Kamis, 15 Maret 2018

Menumbuhkan Cinta Anak Terhadap Al Qur'an "Part 2"



OLeh   : Bunda Endria Soediono


بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Alhamdulillah
Wa syukur lillaah

 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Laa quwwata ilaa billaah

Semoga semua dalam keadaan baik. Mohon maaf karena ada syuro ofline yang mendadak.

Baik InsyaAllah bisa langsung kita mulai yaaa.

Bagaimana mendidik anak agar mencintai Al Qur’an adalah sesuatu yang seharusnya sangat menarik bagi kita sebagai seorang ibunda...

Karena sebagaimana kita tahu bahwa sukses mendidik anak menjadi ahlul Qur’an adalah suatu impian yang mulia realistis dan seharusnya dimiliki oleh setiap orang tua zaman now ini.

Mengingat kondisi zaman semakin berat tantangannya maka perbekalan yang terbaik bagi anak-anak kita yang paling berharga adalah ilmu dan ketaqwaan kepada اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى

Kedua kunci utama tersebut ada pada Al Qur’an. Sehingga ketika kita ingin menjadikan anak kita berilmu dan bertaqwa kepada اللهِ maka dekatkan mereka dengan Al Qur’an dan buatlah agar anak-anak kita mencintai Al Qur’an.

Mengapa harus mencintai Al Qur’an... Karena ketika mereka mencintai Al Qur’an mereka akan senang sering-sering berinteraksi dengan al Qur’an.

Kedekatan inilah yang menghasilkan ridho dan kecintaan اللهِ kepada anak-anak kita hingga اللهِ akan bermurah untuk menjadikan anak-anak kita mudah dalam menghafal Al Qur’an maupun mudah dalam memahami serta mengamalkannya.

Semua ilmu, semua amal kebaikan (amal sholih) adalah dari اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى yang menggerakkannya. Karena itu untuk mencetak anak penghafal Al Qur’an kita perlu menciptakan sebab-sebab yang membuat اللهِ memberi kemudahan jalannya.

‎والله أعلم بالصواب

Ukhtifillah yang semoga dirahmati اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى

Banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk mendidik anak kita agar mereka mencintai Al Qur’an.

Semua harus diawali dengan keteguhan NiAT. Dan kesungguhan dalam menyusuri jalan-jalan ikhtiar.

Bisa jadi jalan ikhtiar masing-masing orang tua berbeda-beda tetapi dua atau lebih dari kunci pokok tersebut harus ada pada kita.

Diantara kunci pokok yang lain yang harus kita miliki adalah :

1. Niat yang lillaahi ta’alaa.
2. Kesungguhan (mujahadah) dalam ikhtiar.
3. Mental baja.
4. Penjagaan kesholihan diri.

Keempat itu adalah perkara pokok yang harus dimiliki oleh orang tua dulu.


Selanjutnya dalam proses pembinaan nanti akan diturunkan kepada Anak.

Mengapa anak juga harus memiliki landasan pokok tersebut ?

Karena anak justru merupakan subyek utama. Mereka adalah para pelaku atau istilahnya pemeran utamanya.

Jadi ibarat suatu management artis maka kita ini orang tua bak manager mereka, sedangkan anak-anak itu adalah para artis utamanya yang kita manageri.

Akan tetapi sebagai manager kita tidak bisa hanya main perintah. Idealnya sebagai manager kita harus bisa dan faham terlebih dahulu tentang perkara yang akan diperankan oleh sang artis agar pengarahan yang kita berikan benar-benar mengena dalam hatinya dan dapat menjadi langkah yang memudahkan dalam menjalankan perannya.

🌷🌸🌷
Kemudian apa saja hal-hal realita yang bisa kita terapkan untuk anak-anak kita agar dalam diri mereka tumbuh rasa cinta kepada Al Qur’an ?
Tentu saja jawaban dari pertanyaan ini akan banyak sekali.

Jika saya ceritakan disini maka ini tentu hanya sebagian kecil saja dari apa yang selebihnya.

Masing-masing orang tua sah-sah saja menciptakan suatu kreasi bagi anak-anaknya. Karena hal ini akan berkaitan dengan kondisi dan situasi keluarga serta berbagai faktor yang lainnya.

Sekarang saya akan masuk pada pokok bahasan yang inti. Yakni, pola atau langkah apa yang telah saya terapkan pada anak saya sendiri.

1). Adalah kita harus memulai niat menerapkan program tahfiz pada anak dari sejak mereka kecil. Bahkan idealnya sebelum lahirnya kita sudah menancapkan azzam tersebut.

Anak saya yang kedua, ibrahim 11 tahun 10 bulan ini qadarullah sudah saya siapkan mushafnya ketika dia masih berada didalam kandungan.

Saat itu... mushaf tersebut saya tuliskan kata-kata pesan kepada anak saya yang akan lahir (tapi waktu itu saya kosongkan namanya karena saya belum tahu jenis kelaminnya dan juga dia belum punya nama).
Setelah lahir dan punya nama baru saya tambahkan.

Selain pesan tentu sarat dengan doa-doa dan harapan-harapan yang baik yang intinya saya berharap agar اللهِ menjadikannya sebagai hafiz Qur’an 30 juz.

Ini adalah contoh azzam yang kuat yang benar-benar diwujudkan dalam bentuk ekspresi apa saja dari yang sepele hingga yang heboh.

2). Dalam perjalanan perjuangan kami. Persiapan anak menjadi penghafal usahakan dimulai dari sedini usia mereka.

Saya bahkan sejak dia lahir (ketika masih menyusu) sering saya elus kepalanya dan saya sampaikan harapan-harapan agar dia nanti menghafal Qur’an, agar dia selalu sholat berjama’ah di masjid dan lain-lain.

Itu saya lakukan hampir setiap malam. Menjelang tidurnya, baik tidur malam maupun tidur siangnya.

Demikian perjalanan perjuangan terus berlanjut mengiringi bertambahnya usianya.

Ketika ia TK, dan masuk SD maka apa yang menjadi sebab اللهِ layak memberi anak kita hidayah al Qur’an maka kejarlah.

Jangan putus-putus...

Jangan hanya abal-abal niatnya.

Harus konsisten dan stabil. Tidak boleh mudur sedikitpun. Apalagi menyerah putus asa.

3). Mental baja memang menjadi tuntutan mutlak bagi orang tua.
Karena perjalanan mulia ini bukan berarti tanpa kendala.

Onak duri justru tersebar hampir sepanjang jalan jika memang datang saatnya keteguhan jiwa kita diuji oleh اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى

Saya pernah mengalami stress juga ketika setiap hari anak harus menghafal dan dalam proses menghafalnya masih harus memenuhi idealisme saya. Tepatnya itu saat anak belum mencapai usia 10 tahun.

Alhamdulillah ketika dia mencapai usia 10 tahun اللهِ beri ilham kepada saya untuk memberi kepercayaan kepadanya.

Dan alhamdulillah hasilnya kemandirian terbangun dan tampak terasa cintanya terhadap Al Qur’an sudah mulai tumbuh pada dirinya. MasyaAllah...

Ini merupakan hadiah اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى setelah kami mengalami saat-saat berat, berdua,, dalam perjalanan menghafal diawal-awal menjelang kemandiriannya.

4). Selanjutnya untuk menciptakan pribadi anak yang cinta pada Al Qur’an tentu selain perjuangan yang menjadi amal ibadah kita yang tidak bisa terlepas adalah DOA.

Mendidik anak menghafal al Qur’an tidak pernah bisa lepas dari kekuatan doa kita kepada اللهِ untuk anak kita dan juga doa anak kita sendiri kepada اللهِ .

Kemandirian anak dalam melazimkan doa merupakan strategi yang sangat efektif untuk membangun kecintaan dirinya pada Al Qur’an karena ...

Karena ketika anak berdoa berarti ia sedang membangun ketergantungannya kepada اللهِ dan inilah yang menjadi inti dan maksud dari suatu penghambaan kepada اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى

Ketika اللهِ menerima atau ridho terhadap penghambaan yang dihaturkan oleh hambaNya maka hal itu akan menjadi sumber keridhoan dan cintaNya kepada hamba tersebut.

Inilah yang sekaligus menjadi sebab اللهِ kemudian beri kemudahan demi kemudahan kepada sang hamba mendapatkan apa saja yang utama dalam kehidupan ini. Termasuk diantara suatu anaugrah yang termulia adalah ketika seseorang oleh اللهِ dimudahkan dalam menjadi Ahlul Qur’an.
Demikian materi ini.
Allahu a’lam

Semoga ada yang bisa diambil manfaatnya.

Billaahi taufiq wal hidayah
Walhamdulillahi robbil ‘aalamiin.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Emmy
Assalamu alaikum...

Apakah ada kata terlambat dalam mendidik anak-anak untuk kembali mencintai Al Qur'an meskipun tidak menjadi hafiz setidaknya mereka kembali dekat dengan kalamullah? Mohon tipsnya.
Syukron.

🌷Jawab:

 ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Tentu tidak ada kata untuk menjadikan diri kita dan anak-anak kita bahkan siapa pun untuk menjadi lebih baik.

Termasuk dalam mendekat kepada Al Qur’an. Apalagi kembali kepada kalamullah adalah suatu hal yang seharusnya kita lakukan.

Hanya saja jika hal tersebut kita mulai dari sejak awal usia maka itu tentu akan lebih mudah jalannya dan juga isnyaAllah akan lebih baik hasilnya.

Lantas bagaimana caranya jika anak sudah mulai tumbuh remaja atau dewasa?

Tidak ada yang lain kecuali menyadarkan kepada mereka agar mau menuntut ilmu agama. Dan dari sisi kita sebagai orang tua jangan pernah berputus asa untuk mendoakan mereka.

Demikian bunda ...

‎بَارَكَ اللّهُ فِيْكُمْ

0⃣2⃣ Dian
Kalau anak usia 4 bulan. Metode seperti apa ustadzah?
Apa dengan cara sering kita dengarkan audio murottal atau seperti apa?

🌷Jawab:

 ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Menurut pengalaman saya...
Ada dua kebisaan yang saya lakukan dulu.

Pertama:
Perdengarkan ia dengan ayat-ayat اللهِ baik dari murrotal maupun dari tilawah kita sendiri.

Kedua:
Ajak dia ke majelis-majelis ilmu.

Dan selebihnya doa yang tidak pernah putus untuknya.

 ‎والله أعلم بالصواب

0⃣3⃣ Serra
Assalamualaikum...

Adakah doa agar anak kita dekat dengan Al Qur'an.
Bagiamana agar anak kita semangat muroja'ah?

🌷Jawab:

 ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Banyak doa yang bisa kita panjatkan untuk anak-anak kita.
Diantara yang diajarkan oleh Al Qur’an dan hadist adalah :

1). Robbi habli minas sholihiin.

2). Robbana hablanaa min ajwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrota ‘ayuun waj ‘al muttaqiina imaa maa.

3). Allahummaj’alna wa ahlanaa min ahlil ‘ilmi wa ahlil Qur’aanil ‘adziim. Birohmatika yaa ar hamar roohimin.

Adapun untuk mendidik agar mau muroja’ah tentu banyak hal yang harus dikupas. InsyaAllah jika ada kesempatan lain bisa kita bahas secara khusus.

 ‎والله أعلم بالصواب

0⃣4⃣ Evi
Adakah tips supaya anak usia 4 tahun mulai terbiasa menghafal Al-Qur'an dengan lingkungan yang tidak mendukung dan banyak faktor yang mempengaruhi mereka tumbuh berkembang? Terima kasih.

🌷Jawab:

 ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Padatkan jadwal anak baik dengan agendanya sendiri di dalam rumah bersama keluarga, aktivitas dia di masjid ataupun ikut orang tua dari taklim ke taklim. Libatkan anak ketika orang tua berinteraksi dengan Al Qur’an.

Sayang tidak disebutkan anaknya laki-laki atau perempuan. Jika laki rutinkan sholat di masjid saat sholat fardhu.

Masukkan ke sekolah atau lembaga TPA dan terus beri penjagaan yang tidak lengah.

 ‎والله أعلم بالصواب

0⃣5⃣ Ulfa
Bagaimana cara mengahafal Qur'an untuk anak-anak TPQ?
Apakah bisa ditanamkan hal itu?
Jikalau bisa, tips nya dong ustadzah.

🌷Jawab:

 ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Cara yang baik bagi balita atau yang belum benar bacaanya ya dengan cara talaqqi... Ucapkan contoh bacaan yang benar apakah dari bacaan ibundanya atau dari murrottal yang diulang-ulang. Dan lebih baik lagi hasilnya jika yang menyampaikan bacaan talaqqinya ustadz atau ustadzah yang sudah benar bacaannya.

Tips lain....
Usahakan proses menghafal pada anak tidak pernah ada kata terputus ditengah jalan.

Istiqomahlah apapun keadaannya.
Sabar dan terus berdoa.
InsyaAllah sampai pada cita-cita dan harapan.

 ‎والله أعلم بالصواب

0⃣6⃣ Kiki
Anak-anak usia remaja yang sudah menghafal Qur'an bisa terpengaruh dengan lingkungan yang bisa menjauhkan diri dari Qur'an.

Jika orang tua mengekang pergaulan anak akan berontak,  bagaimana solusinya untuk anak usia menginjak remaja?

🌷Jawab:

 ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sebetulnya penjagaan kepada anak yang diharapkan akan menjadi seorang penghafal Qur’an juga memang harus melekat, strategis dan penuh kewaspadaan dari orang tua.

Menurut pengalaman saya dari anak pertama, perempuan yang alhamdulillah saat ini sudah kuliah di UI. Dari SD hingga menginjak remaja selalu saya awasi pergaulannya.

Janga biarkan anak bebas dalam bergaul. Terlibatlah dalam memahami siapa teman-temannya dan bagaimana cara atau gaya bergaulnya.

Ketika itu anak saya SMP juga masuk ke SMPIT tetapi memang apapun sekolahnya orang tua tidak bisa berharap banyak kecuali jika mereka benar-benar mau memberi perhatian penuh dalam mengantar masa remajanya itu.

Akan banyak sekali faktor negatif dari pergaulan anak-anak remaja saat ini.

Kemudian masuk jenjang SLTA juga tidak kalah hebatnya. Anak saya saya masukkan pesantren hingga kelas II SMA. Kelas III  saya tarik, karena banyak hal yang menurut pertimbangan saya juga kurang sehat.

Akhirnya SMA saya masukkan ke home schooling dan saya lakukan pendekatan intensive baik dalam hal aktivitas kegiatan akademis dalam persiapan UN dan seleksi masuk perguruan tingginya. Serta semua aktivitas diluar akademis. Seperti kegiatan menghafal Qur'annnya selalu saya pantau dan beri arahan serta motivasi.

Dan juga saya berikan jalan agar dia aktif bersosialisasi dengan teman-teman organisasi temaja masjid yang tidak jauh dari rumah.

Mengapa saya arahkan agar dia aktif sebagai remaja masjid?

Karena saya ingin ikat pergaulannya. Agar ia selalu berada dalam pertemanan yang sholih.

Semua kegiatan masjid diikuti dan akhirnya diberi amanah yang cukup strategis didalam organisasi tersebut.

Hingga saat ini tetap pengawasan kepadanya walaupun sudah kuliah. Dia selalu melapor kalau alhamdulillah kemaren ditarik sebagai pengurus organisasi kemahasiswaan fakultas.

Tetapi seaktif apapun kita tetap jangan lepas untuk memantau bagaimana proses kajian ilmunya di kampus (liqo’nya), karena kebetulan dia harus kost.

Hampir setiap pagi saya tanya, apakah sudah dzikir pagi, sudah muroja’ah dan lain sebagainya.

Jadi komunikasi antara kita dengan anak terus kita tunjukkan bahwa kita konsisten dalam mengantar dia. Sehingga dia tidak bisa seenaknya jauh dari kita apalagi menyembunyikan gaya pergaulannya dengan teman-teman remajanya.

Keterbukaan harus kita tanamkan sejak dini. Sistem demokratis tetapi tidak menutup karya dan ide-idenya terus harus ditegakkan.

Dan tentu yang tidak boleh terlepas dari kita adalah doa-doa kita yang selalu mengiringi perjalanannya menjadi manusia dewasa yang beriman dan bertaqwa kepada اللهِ. Dengan demikian insyaAllah penjagaan اللهِ akan selalu menyertainya.

 ‎والله أعلم بالصواب

0⃣7⃣ Novida
Ustadzah bagaimana mengajarkan huruf hijaiyah anak usia 2 thn,, soalnya kadang matanya kemana-mana tidak bisa fokus, kadang lagi belajar malah ditinggal main.

🌷Jawab:

 ‎بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Bunda lebih faham dengan situasi dan kondisi anak bunda sendiri. Silahkan difikirkan saja bagaimana baiknya.

Kalau menurut saya yang penting adalah keihlasan dan kesabaran ibundanya.

Jangan didominasi perasaan emosi dan ambisi untuk anak segera bisa. Itu tidak terlalu perlu untuk saat itu. Yang penting anak konsisten waktu yang rutin untuk belajar Al Qur’an itu saja sudah baik.

Nanti berkembangnya usia dia akan banyak belajar dari masa kecilnya yang telah ditanamkan sikap istiqomah dalam berinteraksi dengan Al Qur’an.

Kedewasaan dan kematangan ibundanya serta kesholihannya menjadi faktor yang sangat mempengaruhi mudah tidaknya anak untuk diatur dan diarahkan pada jalan Qur’an. Hal ini sebagai karunia اللهِ ‎ ‎سبحانه وتعالى atas kedekatan orang tua pada Al Qur’an.

 ‎والله أعلم بالصواب


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Bismillah...
Setiap perjuangan dalam meraih kemuliaan menjadikan anak sebagai ahlul Qur’an selalu memerlukan keteguhan iman, niat dan kesiapan dalam pengorbanan orang tua.

Perkara yang ketiga diperlukan keihlasan hati dan kesabaran jiwa. Tanpa kesemua itu perjalanan menjadi mulia sebagai ahlul Qur’an akan terasa berat dijalani.

Dan ketika keadaan berjalan diatas ketergaran yang prima, maka orang tua sebagai pendidik utama harus terus menyalakan cahaya istiqomah baik didalam dirinya sendiri, tidak mudah putus asa, selalu optimis mencapai tujuan yang didambakan.

Juga bagi anak sendiri harus berhasil kita didik agar mampu merekam hal-hal positif yang telah kita ajarkan dan berikan keteladanan kepada mereka.

 ‎والله أعلم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar