan, bukan berarti tanpa pertengkaran, bukan berarti bebas dari persoalan. Namun, dalam keluarga sakinah berbagai persoalan mudah diselesaikan. Suami dan istri bergandengan tangan saling mengurai persoalan. Mereka bersedia duduk berdua, berbincang berdua, mengurai berbagai keruwetan hidup berumah tangga. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan sepanjang mereka berdua bersedia menyelesaikannya.

Keluarga sakinah menjadikan permasalahan sebagai pemacu semangat untuk melakukan perbaikan. Dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih, mereka akan mudah keluar dari setiap masalah.

8. Membagi Peran Berkeadilan

Suami dan istri dalam keluarga sakinah selalu berusaha untuk melakukan pembagian peran secara berkeadilan. Tidak boleh ada salah satu pihak yang terzalimi atau terbebani secara berlebihan, sementara pihak lainnya tidak peduli. Oleh karena itu, sejak awal hidup berumah tangga, suami dan istri telah menerapkan prinsip keadilan di dalam membagi peran. Ada peran yang sudah ditetapkan oleh ajaran agama, maka tinggal melaksanakannya sesuai ketentuan agama. Namun untuk peran yang tidak diatur oleh agama, maka hendaknya bisa dibagi secara berkeadilan oleh suami dan istri itu sendiri.

Suami dan istri bisa duduk berdua untuk membicarakan peran yang bisa mereka laksanakan dalam kehidupan keseharian. Apa yang menjadi tanggung jawab istri dan apa pula yang menjadi tanggung jawab suami. Dengan cara pembagian seperti ini mereka menjadi merasa nyaman dan lega karena tidak ada pihak yang terbebani atau terzalimi.

9. Kompak Mendidik Anak-Anak

Suami dan istri dalam keluarga sakinah sadar sepenuhnya bahwa mereka harus mencetak generasi yang tangguh, generasi yang unggul, yang akan meneruskan upaya pembangunan peradaban. Anak-anak harus terwarnai dalam nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, sehingga menjadi salih dan salihah. Anak-anak yang memberikan kebanggaan bagi orang tua, masyarakat, bangsa dan negara. Bukan menjadi anak durhaka, yang membangkang terhadap orang tua dan menjauhi tuntunan agama. Bukan anak-anak yang menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Itu semua harus diawali dengan kedua orang tua yang kompak dalam mendidik dan membina anak-anak. Suami dan istri yang kompak dalam mengarahkan anak menuju kesuksesan dunia maupun akhirat, dengan pendidikan yang integratif sejak di dalam rumah.

10. Berkontribusi Untuk Kebaikan Masyarakat, Bangsa Dan Negara

Keluarga sakinah selalu berusaha memberikan kontribusi optimal untuk perbaikan masyarakat, bangsa dan negara. Suami dan istri terlibat dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, cepat memberikan kemanfaatan bagi warga sekitar, ringan memberikan bantuan bagi mereka yang memerlukan. Keluarga sakinah selalu terlibat dalam dinamika pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka bukan tipe orang-orang yang individualis atau egois, yang tidak peduli masyarakat sekitar. Namun keluarga sakinah selalu peduli dan bersedia berbagi dengan apa yang mereka miliki.

Suami dan istri terlibat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan yang positif, seperti kegiatan pertemuan RT atau pertemuan RW, dasa wisma, pertemuan PKK, posyandu, ronda, kerja bakti, menjenguk tetangga yang sakit, silaturahim dan lain sebagainya. Demikian pula mereka peduli dengan nasib warga sekitar, ataupun nasib masyarakat yang memerlukan bantuan. Ini adalah bentuk kontribusi positif bagi kebaikan masyarakat, bangsa dan negara

Nah inilah karakter keluarga Sakinah yang harus terwujud dalam rumah tangga kita Bunda fillah semuanya....


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
           💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Juaningsih ~ Bandung
Bissmillah...
Assalamualaikum warroh matullohi wabarrokatuh,

Kadang dalam satu keluarga pasti ada saja beda pendapat sering kali menimbulkan cekcok kadang susah kalau sama-sama egois.
Saya minta pencerahan dari ustadz bagaimana caranya untuk menyatukan kedua pendapat yang berbeda?
Terimakasih
Wasalammualaikum....

🌷Jawab:
Bismillah...
Wa'alaikumsalam,

Lain lubuk lain airnya
Lain pula ikannya
Lain orang lain kepala
Lain pula hatinya

Perbedaan adalah sunnatullah.
Maka perbedaan dalah sebuah keniscayaan. Tapi pasti perbedaan di ciptakan bukan untuk keburukan, bukan untuk kesukaran.
Berbeda pendapat adalah wajar.
Bahkan harus tersedia ruang yang besar untuk menampung semua pendapat.
Sebenarnya yang di perlukan adalah gambar besar, atau grand desain.
Nah pikiran-pikiran itu adalah ibarat puzzle yang berbeda warna, ukuran dan gambar.
Maka tempatkanlah puzzle-puzzle yang berbeda itu dalam bingkai gambar besar tadi, ketika tepat menempatkanya maa syaa Allah akan menghasilkan gambar yang utuh dan indah.
Silakan buat gambar besarnya.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ iNdika ~ Kartasura
1. Bagaimana membentuk keluarga Sakinah Mawadah & Warohmah jika kedua orang tua salah satu pasangan ikut campur terlalu dalam?

2. Apabila sang suami selalu minta untuk dipatuhi padahal dia belum tentu benar secara agama, bagaimana memberitahu atau menegur yang baik?

🌷Jawab:
Bismillah...

1. Rumah tangga adalah ruang privat yang tertutup buat siapapun untuk masuk.
Saudara, karib kerabat, sahabat termasuk orang tua jangan di kasih pintu masuk dengan mudah.
Bukalah pintu itu sesuai kebutuhan. Kalau tidak ada kebutuhan tutup rapat dan kunci.

Suatu rumah tangga hancur karena rumah tangga itu telalu banyak pintu masuk.
Bahkan jendelanya pun terbuka lebar, buat siapapun. Termasuk orang tua.

Orang tua adalah orang tua. Namun tempatkan mereka pada kedudukan yang tepat dalam rumah tangga kita. Tidak semua urusan orang tua harus tahu, dan tidak semua masalah rumah tangga orang tua harus terlibat.

2. Khidmat yang sempurna seorang istri tidak bersyarat suami suami pandai agama.
Istri mutlak harus taat kepada suami selama dalam hal yang ma'ruf dalam agama,
Kecuali suami menyuruh munkar maka wajib tidak taat.
Saat suami melakukan kekeliruan karena ketidak tahuannya terhadap agama maka itu bukan tanggung jawab istri, walau istri wajib mengingatkan dengan cara yang baik.
Kalau tidak punya kemampuan memperbaiki suami, ajaklah suami untuk menghadiri ta'lim,  atau mungkin kasih hadiah buku-buku bacaan islam, atau kirim tulisan kajian lewat WA suami. Atau dengan cara yang ibu ketahui scara rahasia cara menyampaikannya.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Bund Lisa ~ Malang
Afwan Ustadz Endang, Bagaimana dengan single parent, apakah bisa mencapai sakinah, mawadah wa rahmah?
Lalu Ustadz, Jika single begini berasa enak membentuk mendidik anak-anak dan lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah sehingga 'malas' buat mencari pasangan baru, bagaimana pandangan Ustadz tentang pendapat Saya ini?
Afwan atas pertanyaan saya yang fakir ilmu ini.

🌷Jawab:
Bismillah...

Sakinah mawaddah warahmah secara khusus Allah jadikan tujuan bagi sebuah ikatan rumah tangga.
Adapun bagi yang masih sendiri baik itu laki-laki atau perempuan hanya mendapat sakinah saja, saat ia beribadah kepada Allah dengan Khusyu'.

Adapun mawadah dan rahmah mebutuhkan objek saat ia menjadi subjek, begitupun sebailknya.
Tapi mungkin saja seorang yang menyendiri di singgahi rasa mawaddah dan rahmah, namun tidak akan sampai pada titik puncaknya,  karena puncak mawaddah adalah bertemu dengan objeknya, yaitu pasangan hidupnya.

Seorang yang menjadi single parent juga bisa bahagia dengan kesendiriannya. Apalagi disisi ada buah hati sebagai teman dalam komunikasi.

Single parent bukan hal yang buruk, banyak juga single parent berhasil mendidik anak-anaknya menjadi orang-orang hebat.

Tapi pasti ada yang kurang, karena fitrahnya wanita membutuhkan laki-laki begitupun sebaliknya.
Anak-anakpun membutuhkan figur ayah dalam masa tumbuh mereka, walapun mungkin single parent mengambil peran ayah sekaligus, tapi pasti tidak akan sempurna karena kodratnya perempuan bukan laki-laki dan tidak memiliki hormon laki-laki.
Gesturnya bukan gestur laki-laki.

Apalagi dari sisi nilai ibadah. Tentu berbeda nilai antara ibadah seorang wanita bersuami dengan wanita yang sendiri. Jangankan aktivitasnya, diamnya seorang wanita bersuami dirumah, untuk menunggu suaminya pulang adalah ibadah yang besar pahalanya.

Adapun soal pasangan baru memang relatif di tentukan banyak faktor, usia, suasana hati, keadaan fisik dan lain sebagainya.
Mohonlah kepada Allah apa yang terbaik buat bunda, apakah melanjutkan kesendirian atau mencari pasangan.

Kalau ditinjau dari ukuran agama sebaiknya bunda menikah lagi, karena di rumah tangga ada ketenangan yang sempurna, rasa cinta yang sempurna, rasa sayang yang sempurna.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Evi ~ Jakarta Selatan
Assalamualaikum,

Pada poin 9 kompak mendidik anak-anak. Apabila yang berperan aktif mendidik anak-anak adalah ibu dalam keluarga dikarenakan sang ayah bekerja diluar kota bagaimana seorang ibu berperan menjadi dua karakter sebagai ayah dan ibu bagi anak anaknya?
Terimakasih

🌷Jawab:
Bismillah...

Ada ungkapan.
Al umm madrosatun...

Ibu adalah sekolah...

Maksudnya sentuhan awal interaksi anak adalah dengan ibunya.
Pada usia sejak dilahirkan sampai usia 2 tahun itu adalah usia si anak sangat intens interaksi dengan ibunya.
Usia 2-4 tahun mulai interaksi dengan ayahnya.
4-6 tahun interaksi dengan lingkungannya.
6- dewasa interaksi dengan lingkungan yang lebih luas.

Nah, ayah atau bunda harus paham dengan konsep tarbiyatul awlaad atau pendidikan anak.
Sebab masa pendidikan dalam pertembuhan anak sekali seumur hidupnya dan tidak dapat di ulang.

Apapun keadaan ayah dan bundanya, apakah ibunya kerja, bapaknya kerja, salah satu pasangan kerja diluar kota dan pulang dalam waktu tertentu... INI BUKAN ALASAN UNTUK MENGHINDARI KEWAJIBAN MENDIDIK ANAK,
terlebih ayah.

Figur ayah sangat strategis membersamai anak setelah anak berusia 2 tahun sampai masa dewasa pertamanya.
Ia akan menjadi figur yang menentukan.

Saat ayah tidak hadir di waktu si anak membutuhkannya ini akan menjadi investasi kejiwaan yang buruk buat si anak.
Akan menjadi boom waktu yang akan membuat keadaan lebih sulit diatasi dimasa depan.
Mohon JANGAN DITAWAR,  JANGAN ADA ALASAN APAPUN dalam mendidik anak.
Ikutilah kajian-kajian parenting.

Dan sehebat apapun seorang ibu, ia tidak akan bisa menjadi Ayah.

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Rika ~ Magelang
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh,

Ketika dalam rumah tangga sering terjadi beda pendapat, dan pada saat itu kita dituntut mendidik anak dengan benar kadang menjadi kekhawatiran nantinya ketidak perbedaan pendapat ini akan mempengaruhi pemikiran anak juga, misalnya saja dalam hal memilihkan sekolah, bagaimana solusinya bagi kita orang tuanya?
Jazakallah

🌷Jawab:
Bismillah...
Wa'alaikumsalam,

Hal ini sebenarnya relatif mudah asal orientasinya untuk kebaikan anak dan menyesuaikan keadaan anak.
Jangan memaksakan kehendak terhadap anak.
Yang akan menjalani kehidupannya adalah si anak bukan kita.
Kita harus mengenali anak kita,  potensinya dan hal lainnya.
Maka itu dikomunikasikan dengan penuh kebijaksanaan kepada si anak bahwa pilihan orang tua buat anak bukan semata-mata keinginan orang tua. Tetapi untuk kebaikan anak.
Hal ini harus sepakat dulu di tingkat orang tua.
Jangan ribut soal ini didepan anak.

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Musvita Sari ~ Jakarta

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Begini ustadz, kebetulan saya dengan suami tinggal berjauhan karena suami dipindah tugaskan ke wilayah Papua jadi saya hanya tinggal dengan ke dua anak-anak kami.
Alhamdulillah saya & suami menjalin hubungan komunikasi dengan baik walaupun suami jauh.
Cuma kadang saya suka sedih jika anak-anak kangen sama abinya.

Bagaimana tipsnya agar anak-anak merasakan keberadaan abinya setiap waktu didekat mereka (anak-anak) karena memang sebelum pindah tugas abinya dekat sekali sama anak-anak. Jadi awalnya pisah, anak-anak agak shock & merasa kehilangan abinya.

Syukron ustadz.

🌷Jawab:
Bismillah...
Wa'alaikumsalam,

LDR adalah pola paling tidak ideal dalam rumah tangga...
Ia bukan pola yang tepat untuk implementasi keluarga SAMARA, namun merupakan keadaan yang memaksa untuk di jalani, apapun motifnya.
Kemampuan dalam mengelola komunikasi merupakan pilihan terbaik dalam kondisi ini.
Namun dampak kepada anak tentu berbeda dengan dampak kepada istri.
Saya tidak dapat menemukan obat kerinduan yang mujarab selain pertemuan.
Anak yang dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan kehadiran dan interaksi fisikal seorang ayah.
Interaksi virtual akhirnya merupakan pilihan yang paling mungkin untuk mengatasi rasa kehilangan si anak.
Ayah dan ibunya harus kreatif dalam melawati masa-masa seperti ini.

Buatlah gimick, umpamanya mengirim hadiah secara berkala dari ayah.
Atau ayah secara khusus mebuat pesan suara lewat WA umpamanya yang diperdengarkan kepada anak.
Menyapa, menyampaikan nasihat, memberi motivasi dan semangat kepada anak.
Dengan itu anak setidak-tidaknya tetap merasakan kehadiran seorang ayah, walau mungkin terbatas sifatnya.

Semoga Allah segera kembali membersamakan keluarga bunda.
Aamiin...

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
    💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Alhamdulillah bunda fillah semuanya kita sudah di penghujung kajian.

Semoga kita semua Allah anugerahkan kebaikan-kebaikan yang banyak dalam semua keadaan kita.
Yang berumah tangga Allah anugerahkan kan rumah tangga yang bahagia.
Yang masih sendiri, Allah anugerahkan kebahagiaan.

Aamiiin...

Saya pamit undur diri.
Terimakasih atas perhatiannya
Mohon maaf atas kekurangannya..

Baarakallahu lanaa jamiaan..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar